Siswa MAN 1 Barru dan Bullying
Siswa MAN 1 Barru dan Bullying
MUJTAHIDAH
Kementerian Agama Kab. Barru; MAN 1 Barru
Email: [email protected]
Abstract
The study aims at discovering (i) the discription of bullying behavior which covers the forms of
bullying behaviors and characteristics of the subjects who do the bullying, (ii) the factors causing the
bullying, (iii) the impact of bullying behavior, and (iv) the handling efforts conductes by BK
teachers.The study employed qualitative approach with a case study. Date were colected through in-
depth interview, observation, and documentation. Data obtained were analyzed using descriptive
qualitative analysis and data analysis techniques used were data reduction, data display, and
conclusion drawing. The result of the study reveal that (i) the dsecription of bullying behavior which
covers the forms of bullying behavior are hitting, punching, kicking, and slapping. The forms verbal
bullying are scolding, insulting, ridiculing, and calling with bad names. The characteristics of
bullying abusers are less empathy, easily, nagry, and impulsive (ii) the factors which influence
bullying behaviors are; a) childhood experiences, b) lack of attention from parents, c) support from
peers. d) personality factor of abuser, (iii) the impact of bullying behavior in ZA case is
disharmonized social relation with peers because ZA is avoided by friends due to his behaviors, and
(iv) the form in handling bullying behavior conducted by BK teachers is counseling technique that rely
more on giving advices
Abstrak
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (i) Gambaran perilaku bullying yang meliputi: bentuk -
bentuk perilaku bullying, dan karakteristik pelaku, (ii) Faktor penyebab terjadinya bullying, (iii)
Dampak perilaku bullying, dan (iv) Upaya penanganan yang telah dilakukan guru BK. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus dengan teknik pengumpulan
data melalui wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi. Data yang
diperoleh dianalisis dengan analisis deskripftif kualitatif dan teknik analisis data yang digunakan
adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: (i) gambaran perilaku pelaku bullying, meliputi bentuk bullying fisik: memukul, meninju,
menendang, menampar, mendorong dan memalak; bentuk bullying verbal: memarahi, menghina,
mengejek dan memanggil dengan sebutan yag buruk. Adapun karakteristik pelaku: kurang empati,
mudah marah, dan impulsif. (ii) faktor yang mempengaruhi perilaku bullying adalah: (a) pengalaman
masa kecil (b) kurang perhatian dari orang tua, (c) dukungan dari teman sebaya, (d) faktor
kepribadian pelaku. (iii) dampak perilaku bullying bagi kasus ZA adalah hubungan sosial dengan
teman sekelas yang tidak baik karena ZA dijauhi akibat perilakunya. (iv) bentuk penanganan perilaku
bullying yang telah dilakukan oleh guru BK adalah teknik konseling yang lebih pada pemberian
nasehat.
1
PENDAHULUAN pengucilan, atau intimidasi. Sedangkan
menurut Coloroso (2003) bahwa bullying
adalah tindakan bermusuhan yang dilakukan
Kenakalan remaja di tingkat sekolah
secara sadar dan disengaja yang bertujuan
menengah sudah menjadi bagian fenomena
untuk menyakiti seperti menakuti melalui
umum yang memperihatinkan. Mujiati
ancaman agresi dan menimbulkan teror
(2015:1) mengemukakan “salah satu masalah
termasuk tindakan yang direncanakan maupun
yang berkembang di sekolah adalah
secara spontan, bersifat nyata atau hampir
kecenderungan siswa melakukan perilaku
tidak terlihat dihadapan seseorang atau
bullying. Perilaku bullying telah lama menjadi
dibelakang seseorang, mudah untuk
bagian dari dinamika yang ada di sekolah.”
diidentifikasi atau terselubung dibalik
Kasus bullying di sekolah hendaknya
persahabatan, dilakukan oleh seseorang atau
menjadi perhatian bagi pengelola pendidikan
sekelompok anak.
untuk segera mengatasi kasus bullying di
Wiyani (2012) mengemukakan pendapat
sekolah. Sebagaimana yang termuat dalam
Dan Olweus bahwa bullying mengandung tiga
UUD 1945 pasal 28B (ayat 2): “Setiap anak
unsur mendasar dari perilaku pelaku bullying
berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
sebagai berikut: (a) bersifat menyerang
berkembang, serta berhak atas perlindungan
(agresif) dan negatif, (b) dilakukan secara
dari kekerasan dan diskriminasi”.
berulang kali, (c) adanya ketidakseimbangan
Undang-Undang Perlindungan Anak
kekuatan antara pihak yang terlibat.
No.23 Tahun 2002 Pasal 54 juga memuat
Menurutnya bahwa bullying itu terjadi ketika
bahwa: “Anak di dalam dan di lingkungan
seseorang berusaha untuk menyakiti secara
sekolah wajib dilindungi dari tindakan
psikologis ataupun fisik terhadap seseorang
kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola
atau sekelompok orang yang lebih lemah, oleh
sekolah, atau teman-temannya di dalam
seseorang atau sekelompok orang yang lebih
sekolah yang bersangkutan, atau lembaga
kuat. Perilaku bullying sebagai bentuk
pendidikan lainnya”.
perlakuan yang tidak menyenangkan yang
Rigby (2002), menyatakan bahwa
dialami oleh siswa di sekolah.
sekolah menjadi titik awal terjadinya bullying
Pengertian yang dikemukakan oleh para
dan tidak diragukan lagi bahwa intimidasi
ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa
terjadi di sekolah dan menyebabkan beberapa
bullying merupakan sebuah situasi dimana
anak menderita, ketidak pedulian teman-
terjadi tindakan penyalahgunaan kekuatan atau
teman, minimnya pengawasan dari sekolah,
kekuasaan yang dilakukan oleh seorang atau
dan kurangnya perhatian orang tua menjadi
kelompok yang melakukan tindakan negatif
dugaan alasan meluasnya kecenderungan
karena merasa memiliki kekuasaan dan
perilaku bullying.
kekuatan dengan menyakiti orang lain secara
Bullying merupakan sebuah kata
fisik, verbal, dan psikologis yang dilakukan
serapan dari bahasa Inggris. Bullying berasal
tidak hanya sekali bahkan dapat berkelanjutan
dari kata bully yang artinya penggertak, atau
sehingga dapat merugikan orang lain dan
orang yang mengganggu orang yang lemah.
mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak
Secara psikologis, bullying adalah ekspresi
nyaman atau terluka dan menderita, termasuk
muka yang merendahkan, kasar atau tidak
tindakan yang direncanakan maupun secara
sopan, mempermalukan dan mengucilkan.
spontan, bersifat nyata atau hampir tidak
American Psychological Association (2013)
terlihat dihadapan seseorang atau dibelakang
mengartikan bullying sebagai: “A form of
seseorang, mudah untuk diidentifikasi atau
aggressive behavior in which someone
terselubung dan dilakukan secara sadar dan
intentionally and repeatedly causes another
sengaja.
person injury or discomfort. Bullying can take
Fenomena perilaku bullying dapat
the form of physical contact, words or more
dianalisa dari “teori belajar sosial berdasarkan
subtle actions”.
rumusan reciprocal triadic (interaksi timbal
Menurut Susanti (2006), beberapa
balik antara kepribadian-lingkungan-
istilah dalam bahasa Indonesia yang seringkali
perilaku)”, (Bandura, 1997: 6). Teori ini
dipakai untuk menggambarkan fenomena
menjelaskan bahwa dari sisi internal, perilaku
bullying di antaranya adalah penindasan,
bullying muncul sebagai hasil keyakinan anak
penggencetan, perpeloncoan, pemalakan,
bahwa ia mampu mengendalikan fungsi diri
2
mereka dan kejadian lingkungan serta menampilkan ekspresi muka yang
kemampuan untuk mengeksplorasi, merendahkan, mengucilkan atau
memanipulasi dan memengaruhi lingkungan mengabaikan.
demi hasil yang diinginkannya. Bullying bisa langsung maupun tidak
Bandura menggunakan istilah reciproc langsung. Bentuk-bentuk langsungnya
untuk menunjukkan interaksi triadic faktor termasuk serangan fisik atau verbal dan
tersebut. Ketiga faktor reciproc ini tidak perlu pengasingan relasional sosial. Sedangkan
sama kuat atau setara. Namun, ketiganya bullying tidak langsung misalnya menyebarkan
relatif beragam tergantung pribadi dan rumor jahat atau merusak barang kepunyaan,
situasinya. termasuk yang lebih mutakhir sekarang ini
Teori belajar sosial Bandura secara adalah cyberbullying atau bullying elektronik.
singkat menyatakan bahwa anak belajar dari Dan Olweus (1997) merumuskan
lingkungannya sehingga kemudian diproduksi karakteristik pelaku bullying sebagai berikut:
dalam dinamika pribadi dan perilaku. Teori ini (1). Kekuatan yang memaksa untuk
melihat secara seimbang unsur internal dan mendominasi dan menundukkan siswa lain
eksternal anak. Faktor internal berupa untuk memperoleh hal yang diinginkan, (2).
kepribadian dan perilaku dipandang sebagai Menuruti kata hati dan mudah marah, (3).
faktor reaksi yang dinamis dalam Sedikit menunjukkan empati atau kepedulian
berkembangnya perilaku bullying. Selain itu, terhadap siswa yang menjadi korban, (4).
faktor lingkungan berupa keberadaan Seringkali menantang dan agresif terhadap
significant others yang dia amati dan lihat orang dewasa termasuk kepada orang tua dan
secara tidak langsung dicerna dan reproduksi guru, (5). Seringkali terbawa dalam antisosial
perilakunya sebagai dinamika modeling dalam pada yang lain atau terbiasa melakukan
proses pembelajaran perilaku. Kepribadian dan kegiatan seperti vandalism, kenakalan dan
perilaku individu bersama dengan faktor penggunaan obat-obatan, (6). Jika mereka
lingkungan saling berinteraksi dan saling adalah remaja laki-laki biasanya secara fisik
memengaruhi dalam merespon situasi yang kuat dari pada remaja laki-laki yang lainnya
dihadapi (Feist & Feist, 2006). dan terutama pada korban mereka.
Analisa lain adalah perilaku bullying Rigby (Astuti: 2008) yang menguraikan
muncul sebagai respon aktif anak dalam beberapa karakteristik pelaku bullying,
menghadapi situasi atau reaksi lingkungan. diantaranya sebagai berikut: a) tidak matang
Secara umum teori Bandura menyatakan secara emosional, b) tidak mampu menjalin
bahwa perilaku bullying disebabkan karena hubungan akrab, c) kurang kepedulian
adanya model perilaku dan berulang karena terhadap orang lain, d) moody dan tidak
adanya penguat dari perilaku yang telah konsisten, e) mudah marah dan impulsive, f)
dilakukannya (Wenar & Kerig, 2005). tidak memiliki rasa bersalah atau menyesal.
Faktor penyebab terjadinya bullying
Bentuk-bentuk bullying antara lain : pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu faktor
a. Bullying fisik yaitu perilaku yang internal dan eksternal. Faktor internal adalah:
dilakukan secara langsung ke korban (a) karakteristik kepribadian, (b) kekerasan
seperti memukul, menendang, yang dialami sebagai pengalaman masa lalu,
mendorong, meninju, menampar, (c) sikap keluarga yang memanjakan anak
membanting, dan merusak barang. sehingga tidak membentuk kepribadian yang
b. Bullying verbal yaitu tindakan yang matang. Faktor eksternal yang menyebabkan
dilakukan dalam bentuk lisan yang di kekerasan adalah: (a) lingkungan, dan (b)
tujukan kepada korban seperti celaan, budaya. Hoover, et al., (1998).
fitnah, menghina, mengancam, Menurut Purwanto (2015) bahwa
menuduh, menyoraki, memaki, menebar perilaku bullying berdampak buruk bagi
gosip, dan mengejek-ejek. korban, saksi atau penonton maupun bagi
c. Bullying mental/ psikologis ini sulit pelakunya. Dampak buruk bagi korban
dideteksi dari luar. tindakan yang di tindakan bullying antara lain: kecemasan,
lakukan oleh pelaku dengan bahasa- merasa kesepian, rendah diri, depresi, dan
bahasa tubuh yang di tunjukan langsung penurunan prestasi akademik. Sementara
di hadapan korban. Contohnya melihat pelaku bullying tidak akan terlepas dari resiko
dengan sinis, menjulurkan lidah, berikut: sering terlibat dalam perkelahian,
3
mengalami cidera akibat perkelahian, bolos Penelitian awal ini diperoleh dari
dari sekolah, dan rendahnya sikap pengamatan terhadap sejumlah siswa di MAN
menghormati kepada sesama teman dan guru. 1 Barru khususnya kelas XI.MIA-1. Sesuai
Sementara untuk, mereka yang menyaksikan data yang diperoleh dari buku catatan kasus
tindakan bullying pada teman-temannya BK bahwa pada hari selasa tanggal 3 Mei 2016
berada pada resiko menjadi penakut dan rapuh, pelaku (ZA) telah menganggu teman sekelas
sering mengalami kecemasan, dan rasa dengan mengejek dan memukul sehingga
keamanan diri yang rendah. menyebabkan korban bullying merasa tidak
Bullying umumnya mengarah pada nyaman sehingga berdasarkan kajian literatur
tindakan kekerasan yang semakin besar dan maka dibutuhkan bentuk penanganan yang
berkepanjangan yang tidak hanya merugikan lebih tepat untuk membantu siswa dalam
korbannya saja tetapi juga pada pelaku menangani perilaku bullying.
khususnya menghambat peluang untuk bisa Berdasarkan kondisi objektif tersebut,
belajar dan berprestasi di sekolah sekaligus maka rumusan masalah dalam penelitian ini
memberi efek negatif pada iklim sekolah. yaitu bagaimanakah gambaran perilaku pelaku
Upaya yang dapat dilakukan dalam bullying siswa MAN 1 Barru, Faktor- faktor
pemberian bantuan layanan bimbingan dan apa saja yang menyebabkan terjadinya
konseling bagi siswa untuk mengurangi perilaku bullying pada siswa MAN 1 Barru,
perilaku pelaku bullying di sekolah yaitu Apa saja dampak perilaku pelaku bullying
dengan pendekatan komprehensif. Perlakuan pada siswa MAN 1 Barru, dan Bagaimana
atau intervensi yang dapat diberikan oleh guru upaya penanganan yang telah dilakukan guru
BK terhadap pelaku bullying, antara lain: bimbingan dan konseling bagi pelaku bullying
1. Memberikan layanan informasi pada siswa MAN 1 Barru?
mengenai bullying di sekolah dalam Tujuan penelitian ini adalah untuk
berbagai macam bentuk dan kegiatan mengetahui gambaran perilaku pelaku
yang dilakukan bersama dengan pihak bullying siswa MAN 1 Barru, untuk
sekolah mengetahui faktor- faktor yang menyebabkan
2. Menetapkan aturan bersama di dalam terjadinya perilaku bullying pada siswa MAN
sekolah untuk mencegah 1 Barru, untuk mengetahui dampak perilaku
berkembangnya perilaku bullying di pelaku bullying pada siswa MAN 1 Barru dan
sekolah untuk mengetahui upaya penanganan yang
3. Mengajak orang tua siswa untuk ikut telah dilakukan guru bimbingan dan konseling
aktif dalam permasalahan bullying di bagi pelaku bullying pada siswa MAN 1
sekolah Barru.
4. Memberikan layanan informasi Manfaat penelitian ini terbagi dua yaitu
kepada guru dan orang tua siswa untuk manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis,
menciptakan lingkungan yang penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kondusif agar tidak memicu sumbangan positif atau kontribusi secara
munculnya pembentukan calon-calon subtantif- konseptual- teroritis untuk
yang berperan dalam perilaku pengembangan keilmuan di bidang bimbingan
bullying. dan konseling, khususnya untuk pelaksanaan
Sementara upaya pencegahan untuk penelitian berikutnya. Secara praktis manfaat
memutus siklus bullying menurut Townsend yang diharapkan adalah hasil penelitian ini
(1998) adalah peran serta orang tua, peran dapat menjadi masukan bagi guru
seorang konselor di institusi pendidikan dan pembimbing, sebagai bahan untuk
peran lingkungan. Sikap yang bijaksana dan mengembangkan penyusunan program
arif sangat diperlukan dalam menangani bimbingan dan konseling serta peningkatan
pelaku bullying. Upaya untuk memperkecil kualitas layanan bagi siswa.
atau bahkan meniadakan perilaku bullying di
sekolah harus terus dilakukan, termasuk
mengurangi kehadiran orang-orang yang METODE PENELITIAN
mendukung dan menumbuh suburkan perilaku Penelitian ini menggunakan pendekatan
pelaku tersebut. Penelitian ini menegaskan kualitatif dengan metode studi kasus Teknik
bahwa menangani pelaku bullying harus pengumpulan data yang digunakan dalam
dengan sikap yang tegas tetapi bijaksana. penelitian ini adalah adalah wawancara
4
mendalam (indepth interview), partisipasi Pernyataan tersebut diperkuat oleh
observasi (participant observation), studi penyataan NA yang telah di sampaikan pada
dokumentasi dan gabungan ketiganya atau saat wawancara ketika diajukan pertanyaan
trianggulasi. Pertanyaan yang diberikan “Pernahkah di bully sama temannya?”. Secara
kepada responden adalah pertanyaan- spontan responden memberi jawaban, berikut
pertanyaan terbuka. kutipan wawancaranya: “Pernah, bahkan
Teknik analisis data yang digunakan sudah di pukul kepalaku bu” (wwcr/
adalah reduksi data, display data, penarikan 17/11/2016/NA).
kesimpulan dan verifikasi. Analisis data Hasil wawancara dengan ZA juga
kualitatif dilakukan pada setiap kali data mengungkapkan bahwa: “Saya marahi dan
dikumpulkan atau dilakukan secara bersamaan saya pukulji temanku. Seringki juga natuduh
dengan proses pengumpulan data. Selanjutnya, bu kalau saya yang ambil barangnya padahal
data yang telah direduksi dibaca dengan hati- bukan saya”. (wwcr/ 15/11/2016/ZA)
hati untuk mengenali secara cermat pola dan Selanjutnya ZA juga menyebutkan
tema fenomena yang diteliti (Miles dan secara jelas nama-nama teman yang pernah di
Huberman, 1994) bully sebagaimana kutipan wawancara berikut:
“Yang saya bully NA, NP, NS, MT saya
HASIL DAN PEMBAHASAN marahi tapi kalau SW pernah saya pukul dan
saya tendang satu kali”. (wwcr/
Berikut ini dipaparkan hasil penelitian 15/11/2016/ZA)
dari data yang diperoleh mengenai fenomena Dari temuan di lapangan yang sudah
bullying di sekolah. Langkah awal studi kasus ada, diketahui bahwa bullying yang dilakukan
dilakukan proses identifikasi kasus yang oleh pelaku terdiri dari bullying fisik, dan
dimana pada proses ini ditetapkan satu orang verbal.
siswa yang akan menjadi subjek dalam
penelitian yaitu ZA yang teridentifikasi Karakteristik Pelaku
sebagai pelaku bullying. Berikut ini Fokus kedua dalam penelitian ini adalah
dipaparkan hasil penelitian dari data yang mengenai karakteristik pelaku. Untuk
diperoleh di lapangan tentang fenomena memperoleh data mengenai karakteristik
bullying di sekolah. Bagian pertama akan pelaku maka dilakukan observasi sebagai
dijelaskan mengenai gambaran perilaku berikut: “Pelaku menarik barang (pulpen atau
bullying yang meliputi bentuk - bentuk buku) temannya secara paksa”
perilaku bullying dan karakteristik pelaku, (obsr2/24/11/2016/ ZA).
faktor penyebab perilaku bullying, dan dampak Untuk memperkuat data tersebut, maka
perilaku bullying serta upaya penanganan yang berikut kutipan wawancara peneliti dengan
telah dilakukan oleh guru BK. Pada bagian SW yang merupakan salah seorang korban dari
kedua akan dilakukan analisis pembahasan pelaku yang mengungkapkan bahwa:
terhadap temuan lapangan yang di dapat “Hubunganku baikji cuma kalau minta uang,
berdasarkan dengan kerangka pemikiran yang kadang langsung diambil uang di sakuta
digunakan sebagai acuan. makanya uangnya teman nasimpan atau
nasembunyi di kaos kakinya”. (wwcr/
Bentuk Perilaku Pelaku Bullying 17/11/2016/SW)
Berdasarkan data di atas menunjukkan
Perilaku ZA yang cenderung bahwa ZA memiliki karakter atau sifat yang
melakukan bullying sesuai dengan hasil suka memaksa dan memiliki kecenderungan
wawancara dan pengamatan (observasi). untuk menguasai orang lain yang selalu
Adapun bentuk perilaku bullying tersebut ditunjukkan kepada temannya dan ZA sebagai
kepada kasus diajukan pertanyaan “Saya pelaku melakukan bullying untuk
dengar anda pernah melakukan bullying?” ZA meningkatkan kekuasaan, kepercayaan diri,
secara terbuka mengakui bahwa memang dan popularitas dengan berdasar pada
pernah melakukan bullying kepada temannya informasi yang didapatkan peneliti pada saat
seperti yang dikemukakan pada saat wawancara dengan ZA sebagai berikut:
wawancara sebagai berikut: “Saya pernah “Supaya takutki temanku, matau’ toni melle-
membully teman” (wwcr/ 15/11/2016/ZA). ellekka (Supaya takut temannku dan tidak mau
ejek-eje saya lagi)”(wwcr2/06/12/2016/ZA)
5
Korban juga takut melawan dan tidak orang lain, suka memerintah, memiliki pola
mau melapor kepada guru atau sama orang tua perilaku impulsif, agresif, memiliki kendali
ketika ZA melakukan agresifitas pada dirinya, diri lemah karena pelaku mudah marah serta
dikarenakan ZA melakukan ancaman, seperti sering mengintimidasi orang lain. Oleh karena
ungkapan KZ dan NR pada saat di itu, kendali diri yang lemah dan buruk akan
wawancarai: “... langsung napukulki dan kalau membuat pelaku menjadi memiliki banyak
mauki melawan bilang wuammbakotu, itani pikiran negatif tentang dirinya sendiri. Hal
matu motoromu, naancamki juga, iya selalu inilah yang seringkali muncul dan memicu
ganggu cewek, ambil uang terus kalau ada terjadinya bullying pada pelaku.
tugas langsung natartek bukuta, atau marah Faktor Penyebab Terjadinya Bullying
kalau tidak di tuliskan di bukunya....”.
(wwcr/01/12/2016/KZ.NR) Faktor penyebab terjadinya perilaku
Tidak hanya itu, ZA memiliki kebiasaan pada kasus dipengaruhi atau dilatarbelakangi
menganggu teman-temannya, yang dalam hal oleh kondisi-kondisi yang dialami subyek,
ini guru BK menyebutkan bahwa karakternya termasuk keluarga, lingkungan dan kondisi
memang demikian karena merasa jago dengan psikologis subyek. Untuk memperoleh
temannya dan ZA sering juga melawan guru informasi mengenai faktor penyebab
ketika diberi nasehat. Ketika sedang belajar terjadinya perilaku bullying, peneliti
pekerjaan atau tugas temannya pun langsung melakukan wawancara dengan subjek
diambil dan memaksa temannya untuk penelitian sekaligus wawancara dengan orang
mengerjakan tugas sekolah atau dengan tua, teman, guru mata pelajaran dan wali kelas
menyonteknya. sebagai data informasi pendukung. Berikut
SW juga mengatakan bahwa ZA sering kutipan hasil wawancara peneliti dengan kasus
kali memaksa teman-temannya untuk dan dengan responden lainnya.
mengikuti seperti apa yang diinginkannnya. ZA secara jujur mengungkapkan faktor
ZA selalu memerintah teman-temannya penyebab melakukan perilaku bullying, seperti
termasuk dirinya ketika ZA yang bertugas kutipan wawancara berikut:
membersihkan di kelas. “Kalau jadwalnya “Kalau jengkel’ka apalagi kalau
yang membersihkan kitaji yang nasuruh untuk naelleka de u’tarimai, pasti macai’ikka
membersihkan dia tidak mau menyapu dan na kkumacai’ikka wangganuini. (kalau
membersihkan kelas”. (wwcr/17/11/2016/SW) saya jengkel karena merasa diejek saya
Dari hasil penelitian tersebut maka ZA tidak terima dan saya melampiaskan
sebagai subyek penelitian yang menjadi pelaku kemarahanku dengan memukul)”.
memiliki karakter yang mudah marah dan (wwcr02/ 06/12/2016/ZA)
terlihat tempramental. Perilaku yang Penyataan di atas, menunjukan bahwa
ditunjukkan pelaku sebagai bentuk pribadi ZA termasuk anak yang sulit mengendalikan
yang memiliki kendali diri lemah dan memiliki emosi atau kendali diri sangat rendah. Situasi
pola perilaku agresif. seperti ini menyebabkan ZA cenderung
Perilaku yang dilakukan ZA tidak hanya menjadi anak yang tempramental dan
dilakukan di sekolah, akan tetapi di rumah biasanya aktivitas-aktivitas yang dilakukan di
juga karena sering menunjukkan perilaku yang sekolah menyebabkan dia marah dalam setiap
sama terhadap saudaranya. Hal ini seperti yang kesempatan sehingga ZA terbiasa melakukan
disampaikan oleh ibu pelaku saat wawancara: tindakan atau perilaku yang merugikan orang
“Kalau di rumah sering dia memarahi lain.
adiknya, apalagi kalau barang- Berkaitan dengan penyebab terjadinya
barangnya dipegang, biasanya marah- bullying pada pelaku, maka dari hasil
marah tapi tidak sampai napukul wawancara dengan NA yang merupakan
adeknya”. (wwcr/25/11/2016/SF) teman pelaku sekaligus korban
Berdasarkan klasifikasi kendali diri mengungkapkan bahwa: “.....dia cepat naik
tersebut dengan perilaku yang ditunjukkan emosinya kalau ditanya baik-baik”
dalam keseharian pelaku di sekolah maka (wawancara /07/11/2016/NA).
dapat dikategorikan bahwa pelaku ZA Hasil temuan lapangan yang di peroleh
memiliki karakteristik kendali diri yang rendah melalui observasi bahwa faktor yang
atau lemah Pelaku memiliki karakter suka menyebabkan terjadinya bullying karena
memaksa dan cenderung untuk menguasai kondisi psikologis ZA ketika marah terlihat
6
mudah tersulut emosi sehingga pelaku kurang dan ungkapan-ungkapan pelaku dalam
memiliki keterampilan dalam memanaj emosi wawancara sebagai berkut:
dan terlihat kendali dirinya sangat lemah. Informasi yang paling awal diperoleh
Berikut hasil observasi yang telah dilakukan peneliti sehubungan dengan dampak yang
peneliti sebagai berikut: ditimbulkan perilaku bullying yang dilakukan
“ZA tidak terima kalau dikatakan oleh ZA adalah seperti yang diungkapkan oleh
meminta uang atau memeras (memalak) SF (ibu ZA) kepada peneliti bahwa:
temannya. Secara spontan ia “Waktunya SMP selaluka dipanggil ke
memperlihatkan kemarahannya dengan sekolahnya, ada itu suratnya gurunya
menunjuk-nunjuk temannya kalau ada kalau ada lagi naganggu atau ada lagi
yang berani menuduh seperti itu, bahkan masalahnya di sekolah”. (wwcr/
kemarahannya memuncak ketika dia 26/11/2016/SF)
meninju dinding tembok kelas dengan Hal ini diakui oleh ZA bahwa ia pernah
mata yang berkaca-kaca dengan melakukan hal tersebut. Saat ditanya mengenai
mengeluarkan kata-kata yang hal tersebut memang merupakan perilaku
menantang dan mengatakan dia tidak bullying yang pernah tercatat oleh guru BK.
terima kalau dia melakukan seperti itu”. Saat di tanya mengenai perilaku tersebut ZA
(obsr03/25/11/2016/ZA) menceritakan kronologisnya.
Faktor kepribadian dan perilaku serta Hasil penelitian juga menunjukkan
lingkungan individu saling berinteraksi dan bahwa pelaku mengalami hubungan yang
saling mempengaruhi dan merespon situasi kurang harmonis dengan teman sekelasnya.
atau kondisi yang terjadi pada pelaku Penyebab dari keadaan tersebut adalah ZA
sebagaimana rumusan reciprocal triadic dalam menunjukkan perilaku bullying baik secara
teori belajar sosial Bandura. verbal, dan secara fisik. Oleh karena itu,
Pelaku ingin menunjukkan kekuasaan, teman-teman sekelas menjauhi pelaku bahkan
marah karena korban tidak berperilaku sesuai meminta untuk dipindahkan kelasnya.
dengan yang diharapkan, serta pelaku Meskipun begitu, sebenarnya sikap ZA sendiri
mendapatkan kepuasan apabila membully kepada teman-teman yang sering menindas
teman. Karena itu, dengan adanya perilaku dan menganggu membuat dirinya di jauhi oleh
agresi yang terjadi membuat pelaku merasa teman-temannya. Berbagai macam bentuk
senang untuk menyakiti korban. perilaku yang ditunjukkan oleh pelaku tentu
Dengan demikian, faktor penyebab akan berdampak secara sosial baik di
perilaku bullying diantaranya kondisi lingkungan sekolah maupun di rumah.
psikologis pelaku yang sulit mengendalikan
diri dan mudah tersulut emosi amarah, pernah Upaya Penanganan Perilaku Bullying Yang
mendapat perlakuan sewaktu masa kecil dari Telah Dilakukan Guru BK
orang tuanya seperti hukuman fisik (pukulan) Perilaku bullying yang dilakukan pelaku
dan omelan. Faktor lainnya adalah adanya dapat ditangani dengan menggunakan
peluang bagi pelaku karena korban tidak pendekatan-pendekatan dalam bimbingan dan
pernah melapor atau bercerita kepada guru BK konseling, seperti hasil wawancara peneliti
mengenai masalah yang dihadapi. Terakhir di dengan guru BK, sebagaimana kutipan
karena kondisi sosial pelaku dimana pelaku wawancara berikut:
berasal dari keluarga miskin dan harus bekerja “Ketika ada laporan dari siswa kalau ZA
untuk memenuhi segala kebutuhannya mengganggu temannya, saya panggil ke
sehingga cenderung melakukan perilaku ruang BK. Saya kasi teguran dengan
bullying seperti memalak teman sekelasnya. membuat pernyataan di dalam buku
Dampak Perilaku Bullying kasus dan juga diberi sanksi sesuai
Hal yang menjadi fokus penelitian pelanggarannya. Sanksinya seperti
terhadap subyek yang berperilaku bullying menyapu, membersihkan mushallah”.
adalah dampak yang ditimbulkan dan di alami (wwcr/ 26/11/2016/NJ)
pelaku khususnya terhadap hubungannya Sementara Guru BK yang lain
dengan teman sebaya termasuk pola mengatakan bahwa apabila ZA membully
interaksinya. Untuk memperoleh gambaran temannya maka dipanggil untuk di konseling,
secara jelas berikut adalah hasil pengamatan atau diberikan surat pemberitahuan kepada
7
orang tuanya sebagai bentuk kerjasama dengan Kesimpulan hasil penelitian adalah seabagai
orang tua siswa. sebagai berikut:
“Kalau dilihat dari tingkat pelanggaran
dan jenis pelanggaran yang dilakukan 1. Gambaran perilaku bullying siswa MAN
maka terlebih dahulu saya panggil untuk 1 Barru yakni pada kasus ZA yaitu pada
di konseling, dinasehati. Namun jika bentuk dan karakteristik pelaku. Adapun
pelaku mengulangi perbuatannya seperti bentuk perilaku pelaku bullying fisik pada
memukul temannya, saya kasi kasus ZA lebih cenderung menunjukkan
pemberitahuan kepada orang tuanya”. perilaku memukul,menampar,menendang,
(wwcr/ 05/12/2016/AU) mendorong, meninju, memalak, serta
Adapun bentuk penanganan melalui memeluk. Sedangkan bentuk perilaku
bimbingan dan konseling individu menurut bullying verbal seperti mengejek,
guru BK yakni dilakukan dengan memanggil menghina, memanggil dengan sebutan
pelaku ke ruang BK, kemudian pelaku di ajak yang buruk. Selanjutnya, karakteristik
ngobrol dan di beri nasehat supaya tidak perilaku bullying pada kasus ZA sebagai
melakukan hal yang sama lagi dengan reaksi dari kesulitan untuk mengendalikan
temannya. Adapun bentuk kolaborasi dengan emosi atau kendali diri pelaku sangat
wali kelas yaitu dengan adanya kerjasama lemah.
antar guru BK dan wali kelas dengan 2. Faktor penyebab perilaku bullying adalah
menyampaikan atau mengkonsultasikan bahwa pengalaman masa kecil yang terkait
ada permasalahan dengan siswanya sehingga dengan pola pengasuhan yang dilakukan
sama-sama memberikan perhatian dan oleh orang tua ZA dan faktor kepribadian
penanganan. pelaku juga menjadi penyebab terjadinya
Peneliti menawarkan beberapa hal yang bullying meliputi: sulit mengendalikan
terkait dengan intervensi sekolah untuk emosi dan cenderung tempramental disaat
menghentikan dan mencegah perilaku gagal mendapatkan atau memperoleh
bullying, sebagai berikut: sesuatu yang diinginkan.
1. Melalui pendekatan kedisiplinan; 3. Dampak perilaku bullying yang dilakukan
dengan menyadarkan kepada seluruh oleh pelaku sangat mempengaruhi
warga sekolah bahwa bullying dalam interaksi sosial dengan teman-temannya
bentuk apapun tidak dapat ditolelir. di sekolah termasuk dijauhi oleh teman-
2. Melakukan penguatan pada korban teman sekelasnya.
bullying dengan melatih dengan 4. Upaya penanganan yang telah dilakukan
keassertifan siswa oleh guru BK seperti: bimbingan individu
3. Melakukan mediasi antara pelaku dan yang cenderung lebih banyak teknik
korban dengan memberikan pengertian konseling pemberian nasehat pada pelaku,
bahwa rasa aman dan nyaman adalah dan diperlukan upaya-upaya dan teknik
hak dan milik seluruh siswa. lain untuk meminimalisir perilaku
4. Melaksanakan atau mengadakan bullying yang terjadi disekolah seperti
kegiatan rekresasi bersama; misalnya pelaksanaan bimbingan kelompok,
ikut dalam kegiatan outbound atau konseling kelompok, layanan klasikal
kegiatan lainnya dengan melatih dengan latihan assertif dengan teknik
kerjasama dan tanggung jawab siswa. sosiodrama, diskusi, dan lainnya.
5. Melakukan atau mendorong aktivitas 5. Bagi peneliti selanjutnya dapat
bimbingan kelompok; dengan membuat melanjutkan penelitian lebih jauh dan
gambar/poster tentang pencegahan mendalam mengenai perilaku bullying
bullying atau stop bullying. dan upaya penanganannya di sekolah
6. Memberikan cara untuk berbagi sehingga dapat mengembangkan dan
keprihatinan dan meningkatkan empati; menyempurnakan penelitian ini.
dengan membaca buku cerita tentang
bullying, brainstorming dan diskusi, DAFTAR RUJUKAN
serta bermain drama/peran. Astuti, R. 2008. Meredam Bullying: 3 Cara
Efektif Menanggulangi Kekerasan
SIMPULAN DAN SARAN
8
Pada Anak. Jakarta: PT. Gramedia Musfiqun, M. 2012. Panduan Lengkap
Widiasarana Indonesia. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandura, A. 1986. Social Foundation of Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Thought and Action, A Social Olweus, D. 1993. Bullying At School: What
Cognitive Theory. New Jersey: We Know and What We Can Do.
Prentice Hall Oxford: Blackwell
Bandura, A. 1997. Self- Efficacy: The Exercise Olweus, D. 1997. Bully / Victim Problems in
of Control. United State of America: School: Facts dan Intervention.
W.H.Freeman and Company European Journal of Psychology
Coloroso, B. 2003. The Bully. The Bullied, of Education No.12, pp. 495-510
and The Bystander: Fom Preschool Olweus, D. 2004. Bullying At School:
To High School- How Parents and Prevalence Estimation, A Useful
Teachers Can Help Break The Cycle Evaluation Design, and A New
of Violence, New York: Harper National Initiative In Norway.
Resource Assosiation for Child Psychology
Corey, G. 2005. Theory and Practice of and Psychiatry Occasional Papers
Counseling and Psychoteraphy, Terj. No.23, pp. 5-17
E.Koswara. 2013, Bandung: Refika Priyatna, A. 2012. Intelligent Never Look So
Aditama Good. Jakarta: Elex Media
Craig, W.M. & Atlas, R. 2000. Observation of Komputindo
Bullying in the Playgroup and in the Purwanto, M.H. 2015. Hubungan Pola Asuh
Classroom. Journal of Publich Orang Tua dan Hasil Belajar
Health Volume 21. No.1 Mata Pelajaran Akhlak dengan
Efrord, B.T. 2015. 40 Techniques Every Perlaku Bullying di SD
Counselor Should Know, Ed.2, Terj. Muhammadiyah Miliran
Helly Prajitno Soetjipto. 2016, Yogyakarta. Skripsi. Tidak
Yogyakarta: Pustaka Pelajar diterbitkan. Yogyakarta: Fakultas
Feist, J. & Feist, G.J. 2006. Theories of Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Personality, Terj. Yudi Santoso. Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2008, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Rigby, K. 2002. New Perspectives on Bullying.
Hawkins, D. L., Pepler, D., & Craig, W. M. London : Jessica Kingsley.
(2001). Peer Interventions in Play- Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Ground Bullying. Social Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Development, 10, 512-527 Susanti, I. 2006. Bullying Bikin Anak Depresi
Hoover, J., & Milner C.W. 1998. Are hazing dan Bunuh Diri. (online).
and Bullying Related to Love and Tersedia
Belongingness? Reclaiming http://www.psychologymania.co
Children and Youth. Request m/2012/06/definisibullying. html
Psychology Journal, 7 (3), 138-141 Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif
Krahel, B. 2005. Perilaku Bullying- Buku dalam Pendidikan dan
Panduan Psikologi Sosial. Bimbingan Konseling. Jakarta:
Yogyakarta Rajawali Pers
Miles, M.B. & Huberman, A.M. 1994. Townsend, Flisher, A.J., Chikobvu, P.,
Qualitative Data Analysis A Lombard,C., & King,G. 2008.
Methods Sourcebook, Ed.3. The relationship between bullying
Washinton DC: Sage
behaviours and high school
Mujiati, 2015. Peningkatan Self Esteem Siswa
Korban Bullying melalui Teknik dropout in Cape TownSouth
Assertive Learning. Jurnal Fokus Africa. South African Journal of
Konseling, (Online), Volume 1 N0.1, Psychology, 38 (1), pp. 21-32
(http://ejournal.stkipmpringsewu- Tim Buku Pintar. 2011. Undang – Undang
lpg.ac.id/index.php/fokus, di akses Dasar Republik Indonesia Tahun
20 Januari 2016) 1945 dan Perubahannya. Jakarta:
Buku Pintar
9
Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang
Sistem Pendidkan Nasional dan
Landasannya. Jakarta: Depdiknas
Undang-Undang No.23 Tahun 2002. Tentang
Pelindungan Anak. Jakarta:
Visimedia
Wenar, C., & Kerig, P. 2005. Development
Psychopathology from Infancy
Through Adolescent, (10th
Edition ed.),. New York: Mc
Graw-Hill Companies Inc
Winkel, W.S. dan Hastuti, M.M. 2004.
Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan. Yogyakarta:
Media Abad
Wiyani, A.N. 2012. Save our Children from
School Bullying. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Yayasan, S.J.A. (SEJIWA). 2008. Bullying
Mengatasi Kekerasan di Sekolah
dan Lingkungan Sekitar Anak.
Jakarta: Grasindo.
10