Lompat ke isi

Endometriosis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Desember 2023 03.51 oleh AABot (bicara | kontrib) (~)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Endometriosis adalah radang yang terkait dengan hormon estradiol/estrogen berupa pertumbuhan jaringan endometrium yang disertai perambatan pembuluh darah, hingga menonjol keluar dari rahim (pertumbuhan ectopic) dan menyebabkan pelvic pain.[1] Endometriosis dikatakan terkait dengan estrogen sebab perkembangan dan simtoma yang ditimbulkan akan hilang seiring datangnya menopause, oleh karena itu perawatan paling umum bagi penderita radang ini adalah penggunaan terapi hormonal yang menginduksi kondisi hipoestrogenik. Estrogen merupakan kelompok hormon steroid yang disekresi ovarium setelah distimulasi oleh FSH dan/atau LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Lebih lanjut sekresi FSH dan LH dihambat oleh hormon GnRH yang disekresi oleh hipotalamus.[2]

Setelah kista endometriosis telah terbentuk sepenuhnya, muncul simtoma hiperalgesia vaginal yang disertai dengan hiperalgesia otot perut. Jaringan di sekitar kista akan mensekresi berbagai sitokina antara lain IL-1, IL-6, IL-8, dan IL-10, TNF-α, faktor pertumbuhan seperti VEGF dan NGF.

Biasanya endometriosis terbatas pada lapisan rongga perut atau permukaan organ perut. Endometrium yang salah tempat ini biasanya melekat pada ovarium (indung telur) dan ligamen penyokong rahim. Endometrium juga bisa melekat pada lapisan luar usus halus dan usus besar, ureter (saluran yang menghubungan ginjal dengan kandung kemih), kandung kemih, vagina, jaringan parut di dalam perut atau lapisan rongga dada. Kadang jaringan endometrium tumbuh di dalam paru-paru.[3]

Endometriosis bisa diturunkan dan lebih sering ditemukan pada keturunan pertama (ibu, anak perempuan, saudara perempuan). Faktor lain yang meningkatkan risiko terjadinya endometriosis adalah memiliki rahim yang abnormal, melahirkan pertama kali pada usia di atas 30 tahun dan kulit putih.

Endometriosis diperkirakan terjadi pada 10-15% wanita subur yang berusia 25-44 tahun, 25-50% wanita mandul dan bisa juga terjadi pada usia remaja. Endometriosis yang berat bisa menyebabkan kemandulan karena menghalangi jalannya sel telur dari ovarium ke rahim.

Penyebab Endometriosis tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

  1. Dismenor sekunder[pranala nonaktif permanen] adalah menstruasi yang normal namun timbul rasa nyeri setelah beberapa hari atau sering disebut nyeri haid abnormal,dismenor sekunder atau nyeri haid parah dapat menimbulkan beberapa masalah pada rahim seperti <b>Endometriosis</b> (gangguan pada jaringan rahim yang membentuk lapisan diluar rongga rahim) dan <b>fibroid</b> (pertumbuhan abnormal yang berkembang diluar atau di dalam rahim).
  2. Teori sistem kekebalan. Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
  3. Teori genetik Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.

Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.

Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.

Risiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada

  1. Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis
  2. Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang
  3. Wanita yang mengalami menarke (menstruasi pertama) terjadi lebih awal
  4. Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari atau lebih
  5. Wanita yang mengalami orgasme ketika menstruasi
  1. Nyeri di perut bagian bawah[pranala nonaktif permanen] dan di daerah panggul
  2. Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
  3. Kemandulan
  4. Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual).

Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih.

Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.

Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali.

Diagnosis

[sunting | sunting sumber]

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang sering kali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium.

Pemeriksaan lain

[sunting | sunting sumber]
  1. Laparoskopi
  2. Biopsi endometrium
  3. USG rahim
  4. Barium enema
  5. CT scan atau MRI perut.

Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori berikut:

   Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur). Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
   Teori sistem kekebalan. Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
   Teori genetik Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis.

Setiap bulan ovarium menghasilkan hormon yang merangsang sel-sel pada lapisan rahim untuk membengkak dan menebal (sebagai persiapan terhadap kemungkinan terjadinya kehamilan). Endometriosis juga memberikan respon yang sama terhadap sinyal ini, tetapi mereka tidak mampu memisahkan dirinya dari jaringan dan terlepas selama menstruasi. Kadang terjadi perdarahan ringan tetapi akan segera membaik dan kembali dirangsang pada siklus menstruasi berikutnya.

Proses yang berlangsung terus menerus ini menyebabkan pembentukan jaringan parut dan perlengketan di dalam tuba dan ovarium, serta di sekitar fimbrie tuba. Perlengketan ini bisa menyebabkan pelepasan sel telur dari ovarium ke dalam tuba falopii terganggu atau tidak terlaksana. Selain itu, perlengketan juga bisa menyebabkan terhalangnya perjalanan sel telur yang telah dibuahi menuju ke rahim.

Risiko tinggi terjadinya endometriosis ditemukan pada

   Wanita yang ibu atau saudara perempuannya menderita endometriosis
   Wanita yang siklus menstruasinya 27 hari atau kurang
   Wanita yang mengalami menarke (menstruasi pertama) terjadi lebih awal
   Wanita yang biasa mengalami menstruasi selama 7 hari atau lebih
   Wanita yang mengalami orgasme ketika menstruasi

[sunting] Gejala

   Nyeri di perut bagian bawah dan di daerah panggul
   Menstruasi yang tidak teratur (misalnya spotting sebelum menstruasi)
   Kemandulan
   Dispareunia (nyeri ketika melakukan hubungan seksual).

Jaringan endometrium yang melekat pada usus besar atau kandung kemih bisa menyebabkan pembengkakan perut, nyeri ketika buang air besar, perdarahan melalui rektum selama menstruasi atau nyeri perut bagian bawah ketika berkemih.

Jaringan endometrium yang melekat pada ovarium atau struktur di sekitar ovarium bisa membentuk massa yang terisi darah (endometrioma). Kadang endometrioma pecah dan menyebabkan nyeri perut tajam yang timbul secara tiba-tiba.

Kadang tidak ditemukan gejala sama sekali. [sunting] Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan panggul akan teraba adanya benjolan lunak yang sering kali ditemukan di dinding belakang vagina atau di daerah ovarium. [sunting] Pemeriksaan lain

   Laparoskopi
   Biopsi endometrium
   USG rahim
   Barium enema
   CT scan atau MRI perut.

[sunting] Antisipasi

Pengobatan tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan beratnya penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium adalah pil KB kombinasi, progestin, danazole dan agonis GnRH. Agonis GnRH adalah zat yang pada mulanya merangsang pelepasan hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis, tetapi setelah diberikan lebih dari beberapa minggu akan menekan pelepasan gonadotropin.

Antisipasi

[sunting | sunting sumber]

Pengobatan tergantung kepada gejala, rencana kehamilan, usia penderita dan beratnya penyakit. Obat-obatan yang dapat menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium adalah pil KB kombinasi, progestin, danazole dan agonis GnRH. Agonis GnRH adalah zat yang pada mulanya merangsang pelepasan hormon gonadotropin dari kelenjar hipofisis, tetapi setelah diberikan lebih dari beberapa minggu akan menekan pelepasan gonadotropin.

Pembedahan

[sunting | sunting sumber]

Pada endometriosis sedang atau berat mungkin perlu dilakukan pembedahan. Endometriosis diangkat sebanyak mungkin, yang sering kali dilakukan pada prosedur laparoskopi. Pembedahan biasanya dilakukan pada kasus berikut:

  • Bercak jaringan endometrium memiliki garis tengah yang lebih besar dari 3,8–5 cm
  • Perlengketan yang berarti di perut bagian bawah atau panggul
  • Jaringan endometrium menyumbat salah satu atau kedua tuba
  • Jaringan endometrium menyebabkan nyeri perut atau panggul yang sangat hebat, yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan.
  • Untuk membuang jaringan endometrium kadang digunakan elektrokauter atau sinar laser. Tetapi pembedahan hanya merupakan tindakan sementara, karena endometriosis sering berulang.
  • Ovarektomi (pengangkatan ovarium) dan histerektomi (pengangkatan rahim) hanya dilakukan jika nyeri perut atau panggul tidak dapat dihilangkan dengan obat-obatan dan penderita tidak ada rencana untuk hamil lagi.
  • Setelah pembedahan, diberikan terapi sulih estrogen. Terapi bisa dimulai segera setelah pembedahan atau jika jaringan endometrium yang tersisa masih banyak, maka terapi baru dilakukan 4-6 bulan setelah pembedahan.

Pengobatan

[sunting | sunting sumber]

Pilihan pengobatan untuk endometriosis:

  1. Obat-obatan yang menekan aktivitas ovarium dan memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium
  2. Pembedahan untuk membuang sebanyak mungkin endometriosis
  3. Kombinasi obat-obatan dan pembedahan
  4. Histerektomi, sering kali disertai dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium.

Luliberin

[sunting | sunting sumber]

Pengobatan dengan menggunakan GnRH pada wanita premenopausal menunjukkan penurunan serum FSH dan LH yang disusul dengan stabilitas supresi.[2] Turunnya serum estradiol dan progesteron ke tingkatan oophorectomized telah banyak dilaporkan, sehingga penggunaan hormon ini banyak diterapkan pada kanker payudara metastatik pada wanita premenopausal, walaupun menimbulkan simtoma hipoestrogenia dan gangguan tidur, turunnya kepadatan mineral tulang dan peningkatan risiko kardiovaskular. GnRH juga digunakan pada pengobatan kanker ovarium dalam bentuk pyrrolinodoxorubicin untuk dikombinasikan dengan bombesin dan somatostatin.[4]

Sekresi GnRH dapat distimulasi dengan ion Mn2+, sebuah mineral yang diperlukan bagi pertumbuhan tulang, tulang rawan, jaringan penghantar dan sistem reproduksi;[5] juga dapat distimulasi oleh NO,[6] namun dapat dihambat oleh asam askorbat hanya apabila serum vitamin C tersebut mencapai hipotalamus.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) "Endometriosis as a neurovascular condition: estrous variations in innervation, vascularization, and growth factor content of ectopic endometrial cysts in the rat". Program in Neuroscience, Florida State University; Guohua Zhang, Natalia Dmitrieva, Yan Liu, Kristina A. McGinty, and Karen J. Berkley. Diakses tanggal 2011-09-04. 
  2. ^ a b (Inggris) "Future possibilities in the prevention of breast cancer: Luteinizing hormone-releasing hormone agonists". USC/Norris Comprehensive Cancer Center and University of Southern California/Keck School of Medicine; Darcy V Spicer dan Malcolm C Pike. Diakses tanggal 2011-09-04. 
  3. ^ http://medicastore.com/penyakit/102/Endometriosis.html
  4. ^ (Inggris) "Therapy of ovarian cancers with targeted cytotoxic analogs of bombesin, somatostatin, and luteinizing hormone-releasing hormone and their combinations". Veterans Affairs Medical Center and Department of Medicine, Tulane University School of Medicine, Veterans Affairs Medical Center and South Florida Veterans Affairs Foundation for Research and Education, Klinik und Poliklinik für Frauenheilkunde und Geburtshilfe, Universität Regensburg, Universitätsklinik für Haut- und Geschlechtskranheiten, Universitätsfrauenklinik Würzburg; Stefan Buchholz, Gunhild Keller, Andrew V. Schally, Gabor Halmos, Florian Hohla, Elmar Heinrich, Frank Koester, Benjamin Baker, dan Jörg B. Engel. Diakses tanggal 2011-09-04. 
  5. ^ (Inggris) "Manganese stimulates luteinizing hormone releasing hormone secretion in prepubertal female rats: hypothalamic site and mechanism of action". Department of Veterinary Integrative Biosciences, College of Veterinary Medicine, Texas A & M University, College Station; Boyeon Lee, Jill K Hiney, Michelle D Pine, Vinod K Srivastava, dan W Les Dees. Diakses tanggal 2011-09-04. 
  6. ^ (Inggris) "Inhibition of stimulated ascorbic acid and luteinizing hormone-releasing hormone release by nitric oxide synthase or guanyl cyclase inhibitors". Pennington Biomedical Research Center, Louisiana State University; Karanth S, Yu WH, Mastronardi CA, McCann SM. Diakses tanggal 2011-09-04.