PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No.
4November 2015 ISSN 2302- 2493
KANDUNGAN VINKRISTIN PADA KULTUR KALUS
Catharaanthus roseus (L) G. DON YANG DIBERI PERLAKUAN
TRIPTOFAN DAN VINDOLIN
Ellen Lombonbitung1), W. Tilaar1), Dingse Pandiangan2)
1)
Program Studi Agronomi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
2)
Jurusan Biologi Fak. MIPA Universitas Samratulangi Manado.
ABSTRACT
Catharanthus roseus (L) G. Don also called Tapak dara plant is cultivated plant,
besides its function as ornamental plant but also can be functioned as medicinal plant.
Alkaloid compounds from this plant has been isolated and used as an anti cancer drug,
are vinblastine and vincristine. Vinblastin and vincristine were poor alkaloid
compounds produced in plants. Vincristine made from joined catharantine and
vindolin, cause it is expected that vindolin be able to increase the content of
vincristine. The research was carried out to knew the vincristine content of callus
culture were given tryptophan treatment and vindolin. The research plan used was
completely random design, by tryptophan combination (0, 75 and 150 mg/L) and
Vindolin (0, 0,2, 0,4 and 0,6 mg/L), factorial. The vincristine content was determined
by high performance liquid chromatography (HPLC). Based on HPLC data, it was
made standar curve and regression linear equation that describe the relationship
between standar vincristine concentration of area. The obtained result from the research
proved the tryptophan and vindoline treatment affecting the vincristine content. The
highest vincristine content was showed to T1V0 treatment (Tryptophan 150 mg/L and
Vindolin 0 mg/L), is 2,352 µg/g dw.
Keywords : Vincristine, Tryptophan, Vindolin
ABSTRAK
Catharanthus roseus (L) G. Don yang disebut juga tanaman tapak dara
merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan selain sebagai tanaman hias juga
berkhasiat obat. Senyawa kelompok alkaloid dari tanaman ini telah diisolasi dan
dijadikan obat anti kanker, yaitu vinblastin dan vinkristin. Vinblastin dan vinkristin
adalah senyawa alkaloid yang sangat kecil dihasilkan dalam tanaman. Produksi alkaloid
dari Catharanthus roseus (L) G. Don Vinkristin terbentuk dari gabungan katarantin
dengan vindolin, karena itu diharapkan dengan vindolin dapat meningkatkan kandungan
vinkristin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui Kandungan Vinkristin pada Kultur
Kalus Catharanthus roseus (L) G. Don yang diberi Perlakuan Triptofan dan Vindolin.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) secara
faktorial dengan perlakuaan kombinasi triptofan (0, 0,75 dan 150 mg/L) dan vindolin
(0, 0,2, 0,4 dan 0,6 mg/L). Kandungan Vinkristin ditentukan dengan menggunakan
metoda Kromatografi Cair Kinerja Tingggi (KCKT). Berdasarkan hasil KCKT dibuat
kurva standar dan persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara
konsentrasi vinkristin standar terhadap luas area. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
membuktikan perlakuan triptofan dan vindolin mempengaruhi kandungan vinkristin.
127
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
Kandungan vinkristin tertinggi berada pada perlakuan T1V0 (Triptofan 75 mg/L dan
Vindolin 0 mg/L), yaitu sebesar 2,352 µg/g bk.
Kata Kunci : Vinkristin, Triptofan, Vindolin
128
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
PENDAHULUAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN ALAT
Catharanthus roseus (L) G. Don Bahan yang digunakan adalah
yang disebut juga tanaman tapak dara tanaman tapak dara ( Catharanthus
merupakan tanaman perdu tahunan yang roseus, (L) G.Don ) berbunga putih
banyak dibudidayakan selain sebagai sebagai sumber eksplan. Bahan Kimia
tanaman hias juga berkhasiat obat. yang digunakan adalah medium MS
Tanaman tapak dara ini kaya akan (Lampiran.1), desinfektan,etanol, 2,4-D,
kandungan alkaloid. Beberapa senyawa NAA, Kinetin, HCl, NaOH ,aquades
kelompok alkaloid dari tanaman ini steril, methanol HPLC, methanol Pa,
telah diisolasi dan dijadikan obat anti asetonitril, diamonium hidrogen fosfat,
kanker yaitu vinblastin dan vinkristin vinkristin standar, triptofan dan
(Anonim, 2014, Dewick, 2009, vindolin.
Crozier,et al 2006). Mariska (2013) Alat-alat yang digunakan
menyatakan vinblastin dan vinkristin timbangan analitik, autoclave, laminar
adalah senyawa metabolit sekunder air flow cabinet, alat-alat gelas standar
yang diproduksi dari bunga tapak dara (labu takar, beker gelas, pipet volume,
dan merupakan alkaloid untuk obat erlenmeyer, gelas piala, labu pisah,
leukemia. pengaduk dan wadah kultur) , pH meter
Penyakit kanker adalah suatu , scalpel, pinset, cawan petridish, rak
penyakit yang disebabkan oleh kultur, aluminuium foil, oven, mortar,
pertumbuhan sel jaringan tubuh yang centrifuse, HPLC.
tidak normal. Sel yang tidak normal
bermultifikasi tanpa kontrol yang RANCANGAN PERCOBAAN
kemudian tumbuh dan be i rkembang
menjadi tumor/kanker ( Suiraoka, Penelitian akan dilakukan dengan
2012). menggunakan Rancangan Acak
Pandiangan (2012) Lengkap (RAL) secara faktorial, dengan
mengemukakan sel mengalami perlakuan kombinasi Triptofan dan
spesialisasi ada hubungannya dengan Vindolin. Setiap perlakuan diulang
kandungan IAA dan katarantin yang sebanyak 3 kali. Triptofan, terdiri atas
meningkat setelah diberi perlakuan control 0 mg/L (T0), 75 mg/L (T1) dan
triptofan. Menurut Oksman, et al, 150 mg/L (T2). Vindolin, terdiri atas
(2007) vinblastin dan vinkristin control 0 mg/L (V0), 0,2 mg/L (V1),
terbentuk dari gabungan katarantin dan 0,4 mg/ l (V2), 0,6 mg/L(V3)
vindolin, sehingga diharapkan dengan
penambahan vindolin dapat ANALISIS DATA
meningkatkan juga vinkristin. Data yang diperoleh pada tahapan
Penelitian ini dilakukan untuk produksi kalus dianalisis secara Analisis
menganalis kandungan vinkristin pada Varian dan bila berbeda nyata akan
kultur kalus C. roseus yang diberi dilanjutkan dengan uji BNT. Pada
perlakuan triptofan dan vindolin. tahapan analisis kandungan vinkristin
Diduga dengan pemberian triptofan dan data kuantitatif dianalisis melalui
vindolin akan memberikan pengaruh persamaan regresi yang diperoleh dari
terhadap kandungan vinkristin pada kalibrasi kurva larutan standar.
kultur kalus C. roseus.
PROSEDUR KERJA
129
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
1. Persiapan dan Pembuatan media mg/L kinetin. Setelah berumur 12
minggu, kalus disubkultur ke dalam
Media awal untuk induksi kalus adalah
medium yang mengandung triptofan dan
medium dasar MS dengan penambahan
vindolin yaitu medium MS padat
2 mg/L 2,4 D dan Kinetin 0,2 mg/L.
ditambah dengan komposisi ZPT
Media dibuat sebanyak 1 Liter untuk
dengan NAA 2 mg/L dan kinetin 0,2
sekitar 40 botol kultur.
mg/L yang sama dengan medium
2. Persiapan dan sterilisasi eksplan produksi sebelumnya. Parameter yang
diamati adalah penampakan morfologi
Daun ke 3 atau 4 diambil dari pucuk
dan berat basah kalus.
tapak dara, kotoran daun dibersihkan
dengan membersihkannya dalam air 4. Identifikasi Vinkristin
mengalir, kemudian masukkan dalam Identifikasi kandungan vinkristin
erlenmeyer 250 ml dan beri akuades. dilakukan dengan menggunakan metode
Eksplan direndam dalam etanol 70% Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
selama 1 menit dan dibilas dengan (KCKT). Analisis kualitatif dilakukan
akuades steril. Pemutih atau desinfektan dengan membandingkan waktu retensi
70% dimasukkan ke dalam botol berisi sampel dengan vinkristin standar dalam
eksplan sekitar 25 ml digoyang-goyang kondisi yang sama. Bila terdapat
dan ditunggu 15 menit kemudian senyawa yang memiliki waktu retensi
dituangkan dan bilas dengan akuades yang sama dengan vinkristin standar,
steril dan dilakukan beberapa kali maka senyawa tersebut merupakan
(minimal 3 kali) hingga bersih. vinkristin. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan cara mengkonversi luas area
3 Inokulasi eksplan pada media. sampel dengan luas area standar yang
telah diketahui konsentrasinya
Eksplan yang sudah steril di ambil
(Pandiangan, 2010).
1 helai daun (dengan pinset steril).
Daun dipotong-potong sekitar 0,5 mm x HASIL DAN PEMBAHASAN
0,5 mm, dan diusahakan tulang daunnya
yang besar dikeluarkan. Satu daun dapat A. INDUKSI KALUS
menghasilkan 5 atau 6 potongan daun
Potongan daun tapak dara Pada tahap induksi kalus, media
diinokulasikan dalam media yang sudah yang digunakan adalah Media MS
di sediakan. (Murashige dan Skoog) dengan
Variabel pengamatan keberhasilan penambahan Zat Pengatur Tumbuh
adalah adanya kalus yang tumbuh (ZPT) 2,4 D mg/L dan Kinetin 0,2
dengan warna kuning keputihan. mg/L. Kalus mulai terbentuk pada hari
ke-8 setelah kultur. Kemunculan awal
Setelah berumur 4 minggu, kalus kalus pada daerah tepi atau bekas
dipisahkan dari eksplan daun dan sayatan dimungkinkan sebagai salah
dipindahkan ke medium baru dengan satu bentuk respon tumbuhan terhadap
komposisi yang sama dengan medium terjadinya pelukaan pada jaringan
sebelumnya. Ketika kalus berusia 8 ataupun selnya (Pitoyo, dkk, 2002).
minggu, kalus dipindahkan ke dalam Hasil penelitian Pandiangan dan
medium produksi, yaitu MS padat yang Nainggolan (2006a) menyatakan
ditambahkan zpt 2 mg/L NAA dan 0,2 pembentukan kalus pada hari ke-8
setelah penanaman umumnya diikuti
130
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
oleh pertumbuhan kalus yang makin putih kekuningan dengan struktur kalus
membesar. Hasil pengamatan secara meremah, seperti pada Gambar berikut:
visual, kalus yang terbentuk berwarna
Gambar 1. Tahap Induksi Kalus
Sub Kultur Kalus ini diduga adanya aktivitas zat pengatur
tumbuh 2,4 D dan Kinetin yang
Kalus Kalus yang terbentuk pada tahap bersinergi dalam proes pertumbuhan
induksi, setelah berumur 4 (empat) kalus. Gardner, et al (1991) menyatakan
minggu dipindahkan ke media yang bahwa auksin merupakan substansi
baru yang sama dengan media pertumbuhan khususnya merangsang
sebelumnya yaitu Media MS yang perpanjangan sel sedangkan sitokinin
ditambahkan dengan Zat Pengatur merupakan substansi pertumbuhan yang
Tumbuh (ZPT) 2,4 D 2 mg/L dan khususnya merangsang pembelahan sel.
Kinetin 2 mg/L. Pada tahap ini sel kalus Hasil Pengamatan secara visual pada
dalam proses pertumbuhan dengan tahap ini kalus berwana putih
pembelahan selnya yang ditandai kekuningan dengan struktur kalus
dengan bertambahnya ukuran kalus. Hal meremah.
Gambar 2. Gambar. Kalus subkultur pada Media MS yang diberi 2,4 D + Kinetin
Produksi Kalus pembesaran sel diikuti struktur sel yang
makin padat sehingga tampak menjadi
Kalus berumur 8 (delapan) kompak. Hasil Pengamatan secara
minggu disubkultur pada media visual pada tahap ini struktur kalus yang
produksi yaitu media dasar MS yang awalnya meremah menjadi kompak,
ditambahkan Zat Pengatur Tumbuh inipun sesuai dengan hasil penelitian
(ZPT) NAA 2 mg/L dan Kinetin 0,2 Pandiangan, dkk (2006a) induksi kalus
mg/L. Pada tahap ini kalus masih dengan penambahan zat pengatur
melakukan pembelahan dan tumbuh NAA 2 mg/L dan Kinetin 0,2
131
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
mg/L dihasilkan kalus tipe kompak. perlakuan diatas maka terdapat 12
Menurut Hirata, dkk (1995) kalus yang kombinasi perlakuan. Hasil pengamatan
embrionik mempunyai sifat kalus diperoleh kalus berwarna putih kuning
kompak, bernodul dan terlihat berwarna agak kecoklatan sampai putih
putih kehijauan . Hasil akhir Kalus di kecoklatan agak kemerahan dengan
tahap ini pada umur 12 (dua belas) struktur kalus kompak. Adanya kalus
minggu dihasilkan kalus dengan warna yang berwarna kecoklatan diduga pada
kalus putih agak keruh. fase ini mulai terbentuk metabolit
sekunder. Pitoyo, dkk (2002)
Kalus pada Media Perlakuan menyatakan bahwa kalus diusia diatas
Kalus dari hasil produksi pada 21 hari mulai mengalami perlambatan
umur 12 minggu kalus disubkulturkan pertumbuhan sampai akhirnya konstan
pada media perlakuan yaitu media dasar dan diikuti pencoklatan. Pencoklatan
MS (Murashige & Skoog) yang yang terjadi pada kalus dalam kondisi
ditambahkan 2 mg/L NAA dan 0,2 ini dimungkinkan karena
mg/L Kinetin dan diberi perlakuan terakumulasinya senyawa fenol dalam
kombinasi triptofan dengan vindolin kalus. Pencoklatan umumnya
sebagai berikut , Triptofan : T0 = 0 berasosiasi dengan kenaikan masukan
mg/L, T1=75 mg/L, T2=150 mg/L dan percabangan jalur sikimat, yang akan
Vindolin : V0 = 0 mgl, V1 =0,2 mg/L, meningkatkan sintesis asam fenolik dan
V2 =0,4 mg/L dan 0,6 mg/L. Dari fenilpropanoid yang akan be rkompetisi
dengan percabangan Indol.
Tabel 1. Data rata-rata berat basah kalus (g) yang diberi perlakuan triptofan
dan vindolin
Vindolin
V0 V1 V2 V3
(0 mg/L) (0,2 mg/L) (0,4 mg/L) (0,6
Triptofan mg/L)
T0 (0 Mg/L) 1,33b 1,27b 1,27b 1,46d
T1 (75 mg/L) 1,27b 1,37c 1,13a 1,30b
T2 (150 mg/L) 1,70e 1,83f 1,50d 1,80f
Ket. Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada α 0,05 (0,06282)
132
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
Dari hasil analisis statistik maka Kontrol (T0V0) juga mengalami
pengaruh perlakuan kombinasi triptofan kenaikan sebesar 33 % atau 1,33 g.
dan vindolin memberikan pengaruh
yang sangat berbeda nyata terhadap Peningkatan berat basah kalus
rata-rata berat basah kalus. Rata-rata disebabkan kondisi kultur yang sesuai
semua jenis perlakuan mengalami dapat mendorong pertumbuhan kalus.
kenaikan berat basah kalus dari berat Pandiangan dan Nainggolan, (2006a)
awal + 1 g . Perlakuan T2V1 ( Triptofan menyatakan bahwa optimasi kondisi
175 mg/L dan Vindolin 0,2 mg/L) kultur diarahkan pada pertambahan
memiliki rata-rata berat basah tertinggi biomassa dan produksi metabolit
yaitu 1, 83 g dengan kenaikan 83 %. sekunder.
.
Tabel 2 . Data rata-rata berat kering kalus (g) yang diberi perlakuan
triptofan dan vindolin
Vindolin
V0 V1 V2 V3
Triptofan (0 mg/L) (0,2 mg/L) (0,4 mg/L) (0,6 mg/L)
T0 (0 mg/L) 0,15f 0,12c 0,12c 0,13d
T1 (75 mg/L) 0,12c 0,09a 0,11b 0,11b
T2 (150 mg/L) 0,14e 0,15f 0,14e 0,16g
Ket. Angka yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada α 0,05 (0,00920)
Seperti halnya berat basah kalus, walaupun dari hasil pengukuran berat
berat kering kalus dari analisis statistik kering kalus mengalami penurunan.
dari berbagai perlakuan kombinasi Adanya kadar air di dalam kalus yang
triptofan dan vindolin juga menunjukan mempengaruhi berat basah kalus dan
perbedaaan nyata sedangkan perlakuan pada saat proses pengeringan terjadi
dengan hanya triptofan maupun vindolin penguapan.
menunjukan perbedaan sangat nyata,
Dari Tabel 1 dan Tabel 2, hubungan berat basah kalus dan berat kering kalus
antara triptofan dan vindolin terhadap dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
133
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
Tabel 4. Data hasil KCKT standar
vinkristin
Konsentrasi Luas Area Waktu
Standar Retensi
vinkristin
0 ppm 0 0
5 ppm 152742 8,363
10 ppm 308831 8,371
Gambar 3. Berat basah kalus(g) dengan
perlakuan triptofan (0;75;150 mg/L) dan 50 ppm 706269 8,364
vindolin (0;02;0,4;0,6 mg/L) 100 ppm 1306976 8,789
L
u 1500000
y = 13455x
a R² = 0,9634
s 1000000
Gambar 4. Berat kering kalus (g) A 500000
dengan perlakuan triptofan (0;75;150 re
mg/L)dan vindolin (0;02;0,4;0,6 mg/L) a
0
0 50 100 150
Gambar 5. Kurva standar vinkristin
Kandungan vinkrisrtin yang diberi
triptofan dan vindolin
Data hasil kromatogram dapat
dilihat pada Tabel.4 di bawah ini.
134
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
Analisis kandungan vinkristin dilakukan disekitar menit 8, dapat dilihat pada
dengan metoda Kromatografi Cair tabel.4 di atas. Berdasarkan kurva baku
Kinerja Tinggi (KCKT) sebagaimana standar vinkristin maka diperoleh nilai
prosedur kerja dengan membandingkan R² = 0,963 atau berada pada tingkat
retensi time larutan standar dengan ketepatan 96,3 % dengan persamaan
sampel. Hasil kromatogram capaian regresinya, Y= 13455x .
retensi time larutan standar berada
Tabel 5. Data Kandungan Vinkristin (µg/bk g) pada Kultur Kalus C.roseus yang diberi
perlakuan KombinasiTiptofan dan Vindolin
Vindolin
V0 V1 V2 V3
Triptofan (0 mg/L) (0,2 mg/L) (0,4 mg/L) (0,6 mg/L)
T0 (0 mg/L) 0,005 0,013 0,035 0,104
T1 (75 mg/L) 2,352 0,203 0,116 0,110
T2 (150 mg/L) 0,136 0,343 0,105 0,078
Berdasarkan data di atas, perlakuan ini memiliki pertumbuhan
kandungan vinkristin tertinggi ada pada yang sama dengan kontrol. Pandiangan,
perlakuan T1V0 (triptofan 75 mg/L dan dkk (2006) menyatakan bahwa Produksi
vindolin 0 mg/L) yaitu 2,352 µg/g bk. katarantin akan maksimal apabila
Kalus pada perlakuan ini berasal dari pertumbuhan sel (biomassa) dan
kalus yang pertumbuhannya lebih kandungan katarantin berada pada
rendah dari kontrol. Ini berarti nutrisi kondisi optimal. Kandungan vinkristin
pada media banyak digunakan untuk pada T2V3 diperoleh paling rendah
sintesis alkaloid. Hal ini menunjukkan akan tetapi memiliki pertumbuhan kalus
bahwa perlakuan triptofan dengan paling tinggi. Hal ini disebabkan nutrisi
konsentrasi 75 mg/L berpengaruh pada media banyak digunakan untuk
terhadap peningkatan produksi pertumbuhan kalus bukan untuk sintesis
vinkristin. vinkristin.
Perlakuan dengan triptofan dan Kontrol sebagai perbandingan,
vindolin (T1V1, T1V2, T1V3, T2V1, kandungan vinkristin sangat kecil yaitu
T2V2 dan T2V3) diperoleh kandungan 0,005 µg/g bk. Dari hasil penelitian ini
vinkristin paling tinggi pada T2V1 sangat jelas bahwa triptofan dan
(triptofan 150 mg/L dan vindolin 0,2 vindolin sangat mempengaruhi
mg/L) yaitu 0,343 µg/g bk. Kalus pada kandungan vinkristin pada sel C. roseus
135
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
akan tetapi ada konsentrasi yang Pengaruh perlakuan triptofan dan
optimum untuk pencapaian produksi vindolin terhadap kandungan vinkristin ,
maksimum vinkristin. dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 6. Pengaruh triptofan (0;75;150
mg/L) pada taraf vindolin (0;02;0,4;0,6
mg/L) terhadap kandungan vinkristin Gambar 8. Pengaruh vindolin
(µg/g bk) (0;02;0,4;0,6 mg/L) terhadap kandungan
vinkristin (µg/g bk)
Gambar 7. Pengaruh vindolin
(0;02;0,4;0,6 mg/L) pada taraf triptofan
(0;75;150 mg/L) terhadap kandungan
vinkristin (µg/g bk)
Gambar 9. Pengaruh triptofan (0;75;150
mg/L) terhadap kandungan vinkristin
(µg/g bk)
KESIMPULAN bk. Ini berarti peningkatan kandungan
Perlakuan Triptofan dan Vindolin vinkristin disebabkan hanya oleh
mempengaruhi kandungan vinkristin perlakuan triptofan. Dengan demikian
pada kultur kalus Catharanthus roseus perlakuan triptofan 75 mg/L adalah
(L) G.Don. Hasil penelitian diperoleh yang optimal untuk peningkatan
kandungan vinkristin tertinggi pada kandungan vinkristin.
perlakuan T1V0 (Triptofan 75 mg/L
dan Vindolin 0 mg/L), yaitu 2,352 µg/g
136
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
SARAN beberapa waktu setelah pemberian
triptofan. Untuk mengukur kandungan
Dapat dilakukan penelitian sejenis vinkristin pada kalus perlu optimasi
dengan cara pemberian perlakuan faktor-faktor yang mempengaruhi mulai
triptofan dan vindolin dalam waktu dari persiapan ekstrak sampel sampai
yang berbeda. Triptofan dapat diberikan pengaturan kondisi HPLC.
pada awal perlakuan dan vindolin selang
DAFTAR PUSTAKA biogen.litbang.pertanian.go.id/inde
x.php/2013.08, diakses tanggal 24
Anonim, 2014, Sehat alami dengan Juli 2015.
herbal, 250 Tanaman herbal
berkhasiat obat + 60 Resep menu Oksman-Caldentey,K.M.S.T, Hakkinen
kesehatan. Pusat studi Biofarmaka and H.Rischer, 2007. Metabolic
LPPM IPB dan Gagas Ulung. PT. engineering of the alkaloid
Gramedia Pusat, Jakarta. biosynthesisbin plants : functional
genomic approaches, in
Crozier, A, M.N, Chifford , H, R.Verpoorte, A.W, Alfermann, T,S,
Ashihara. Plant Secondary Johnson (Eds). Application of Plant
Metabolites. Occurrence, Structure Metabolic Enginering. pp. 109-127.
and Role in the Human Diet. 2006. Published by Springer, P.O, BOX
Blackwell Publishing,Ltd. P.102- 17, 3300 AA Dordrecht,
133. Netherlands.
Pitoyo, A, Solichatun,E,Anggarwulan,
Dewick, M.P. Medicinal Natural 2002. Optimalisasi Produksi
Product A Biosynthetic Approach. Alkaloid Indol Terpenoid pada
3rd Edition. 2009. A John Wiley Kultur Kalus dan Suspensi Sel
and Son, Ltd, Publication. P. 366 – Catharanthus roseus (L), G,Don.
385. dengan Pemberian HCL dan
Variasi Triptofan dalam Media
Gardner,P.F, R.B, Pearce and R.L, Kultur. Journal Bio Smart Vol. 5
Mitcel, 1985. Physiologi of Crop No. 1.ISSN.1411-321X, April
Plants.The Low State University 2003. Hal :25 – 32.
Press. Penerjemah Susilo, H, 1991. Pandiangan, D, 2010, Kandungan IAA
UI-PRESS.Jakarta. dengan Pertumbuhan dan
Kandungan Katarantin Kultur
Hirata,Y, Hirata, K, N, Kurano, K, Agregat Sel Catharanthus roseus
Mijamoto dan K, Uchida. 1995. yang diberi perlakuan Triptofan
Formation of vinblastine in dalam Labu Erlenmeyer. Jurnal
multiple shoot culture Catharantus Ilmiah Sains Vol.10 No.2,
roseus. In Press. Oktober 2010. ISSN 1412 – 3770.
Pandiangan, D & N, Nainggolan, 2006a,
Mariska,I, 2013, Metabolit Sekunder : Produksi Alkaloid dari Kalus
Jalur Pembentukan dan Tapak Darah. Jurnal Ilmiah
kegunaannya, http:// Sains,6, 48 -54.
137
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 4 No. 4November 2015 ISSN 2302- 2493
Suiroka,IP, 2012. Penyakit Degeneratif
Pandiangan. D & N, Nainggolan, Mengenal, mencegah dan
2012, Peningkatan Produksi mengurangi faktor resiko 9
Katarantin pada Kultur Kalus penyakit degenerative, Nuha
C.roseus yang diberi NAA. Jurnal Medica, Yogyakarta
Hayati 13; 3, p. 90 – 94.
Lampiran 1. Tabel Komposisi Medium MS ( 1962 ) untuk Induksi kalus
Catharanthus roseus (L) Don G. ( Pandiangan, D , 2011)
No Kode stok Komponen MS Konsentrasi Stok 10 L
Mg/L Dalam 100
ML
I. Unsur makro
1 A NH4NO3 1650 16500
2 B KNO3 1900 19000
3 C CaCl22HO 440 4400
4 D MgSO47H2O 170 1700
5 E KH2PO4 370 3700
II. Unsur Mikro
6 FeSO17H2O 37,3 373
7 F NaEDTA 27,8 278
8 MnSO44H2O 22,3 223
9 ZnSO47H2O 8,6 86
10 H3BO3 6,2 62
11 G KI 0,83 8,3
12 NaMoO42H2O 0,25 2,5
13 CuSO47H2O 0,025 0,25
14 CoCl26H2O 0,025 0,25
III. Vitamin-Vitamin
15 H Glisin 2 20
16 I Inositol 100 1000
17 Asam nikotin 0,5 5
(Nicotin Acid)
18 J Pirydoxin-HCl 0,5 5
19 Thiamin-HCl 0,1 1
20 NAA 2 20
Kinetin 0,2 2
21 Sukrosa(Gula) 30.000
22 Agar 8.000
138