0% found this document useful (0 votes)
51 views9 pages

Keterkaitan Pusat Pertumbuhan Aceh

This study examines the economic linkages between growth centers and hinterland areas in Aceh Province, Indonesia. Three potential growth centers are analyzed: Banda Aceh, Lhokseumawe, and West Aceh. The study uses GRDP and distance data from 23 districts/cities from 2012-2016. Statistical tests show that Banda Aceh has a positive but insignificant impact on its hinterland as the fixed effect model best fits. Lhokseumawe, using the random effect model, positively and significantly impacts its hinterland. West Aceh's common effect model shows positive but insignificant results. The study aims to provide input for improving infrastructure, especially roads, to strengthen linkages between growth centers

Uploaded by

Anugrah Alka
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd
0% found this document useful (0 votes)
51 views9 pages

Keterkaitan Pusat Pertumbuhan Aceh

This study examines the economic linkages between growth centers and hinterland areas in Aceh Province, Indonesia. Three potential growth centers are analyzed: Banda Aceh, Lhokseumawe, and West Aceh. The study uses GRDP and distance data from 23 districts/cities from 2012-2016. Statistical tests show that Banda Aceh has a positive but insignificant impact on its hinterland as the fixed effect model best fits. Lhokseumawe, using the random effect model, positively and significantly impacts its hinterland. West Aceh's common effect model shows positive but insignificant results. The study aims to provide input for improving infrastructure, especially roads, to strengthen linkages between growth centers

Uploaded by

Anugrah Alka
Copyright
© © All Rights Reserved
We take content rights seriously. If you suspect this is your content, claim it here.
Available Formats
Download as PDF, TXT or read online on Scribd

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.

2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

KETERKAIATAN PUSAT PERTUMBUHAN TERHADAP WILAYAH


HINTERLAND (BERBASIS MODEL GRAVITASI)

Achmad Chumaini1*, Dr. Sofyan Syahnur, M.Si2


1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
email: achmadchumaini28@[Link]
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh,
email: Kabari_sofyan@[Link]

Abstrack
The purpose of this study the economic linkage of the districts/ cities in the province of Aceh
towards the hinterland area. In this study, The GRDP variables used is based on the constant
price of 23 districts/cities in the province of Aceh and the distance from the growth center to the
hinterland area. Data of this study used is panel data in the 2012-2016. The data by conducting
chow, housman and multiple langgrange extant trials, and from the results of the model test it
can be concluded for the three growth center for Banda Aceh, Lhoksemawe and west Aceh.
Banda Aceh based on the chow test and Hausman, Test choose the fixed effect model in Banda
Aceh as the center of growth positive for the test area trial effect areas to the hinterland region
but not significant results. While the Lhoksemawe city as the most appropriate growth center
used a random effect model testing which is more accurately estimated that lhoksemawe which is
the center of growth has a positive impact on its hinterland area and the results are significant.
West Aceh region uses the common effect model testing for estimation to show positive results
but the results are not significant. This results of this study are expected to be an input for the
government in improving infrastructure, especially road conditions.
Keywords: GRDP, Distance between municipal districts

Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterkaitan ekonomi pusat pertumbuhan di Provinsi
Aceh terhadap daerah hinterland. Pusat pertumbuhan ekonomi yang dikaji adalah Banda Aceh,
Lhokseumawe, dan Aceh Barat. Dalam penelitian ini, variabel yang di gunakan PDRB Atas dari
dua puluh tiga kabupaten kota di Provinsi Aceh dan Jarak dari Pusat Pertumbuhan terhadap
daerah hinterland. Data untuk penelitian ini menggunakan data dalam kurun waktu 2012-2016.
Dengan melakukan pengujian uji Chow, Hausman dan Multiple Langgrange, dapat disimpulkan
hasil estimasi model untuk ketiga pusat pertumbuhan untuk Banda Aceh, Lhoksemawe dan Aceh
Barat. Untuk banda Aceh berdasarkan, Uji Chow dan Uji Hausman memilih model Fixed Effect
Model yaitu Banda Aceh sebagai pusat pertumbuhan berdampak positif terhadap wilayah
hinterland-nya namun tidak signifikan, Sedangkan Kota Lhoksemawe sebagai pusat
pertumbuhan pengujian paling sesuai Random Effect Model yang lebih tepat estimasi yaitu
Lhoksemawe yang menjadi pusat bertumbuhan berdampak positif tehadap wilayah hinterland-
nya dan signifikan. Sedangkan wilayah Aceh Barat, Common Effect Model yang digunakan
untuk estimasi menunjukan hasil yang positif tapi tidak signifikan. Hasil dari penelitian
diharapkan bisa menjadi masukan bagi pemerintah dalam meningkatkan infrastruktur khususnya
kondisi jalan
Kata kunci: PDRB, Jarak antar kabupaten kota.

193
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

PENDAHULUAN

Pusat pertumbuhan adalah wilayah terjadinya aktifitas perdagangan, pelayanan masyarakat,


industri, dan juga merupakan pusat perekonomian di suatu daerah. Dalam suatu pemerintahan
provinsi sangat penting untuk mengetahui wilayah yang memiliki potensi untuk dijadikan pusat
pertumbuhan. Karena dengan ditentukannya pusat pertumbuhan, maka akan lebih mudah dalam
mempercepat program pembangunan di wilayah tersebut. semakin majunya pertumbuhan
ekonomi di pusat pertumbuhan maka tentunya akan berimplikasi pada daerah di sekitarnya
(Hinterland). Diharapkan daerah yang dijadikan pusat pertumbuhan dapat memberikan spillover
effect positif pada daerah sekitarnya atau hinterland dari daerah pusat pertumbuhan.
Provinsi Aceh merupakan provinsi paling barat di Negara Indonesia dan memiliki 23
kabupaten/kota dengan luas wilayah 5.837.563 Ha (Aceh dalam angka, 2011) dengan Banda
Aceh sebagai ibukota provinsi nya. Menurut peraturan pemerintah No.26 tahun 2008 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menetapkan daerah-daerah yang dijadikan kawasan
andalan di provinsi Aceh, diantaranya adalah :
· Kota Banda Aceh
· Kabupaten Lhoksemawe
· Kabupaten Aceh Barat
Pembangunan perkotaan dan kabupaten di seluruh Provinsi Aceh pada dasarnya saling terkait
dan membentuk satu sistem pembangunan wilayah yang sinergis. Tetapi hal ini belum
sepenuhnya terjadi di karenakan masih rendahnya pertumbuhan untuk wilayah-wilayah kota-kota
di daerah pedalaman provinsi Aceh. Pertumbuhan kota-kota besar di provinsi saat ini masih
terpusat di wilayah Banda Aceh sebagai ibukota provinsi kota lhoksemawe di utara provinsi
Aceh, dan langsa di wilayah timur provinsi Aceh, sedangkan perkembangan kota-kota menengah
dan kecil, terutama di wilayah barat selatan masih berjalan [Link] ini di karenaka
pertumbuhan perkotaan yang tidak seimbang di tambah ada kesenjangan pembangunan
menimbulakan migrasi penduduk dari kota-kota yang pertumbuhannya lambat menuju kota yang
pertumbuhannya cepat.
Ketimpangan antar daerah dalam hal kabupaten/kota di Provinsi Aceh dikarenakan
perbedaan sumber daya alam dan perbedaan jumlah penduduk (Aidar dan Syahputra, 2015).
Kabupaten/kota yang memiliki sumber daya, baik itu sumber daya alam ataupun sumber daya
manusia akan mengalami pertumbuhan yang positif sedangkan kabupaten/kota kota yang
kekurangan sumber daya akan mengalami pertumbuhan yang negatif.

Tabel 1. Kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang ada di provinsi Aceh tahun 2013-2016
No Kabupaten/Kota 2013 2014 2015 2016
1 Kab. Simeleu 47 48 49 49
2 Kab. Aceh singkil 59 60 62 63
3 Kab. Aceh selttan 52 53 54 55
4 Kab. Aceh tenggara 46 47 48 49
5 Kab. Aceh timur 71 73 74 76
6 Kab. Aceh tengah 42 43 44 45
7 Kab. Aceh barat 67 69 70 72
8 Kab. Aceh besar 130 132 135 138
194
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

9 Kab. Pidie 128 130 132 134


10 Kab. Bireuen 232 236 242 247
11 Kab. Aceh utara 210 213 217 220
12 Kab. Aceh barat daya 72 73 75 76
13 Kab. Gayo lues 15 16 16 16
14 Kab. Aceh tamiang 127 128 131 133
15 Kab. Nagan raya 42 43 44 45
16 Kab. Aceh jaya 21 22 22 23
17 Kab. Bener meriah 69 70 72 73
18 Kab. Pidie jaya 151 154 157 160
19 Kota Banda Aceh 4275 1455 4470 4552
20 kota Sabang 264 268 272 276
21 Kota langsa 787 802 817 832
22 Kota Lhoksemawe 1198 1225 1251 1276
23 Kota Subulussalam 61 63 64 66
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh

Dari Tabel 1 kita dapat melihat betapa besarnya angka kepadatan penduduk yang
terjadi di tiga kota besar di Aceh, Banda aceh menjadi kota dengan kepadatan tertingi dalam
kurun waktu 4 tahun terakhir, kota lhoksemawe berada di urutan kedua dan kota Langsa berada
di urutan ketiga. Laju PDRB Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh berfluktuasi dari tahun 2012-
2016 Banda Aceh menjadi kota dengan laju PDRB paling tinggi walaupun sempat mengalami
penurunan pada tahun 2013 Masalah ketimpangan pendapatan kabupaten/kota di Provinsi Aceh
adalah salah satu dampak dari urbanisasi yang sedang terjadi.

Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini ialah sebagai berikut, bagaimana pengaruh keterkaitan
pusat pertumbuhan terhadap wilayah Hinterland di provinsi Aceh ?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keterkaitan ekonomi Kabupaten/Kota yang
menjadi Pusat Pertumbuhan di provinsi Aceh terhadap daerah hinterland
Mamfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai berikut:
· Dapat digunakan sebagai masukan bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan pembangunan selanjutnya.
· Bagi peneliti sendiri dapat di jadikan sebagai referensi penelitian-penelitian selanjutnya

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Kutub Pertumbuhan
Teori yang pertama kali dikemukakan ahli ekonomi dari Perancis yaitu, Francois Perroux
yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan pembangunan tidak dapat di rasakan oleh semua
daerah, melainkan terbatas di sebagian daerah tertentu dengan variabel yang berbeda ukurannya .
Dengan mengikuti pandangan dari Perroux, Hirschman mengatakan bahwa adanya kewajiban
untuk membangun beberapa pusat kekuatan ekonomi di suatu negara dengan tujuan agar
195
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

mencapai tingkat pendapatan yang tinggi, atau biasa disebut sebagai pusat-pusat pertumbuhan
(growth point atau growth pole) (Adisasmita, 2005: 60).

Wilayah Hinteland
Wilayah hinterland disebut juga dengan nama lain, yaitu: kota satelit. Pada hakikatnya dari
dua kata itu mempunyai kesamaan, yaitu kota kecil yang terletak disekitaran kawasan kota besar,
dan mempunyai persamaan dalam pola kinerja namun dalam skala kecil. Di daerah hinterland
selalu ada kegiatan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan lainnya namun dalam ruang lingkup
kecil, tidak luas seperti pada pusat kota.

Pertumbuhan Ekonomi Daerah


Makna dari daerah berbeda tergantung dari apa yang sedang ditinjaunya. Dari segi ekonomi,
daerah memiliki tiga pengertian yaitu (Lincolin Arsyad, 1999). Wilayah dianggap sebagai tempat
untuk kegiatan ekonomi terjadi dalam berbagai pelosok ruang tersebut memiliki sifat-sifat yang
sama. Persamaan itu ialah dari segi pendapatan perkapitanya, geografisnya, social budayanya
dan lainnya. Daerah dalam pengertian seperti ini daerah diartikan daerah homogen.

Hubungan Pusat Pertumbuhan dan Pertumbuhan Hinterland


Boudevil (1978) menyatakan bahwa teori kutub pertumbuhan regional sebagai kelompok
industry yang mengalami ekpansi yang berlokasi di perkotaanakan mendorong kegiatan eknomi
ke daerah sekitar nya yang berada di daerah cakupan kota tersebut.
Gunnar myrdal (1957) tentang spread effect dan backwash effect pertumbuhann ekonomi
dalam tata ruang, menyaakan bahwa jiaka suatu daerah mengalami perkembngan maka akan
membawa pengaruh atau berimbas pada daerah laiinya. Kekuatan pertumbuhan kota akan
memiliki daya tarik bagi pusat-pusat daerah terbelakangnya yang mana akan mendorong migrasi
tenaga kerja, modal dan sumber daya laiinya yang secara selektif akan terpilih sesuai dengan
kebutuhan pertumbuhan perkotaaan. Dengan demikian akan menekan angka tingkat kemiskinan
karena upah yang lebih baik di perkotaan dan akan mendorong angka pertumbuhan di daerah.

METODOLOGI PENELITIAN
Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini berbentuk deskriptif-kuantitaif. Secara deskriptif, penelitian akan
menjelaskan seberapa kuat keterkaitan ekonomi yang terjadi antara Kabupaten yang menjadi
Pusat Pertumbuhan di Provinsi Aceh dengan Kabupaten lainnya. Secara kuantitatif, penelitian ini
akan mengestimasi data yang ada untuk melihat bagaimana pengaruh interaksi ekonomi terhadap
pertumbuhan ekonomi. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Aceh.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, dilakukan dengan cara me-nyalin atau
mengutip data yang sudah disediakan oleh pihak-pihak tertentu, dan data diolah sesuai dengan
analisis yang digu-nakan dalam penelitian. Data sekunder tahun 2012 sampai dengan tahun
2016, diperoleh dengan mengambil dari studi pustaka, instansi seperti BPS (Badan Pusat
Statistik) dan Bappeda Aceh yaitu data time series.
Teknik Analisis Data
Data yang digunakan didalam penelitian ini adalah data panel. Data panel merupakan
data yang dipergunakan dalam analisis ekonometrika berupa data time series dan cross section.
196
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

Menurut Prasetyo dan Firdaus (2009) data panel (panel pooled data) adalah gabungan antara
data cross section dan data time series.
Variabel tak bebas pada penelitian ini berupa PDRB Kabupaten/kota asal dan jumlah
penduduk Kabupaten/Kota asal. Sedangkan variabel bebasnya adalah PDRB Kabupaten/Kota
asal dan PDRB Kabupaten/Kota tujuan, jumlah penduduk Kabupaten/Kota asal, dan jarak antara
Kabupaten/Kota asal. Selanjutnya, dikembangkan model gravitasi untuk melihat pengaruh
interaksi spasial ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten kota di provinsi Aceh:
....................................................................... (3.1)
Persamaan (3.1) diubah menjadi persamaan regressi dalam bentuk logaritma sehingga
menjadi:
LogPDRBB = logb0+b [Link] – [Link] + ei,j ........................ (3.2)
Dimana:
PDRBA = PDRB Kabupaten/Kota asal
PDRBAT = PDRB Kabupaten asal dan tujuan
JRK = Jarak Kabupaten/Kota asal dan Kabupaten tujuan
Ks = Kondisi jalan
b0 = konstanta
b1, b2 = koefisien regressi yang akan ditaksir
Eij = Error terms

Tekhnik Penafsiran Model


Tekhnik pengujian sebagai berikut:
1. Uji Chow
Adalah pengujian untuk menentukan model common effect atau model fixed effect, model
mana yang paling tepat untuk mengestimasi data panel.
Berikut estimasi hasilnya:
H0 : pilih Common Effect Model (CEM)
H1 : pilih Fix Effect Model (FEM)
Jika nilai Probabilitas dibawah 0,05 maka hipotesis yang diterima adalah H1 dan tolak
H0. Jika nilai probabilitas diatas 0,05 maka tolak H1 dan terima H0.
2. Uji Hausman
Merupakan pengujian statistik untuk menentukan model mana yang tepat digunakan
antara Random Effect dengan Fixed Effect. Berikut hasilnya:
H0 : pilih Random Effect Model (REM)
H1 : pilih Fix Effect Model (FEM)
Jika nilai Probabilitas dibawah 0,05 maka hipotesis yang diterima adalah H1 dan tolak
H0. Jika nilai probabilitas diatas 0,05 maka tolak H1 dan terima H0.
3. Uji Lagrange Multiplier
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan Random Effect lebih baik
dibandingkan Common Effectuntuk digunakan. Berikut hasilnya:
H0 : pilih Common Effect Model (CEM)
H1 : pilih Random Effect Model (REM)
Jika nilai Probabilitas dibawah 0,05 maka hipotesis yang diterima adalah H1 dan tolak
H0. Jika nilai probabilitas diatas 0,05 maka tolak H1 dan terima H0.

197
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

Definisi Operasional Variabel


1. PDRB Atas Dasar Harga Konstan ialah pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan
produksi riil pada suatu daerah atau provinsi yang dihitung dalam satuan persen.
2. Jarak adalah kondisi jalan sebelumnya dari kota pusat yang dihitung dalam satuan
kilometer (km).
3.
Hasil Estimasi dan Pembahasan

Tabel 2. Hasil estimasi wilayah Pusat Pertumbuhan Banda Aceh


Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PDRB_BANDA 0.172296 0.113030 1.524341 0.1514


JARAK -0.011693 0.004140 -2.824312 0.0143
C 3.641516 0.551045 6.608385 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.570649 Mean dependent var 4.119500


Adjusted R-squared 0.372488 S.D. dependent var 0.424568
S.E. of regression 0.336324 Akaike info criterion 0.927734
Sum squared resid 1.470480 Schwarz criterion 1.276240
Log likelihood -2.277340 Hannan-Quinn criter. 0.995766
F-statistic 2.879715 Durbin-Watson stat 2.423355
Prob(F-statistic) 0.051911
Sumber :Hasil Eviews (2019)

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 2, satu variabel bebas yaitu Pertumbuhan Ekonomi
Kota Banda Aceh berhubungan positif namun tidak signifikan paa pertumbuhan ekonomi daerah
Hinterland dengan nilai probabilitas 0,1514 > 0,05. Hal tersebut berarti bahwa meningkatnya
pusat pertumbuhan ekonomi kota Banda Aceh tidak memberi dampak terhadap wilayah
Hinterland.

Analisis Koefisien Estimasi Model Pusat pertumbuhan Lhoksemawe

Tabel 3. Hasil estimasi wilayah Pusat Pertumbuhan Lhoksemawe

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PDRB_LHOKSEM
AWE 0.203701 0.075539 2.696649 0.0153
JARAK -0.008677 0.015875 -0.546576 0.5918
C 3.295631 2.269744 1.451984 0.1647

Effects Specification
S.D. Rho
198
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

Cross-section random 4.295011 0.7683


Idiosyncratic random 2.358347 0.2317

Weighted Statistics

R-squared 0.323568 Mean dependent var 0.366279


Adjusted R-squared 0.243987 S.D. dependent var 2.658247
S.E. of regression 2.311319 Sum squared resid 90.81731
F-statistic 4.065926 Durbin-Watson stat 2.531506
Prob(F-statistic) 0.036050

Unweighted Statistics

R-squared 0.093005 Mean dependent var 1.383500


Sum squared resid 335.1981 Durbin-Watson stat 0.685877

Sumber :Hasil Eviews (2019)

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 4.7, satu variabel bebas yaitu Pertumbuhan
Ekonomi Kota Lhoksemawe berhubungan positif akan dan signifikan pada pertumbuhan
ekonomi daerah Hinterland dengan nilai probabilitas 0,0153 < 0,05. Hal tersebut berarti bahwa
meningkatnya pusat pertumbuhan ekonomi kota Lhoksemawe memberi dampak terhadap
wilayah Hinterland.

Analisis Koefisien Estimasi Model Pusat pertumbuhan Aceh Barat

Tabel 3. Hasil estimasi wilayah Pusat Pertumbuhan Lhoksemawe

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

PDRB_A_BARAT 0.668698 0.836160 0.799726 0.4382


JARAK 0.005162 0.006895 0.748639 0.4674
C 1.071512 3.312743 0.323451 0.7515

R-squared 0.060323 Mean dependent var 3.854375


Adjusted R-squared -0.084242 S.D. dependent var 1.087731
S.E. of regression 1.132622 Akaike info criterion 3.254308
Sum squared resid 16.67681 Schwarz criterion 3.399168
Log likelihood -23.03446 Hannan-Quinn criter. 3.261726
F-statistic 0.417272 Durbin-Watson stat 1.084803
Prob(F-statistic) 0.667360

Sumber :Hasil Eviews (2019)

Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 4 satu variabel bebas yaitu Pertumbuhan Ekonomi
Aceh Barat berhubungan positif tetapi tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah
Hinterland dengan nilai probabilitas 0,4382 > 0,05.

199
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

Kesimpulan
1. Pusat Pertumbuhan wilayah Kota Banda Aceh berdampak positif terhadap wilayah
hinterland-nya akan tetapi dampak ini tidak sigifikan karena tidak mempengaruhi
wialayah hinterlandnya, jarak dengan melihat kondisi jalan negatif jika jalan nya semakin
bagus maka ekonomi daerah akan semakin menurun karena sumber eonomi akan tertarik
ke pusat pertumbuhan
2. Pusat pertumbuhan wilayah Kota Lhoksemawe berdampak positif terhadap wilayah
Hintenlannya dan signifikan, jika lhoksemawe sebagai pusat pertumbuhan tumbuh maka
wilayah Hinterlanya juga akan ikut tumbuh, jarak dengan melihat kondisi jalan negatif
akan tetapi tidak signifikan karena tidak memberi dampak penurunan pertumbuhan
ekonomi terhadap wialayah Hinterlandnya.
3. Pusat pertumbuhan wilayah Aceh Barat positif terhadap wilayah hinterlandnya, akan
tetapi tidak memberi dampak terhadap wilayah hinterland-nya jarak dengan melihat
kondisi jalan tidak berpengaruh signifikan.
Saran

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur bagi pemerintah dalam
penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ditahun-tahun yang akan datang.
Penyusunan RTRW ditahun yang akan datang diharapkan dapat lebih
mempertimbangkan untuk menetapkan lebih banyak Kabupaten/Kota pusat pertumbuhan
di Provinsi Aceh sehingga pemerataan pembangunan dapat lebih terjangkau
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah variasi variabel lainnya dalam
penelitian, sehingga mampu memberikan gambaran yang lebih yang lebih detail dan
spesifik.
3. selanjutnya pemeritah juga dapat melakukan perbaikan ifrastruktur dalam hal ini
infrastruktur jalan, dimana semakin bagus jalan yang dapat di lalui oleh masyarakat hal
ini akan memudahkan terjadinya interaksi dari wilayah kabupaten/kota yang menjadi
pusat pertumbuhan terhadap wilayah kabupaten/kota Hinterland nya.

Daftar Pustaka

Adisasmita, Rahardjo, 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah.


Badan Pusat Statistik Aceh. (2012). Statistik Aceh 2012. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh.

Badan Pusat Statistik Aceh. (2013). Statistik Aceh 2013. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh.

Badan Pusat Statist ik Aceh. (2014). Statistik Aceh 2014. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh.

Badan Pusat Statistik Aceh. (2015). Statistik Aceh 2015. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh.

Badan Pusat Statistik Aceh. (2016). Statistik Aceh 2016. Banda Aceh: Badan Pusat Statistik
Provinsi Aceh.
200
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) ISSN.2549-8363
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.4 No.3 Agustus 2019 : 193-201

Gunnar, Myrdal 1957. Richland And Poor : The Road to World Property Penerbit : Saint
Josehp University, 1957.
Hayness, & Fotheringham. (1984). Gravity and Spatial Interaction Models. Scientific
Geoghrapy. Sage Publication, Inc. California.

Lincolin Arsyad,1999 Ekonomi Pembangunan, STIE, YKPN, 1957.

201

You might also like