Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Volume 1 No. 1 (2018)
KAJI EKSPERIMEN PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN
WAKTU TUANG PADA SQUEEZE CASTING TERHADAP DENSITAS
DAN KEKASARAN PERMUKAAN BAHAN BAUT DAN MUR DARI
KOMPOSIT ALUMUNIUM 6061-ABU DASAR BATU BARA
Ivano Julius Hartono
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Jalan Semolowaru No. 45 Surabaya 60118, Tel. 031-5931800, Indonesia
email: ivano.hartono12@[Link]
ABSTRAK
Metal composite or better known as Metal Matric Composite (MMC) is a combination
of two or more materials, in which the metal as a matrix and ceramic as an amplifier to
obtain the desired characteristics. To produce solid components and fine microstructure
in its manufacture, the squezze casting process has an approximate capability. In the
manufacture of Aluminum matrix composites, to obtain better mechanical properties
such as: hardness and strength required existence of heat treatment process T6.
The purpose of this research is to know the influence of pouring temperature and
pouring time variation on squeeze casting process to density and surface roughness of
6061 base coal-bed composite base. The research method was done by casting
aluminum 6061 to melt at 660 ° C and then added coal base ash electroless plating and
magnesium, then the temperature was increased with variation of casting temperature
675 ° C, 700 ° C and 725 ° C. Poured with 60 seconds, 90 seconds, 120 seconds and
then pressed with a 20kg load. Then got T6 heat treatment. The tests include density
testing, surface roughness testing
The results of the research on the density test showed that the amount of density that
occurred after the heat treatment T6, the value is greater. This shows the presence of
expansion and shrinkage during the T6 heat treatment process. Based on the results of
the surface roughness testing the added value of the roughness is greater than T6
between 5% - 10% of the initial roughness value before T6.
PENDAHULUAN aman, karena lebih mudah dipasang dan
Penggunaan baut dan mur sangat dibongkar kembali apabila diperlukan untuk
banyak digunakan, sebab fungsi dari baut melakukan hal-hal seperti perawatan,
adalah sebagai alat penyambung atau perbaikan dan lain – lain.
pengikat komponen yang satu dengan yang Pemilihan baut dan mur sebagai alat
lainnya, agar menjadi satu kesatuan yang pengikat dalam hal ini untuk konstruksi
kokoh dan terbentuk sesuai keinginan jembatan, harus dilakukan secara cermat dan
perancangnya. seksama untuk mendapatkan mutu atau
Teknik penyambungan dengan kekuatan baut dan mur yang sesuai dengan
menggunakan baut dan mur relatif lebih konstruksi yang akan disambung. Pemilihan
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
material sangat berperan pada kualitas baut sebagai unsur paduan utama. Density adalah
dan mur, baut dan mur berbahan material 2,7 gr/cm3 dan mencair pada suhu sekitar
logam komposit adalah salah satu alternatif 630◦ C dua digit terakhir dari Al 6061
yang perlu dipertimbangkan, karena komposit mengidentifikasi paduan aluminium yang
logam adalah yang paling memenuhi syarat berbeda dalam kelompok. Angka kedua
untuk diterapkan dalam konstruksi jembatan. menunjukkan modifikasi paduan. Sebuah
Salah satu metode yang dapat digit kedua nol menunjukkan paduan asli dan
digunakan untuk pembuatan komposit logam bilangan bulat 1 sampai 9 menunjukkan
yaitu dengan metode squeeze casting. Ada modifikasi paduan berturut-turut.
beberapa faktor yang mempengaruhi proses Abu dasar batu bara
squeeze casting yaitu temperatur tuang dan Abu dasar batubara merupakan salah satu
waktu tuang. hasil proses squeeze casting material oksida yang tersusun lebih dari 70%
akan berpengaruh terhadap densitas dan Abu dasar batu bara , SiO2 dan Fe2O3 yang
kekasaran permukaan baut dan mur. Dalam mempunyai angka kekerasan yang cukup
pembuatan komposit yang bermatriks tinggi dan mempunyai titik cair hingga
Aluminium, untuk mendapatkan sifat diatas 2000°C. Permasalahan utama pada
mekanik yang lebih baik seperti : kekerasan pembuatan material komposit yang
dan kekuatan diperlukan adanya proses diperkuat dengan bahan oksida adalah sifat
perlakuan panas T6. kebasahan (wettability). Maka dari itu untuk
Perlakuan panas T6 adalah suatu meningkatkan kebasahan pada permukaan
proses dimana paduan dipanaskan sampai partikel abu dasar batubara perlu
diatas temperatur solvus (solvus ditambahkan Mg untuk bahan
line),kemudian ditahan beberapa saat dan pembasahnya, dengan melalui proses
diteruskan dengan pendinginan cepat pelapisan serbuk abu dasar batubara
(quenching). menggunakan metode electroless plating
Keutamaan penelitian ini adalah dengan bahan pengaktif Mg yang terlarut
mencari bahan alternatif pengganti logam dalam larutan HNO3.
untuk baut dan mur. Dalam penelitian tugas
akhir ini saya ingin mengetahui besarnya Metode Squeeze Casting.
densitas dan kekasaran permukaan mur dan Pengecoran Squeeze sering disebut juga
baut berbahan komposit Aluminium 6061- penempaan logam cair (liquid metal forging),
abu dasar batu bara dengan metode yaitu suatu proses dimana logam cair
pembuatan squeeze casting dari pengaruh didinginkan sambil diberikan tekanan. Proses
temperature tuang dan waktu tuang serta ini pada dasarnya mengkombinasikan
pengaruh proses perlakuan panas T6. keuntungan keuntungan pada proses forging
dan casting.
Pengertian Komposit
Material komposit adalah
sistem bahan terdiri dari kombinasi dua atau
lebih unsur mikro atau makro yang berbeda
dalam bentuk, komposisi, kimia dan yang
pada dasarnya tidak larut dalam satu sama
lain. Salah satunya yang disebut matriks dan
yang lainnya adalah penguat. Fase yang Gambar 1. Mekanisme Squeeze Casting
memperkuat tertanam dalam matriks untuk
memberikan karakteristik yang diinginkan. Keterangan gambar :
1. Punch
Aluminium 6061 2. Dies
Yaitu paduan aluminium seri 6xxx 3. Benda Cetak
yang mengandung magnesium dan silicon 4. Plunyer Pendorong
2
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
Temperatur Tuang (Casting Temperature)
Temperatur ini tergantung pada jenis
paduan dan bentuk coran/komponen.
Biasanya temperatur tuang diambil 6 – 55°C
di atas temperatur liquidus.
Waktu Tuang (Time Delay)
Adalah lamanya waktu yang diukur
dari saat pertama penuangan logam cair ke Gambar 2. Siklus Perlakuan Panas T6.
dalam rongga cetak hingga saat permukaan
punch menyentuh dan mulai menekan Densitas (Density)
permukaan logam cair. Bentuk penampang Densitas ukuran kerapatan suatu zat
yang komplek memerlukan waktu yang cukup yang dinyatakan banyaknya zat / massa per
bagi logam cair mengisi keseluruhan rongga satuan volume. Jadi satuannya adalah satuan
cetakan; untuk itu perlu adanya tenggang massa persatuan volume. Semakin tinggi
waktu yang cukup sebelum punch menyentuh massa jenis suatu benda, maka semakin
dan menekan logam cair. Hal ini untuk besar pula massa setiap volumenya. Massa
menghindari terjadinya porositas akibat jenis berfungsi untuk menentukan zat.
penyusutan ( shrinkage porosity). setiap zat memiliki massa jenis yang
berbeda. dan satu zat berapapun massanya
Perlakuan Panas T6 berapapun volumenya akan memiliki massa
Perlakuan panas merupakan suatu jenis yang sama.
proses kombinasi antara pemanasan dan
pendinginan terhadap logam dalam bentuk Dimana ρ adalah massa jenis zat
padat selama waktu tertentu, dengan tujuan (kg/m3), m adalah massa zat (kg) dan W
mendapatkan sifat-sifat mekanik tertentu. adalah berat massa zat (N).
Proses perlakuan panas ini bergantung pada
pemakaiannya, seperti dapat digunakan untuk Setiap benda yang tercelup sebagian
mengeraskan, melunakkan, menghilangkan atau seluruhnya ke dalam fluida, akan
tegangan sisa, dan untuk meningkatkan mendapat gaya ke atas sebesar berat fluida
mampu mesin. yang dipindahkan oleh benda tersebut
itulah hukum Archimedes.
Langkah - langkah berikut yang
di lakukan selama proses penuaan : Benda yang dicelupkan ke dalam
1. Solution treatment pada temperatur 530⁰C air maka ada tiga kemungkinan yang akan
selama 120 detik. dialami oleh benda tersebut, yaitu
2. Quenching dalam air pada temperatur 80⁰C. mengapung, melayang dan tenggelam.
3. Stabilisasi pada suhu kamar selama 30 Benda yang dikatakan terapung dalam zat
detik. cair bila sebagian benda tercelup dan
4. Penuaan pada temperatur 180⁰C dengan sebagian lagi muncul diudara, karena massa
variasi waktu yang berbeda dimulai dari 120 jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat
detik. cair
Dalam percobaan kali ini berlaku
hukum archimedes sehingga persamaan yang
digunakan untuk menghitung densitas adalah
sebagai berikut :
= ………...………….. (2.1)
3
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
Keterangan:
= massa density (kg/m ) Alat Ukur Kekasaran Permukaan
= massa jenis air (1000 kg/m ) Alat ukur kekasaran permukaan yang
mk = massa kering spesimen (kg) digunakan adalah Surface Roughness
Wk = berat kering spesimen (N = kg. m/s ) Mitutoyo, alat ini dapat digunakan untuk
Wb = berat basah spesimen (N = kg. m/s ) mengamati ataupun mengukur kekasaran
g = percepatan gravitasi (9,8 m/s2) permukaan dengan standart ISO. Beberapa
data yang dapat ditunjukkan oleh alat
kekasaran permukaan (Surface Roughness)
Kekasaran permukaan ini adalah nilai parameter - parameter dari
Kekasaran permukaan (Surface kekasaran permukaan beserta grafik pada
Roughness) merupakan suatu nilai dimana kekasaran permukaannya. Alat ukur
besar kecilnya profil permukaan benda. kekasaran permukaan.
Kekasaran dalam proses permesinan yaitu
hasil dari proses permesinan tersebut. Dalam
proses permesinan itu nilai kekasaran
permukaan merupakan sifat yang penting
karena sangatlah menentukan kualitas produk
yang dihasilkan.
Gambar 4. Alat Surface Roughness Tester
Mitutoyo
Surface Roughness Tester adalah alat
uji yang digunakan untuk mengukur
kekasaran pada suatu permukaan benda.
Gambar 3. Bidang dan profil permukaan.
Setiap komponen atau benda mempunyai
permukaan yang berbeda dan bervariasi
Setiap permukaan dari suatu benda
menurut struktur ataupun menurut dari hasil
kerja yang telah mengalami proses
proses permesinannya.
permesinan tentu akan mengalami kekasaran
permukaan (Surface Roughness). Yang
Kekasaran (Roughness) dapat
dimaksud dengan kekasaran permukaan
didefinisikan sebagai ketidak halusan pada
adalah penyimpangan rata - rata aritmetik dari
bentuk yang menyertai proses produksi yang
garis rata - rata permukaan. Definisi ini
disebabkan oleh pengerjaan permesinan. Nilai
digunakan untuk menentukan harga rata - rata
kekasaran permukaan dinyatakan dalam
dari kekasaran permukaan.
Roughness Average (Ra), merupakan
parameter kekasaran yang paling banyak
Dalam dunia perindustrian,
digunakan. Ra merupakan rata - rata
permukaan pada benda kerja memiliki nilai
aritmatika dan suatu penyimpangan mutlak
kekasaran permukaan yang berbeda, sesuai
profil kekasaran dari garis tengah rata - rata.
dengan kebutuhan dari alat tersebut. Nilai
kekasaran permukaan permukaan (Surface
Pengukuran kekasaran
Roughness) memiliki nilai kualitas (N) yang
permukaan didapatkan dari sinyal pergerakan
berbeda. Nilai kualitas kekasaran permukaan
stylus berbentuk diamond untuk bergerak
telah diklasifikasikan oleh ISO dimana harga
sepanjang garis lurus pada permukaan sebagai
yang sangatlah kecil adalah N1 yang memiliki
alat indikator pengukuran kekasaran
nilai kekasaran permukaan (Ra) 0,025 µm dan
permukaan benda yang diuji. Prinsip kerja
yang paling tinggi N12 yang nilai
dari alat Surface Roughness Tester adalah
kekasarannya 50µm.
4
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
dengan menggunakan Transduser dan diolah
dengan Microprocessor. Alat ini dapat
digunakan dilantai dan semua posisi baik
horizontal, vertikal, dan lain-lain.
Gambar 6. Styluss Surface Roughness Tester
Gambar 5. Styluss Surface Roughness Tester Dari gambar diatas, dapat
didefinisikan beberapa parameter kekasaran
Cara kerja dari alat ukur kekasaran permukaan yaitu :
permukaan (Surface Roughness) adalah 1. Kekasaran Total (Rt) merupakan jarak
dengan meletakkan jarum sensor (Styus) yang antara garis referensi dengan garis
dipasangkan pada alat uji tersebut, alas.
selanjutnya sejajarkan alat ukur pemukaan 2. Kekasaran Perataan (Rp) merupakan
tersebut dengan bidang material yang akan jarak antara garis referensi dengan
diuji. Pada saat pengerjaannya, alat ukur tidak garis terukur.
boleh bergerak karena akan mengganggu 3. Kekasaran Rata-rata Aritmatik (Ra)
sensor dalam membaca kekasaran dari merupakan nilai aritmatik dari antara
permukaan material tersebut. Nilai garis tengah dan garis terukur.
pengukuran yang didapatkan akan muncul
pada display yang kompetibel dengan empat Menentukan kekasaran rata-rata (Ra)
standart dunia antara lain ISO, SIN, ANSI, dapat dilakukan secara grafis. Adapun
dan JIS sehingga tidak diragukan lagi caranya sebagai berikut :
ketepatan dan keakuratan ketelitian dalam
pengukuran.
PROSEDUR EKSPERIMEN
Parameter Kekasaran Permukaan
Profil adalah garis yang dihasilkan
pada proses pemotongan, khususnya
pemotongan lurus (Orthogonal Cutting) dan
pemotongan miring (Obligue Cutting). Untuk
memproduksi profil suatu permukaan, sensor
/ peraba (Stylus) alat ukur harus digerakkan
mengikuti lintasan yang berupa garis lurus
dengan jarak yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Panjang lintasan tersebut dengan
panjang pengukuran (Traversing Length).
Sesaat setelah jarum bergerak dan
sebelum jarum berenti secara electronikalat
ukur kekasaran melakukan perhitungan Gambar 7. Diagram Alir Prosedur Penelitian
berdasarkan data yang dideteksi oleh jarum
peraba. Bagian panjang pengukuran yang
dibaca oleh sensor alat ukur kekasaran
permukaan disebut panjang sampel.
5
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
Dari data pengujian densitas pada
gambar 9 dapat dilihat adanya perbedaan
besar densitas spesimen antara sebelum dan
sesudah dilakukan perlakuan panas T6.
Dengan kata lain perlakuan panas T6
mempengaruhi besar densitas suatu spesimen.
Dari data pengujian densitas pada
gambar 9 juga dapat dilihat variabel proses
squeeze casting sangat berpengaruh terhadap
besarnya densitas. Variabel yang digunakan
yaitu temperatur penuangan 675°C, 700°C,
725°C dan lama waktu penuangan 60 detik,
90 detik dan 120 detik. Berdasarkan variasi
temperatur penuangan dan lama waktu
penuangan pada proses squeeze casting, maka
besarnya densitas spesimen uji lebih besar
setelah mendapatkan perlakuan panas T6.
Gambar 8. Lanjutan Diagram Alir Prosedur
Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil pengujian densitas sebelum
dan sesudah perlakuan panas T6.
Gambar 10. Grafik pengujian densitas
sebelum dan sesudah perlakuan panas T6
pada waktu tuang 60 detik, dengan variasi
temperatur tuang 675°C, 700°C, 725°C
Pada Gambar 10 diatas juga dapat
dilihat bahwa temperature penuangan 725°C
dengan lama waktu tuang 60 detik setelah
perlakuan panas T6 menghasilkan densitas
yang paling besar dibandingkan dengan
variasi temperatur tuang dan lama waktu
penuangan pada proses squeeze casting
setelah dilakukan perlakuan panas T6 dengan
yang lainnya. Ini dikarenakan keefektifan
waktu dalam menuang serta suhu yang jauh
diatas titik cair spesimen membuat coran
menjadi padat saat diberi beban penekanan
saat proses squeeze casting.
Gambar 9. Grafik pengujian densitas
sebelum dan sesudah perlakuan panas T6
6
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
Tabel 2. Hasil pengujian kekasaran temperatur penuangan 675°C, 700°C, 725°C
permukaan (Roughness Tester) sebelum dan dan lama waktu penuangan 60 detik, 90 detik
sesudah perlakuan panas T6. dan 120 detik. Berdasarkan variasi temperatur
penuangan dan lama waktu penuangan pada
proses squeeze casting, maka besarnya
kekasaran permukaan spesimen uji meningkat
setelah mendapatkan perlakuan panas T6.
Gambar 12. Grafik pengujian kekasaran
permukaan (Roughness Tester) sebelum dan
sesudah perlakuan panas T6 pada waktu
tuang 60 detik, dengan variasi temperatur
tuang 675°C, 700°C, 725°C
Pada Gambar 12 diatas juga dapat
dilihat bahwa temperatur penuangan 725°C
dengan lama waktu tuang 60 detik sebelum
perlakuan panas T6 menghasilkan kekasaran
permukaan yang paling kecil / halus
dibandingkan dengan variasi temperatur
Gambar 11. Grafik pengujian kekasaran tuang dan lama waktu penuangan pada proses
permukaan (Roughness Tester) sebelum dan squeeze casting sebelum dilakukan perlakuan
sesudah perlakuan panas T6 panas T6 dengan yang lainnya. Ini
dikarenakan keefektifan waktu dalam
Dari data pengujian kekasaran menuang serta suhu yang jauh diatas titik cair
permukaan pada gambar 11 dapat dilihat spesimen. Semakin cepat menuang semakin
adanya perbedaan besar kekasaran sedikit udara yang masuk, sehingga sedikit
permukaan spesimen antara sebelum dan gelembung – gelembung udara yang
sesudah dilakukan perlakuan panas T6. menempel pada permukaan spesimen.
Dengan kata lain setelah dilakukan perlakuan Membuat permukaan spesimen semakin
panas T6 permukaan spesimen menjadi lebih halus.
kasar, karena proses pemanasan pada suhu
tinggi permukaan spsesimen menjadi berubah
warna, lebih gelap dari sebelum di lakukan
proses perlakuan panas T6.
Dari data pengujian kekasaran
permukaan pada gambar 11 juga dapat dilihat
variabel proses squeeze casting sangat
berpengaruh terhadap besarnya kekasaran
permukaan. Variabel yang digunakan yaitu
7
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
KESIMPULAN DAN SARAN b) Pengaruh variasi waktu tuang
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: terhadap kekasaran permukaan :
- Adanya peningkatan nilai kekasaran
1. Pengaruh variasi temperatur permukaan pada spesimen uji sesudah proses
penuangan terhadap densitas dan kekasaran perlakuan panas T6.
permukaan setelah proses perlakuan panas - Dari hasil pengujian waktu tuang 60
T6 sebagai berikut : detik memiliki nilai kekasaran permukaan
yang paling halus yaitu 1,69 µm, sedangkan
a) Pengaruh variasi temperatur waktu tuang 120 detik memiliki nilai
penuangan terhadap densitas kekasaran permukaan yang paling kasar /
- Adanya perubahan besar densitas lebih besar yaitu 3,83 µm.
pada spesimen uji sesudah proses perlakuan
panas T6. REFERENSI
- Pada temperatur penuangan 725°C [1] Kumar, Ankesh, Kanhaiya Kumar,
jumlah densitasnya paling berat yaitu 2770,73 Suman Saurav dan Siva Sankur Raju.
kg/m3 sedangkan rata-rata pada temperatur 2016. Study of Physical,Mechanical and
penuangan 675°C jumlah densitasnya paling Machinability Properties of Aluminium
ringan yaitu 2592,54 kg/m3. Metal Matrix Composite Reinforced
with Coconut Shell Ash particulates.
b) Pengaruh variasi temperature [Link],Dept. of
penuangan terhadap kekasaran permukaan Mechanical Engenering, GIET.
- Adanya peningkatan nilai kekasaran
pada spesimen uji sesudah proses perlakuan [2] Attar, Sallahauddin, Madeva Nagaral, H
panas T6. N Reddappa and V Auradi.2015. A
- Kekasaran permukaan relatif sama Review on Particulate Reinforced
tidak terlalu berbeda. Namun dari data Aluminum Metal Matrix Composites.
pengujian, nilai kekasaran permukaan paling R&D Centre, Department of Mechanical
halus adalah temperatur penuanagan 725°C Engineering, Bangalore Institute of
yaitu 1,69 µm sedangkan yang paling kasar Technology, Bangalore-560004,
rata-rata temperatur 675°C yaitu 3,83 µm. Karnataka, India.
2. Pengaruh variasi waktu tuang [3] Kittali, Praveen, J. Satheesh, G. Anli
terhadap densitas dan kekasaran permukaan Kumar, And T. Madhusudhan.2016. A
setelah proses perlakuan panas T6 sebagai Review on Effects of Reinforcements on
berikut : Mechanical and Tribological behavior of
Aluminum based Metal matrix
a) Pengaruh variasi waktu tuang composites. P.G. Scholar, Mechanical
terhadap densitas : Department, SJB Institute of
- Adanya perubahan densitas pada Technology, VTU, Belagavi, Karnataka,
spesimen uji sesudah proses perlakuan India 2Professor, Mechanical
panas T6 Department, SJB Institute of
- Pada waktu tuang 60 detik Technology, VTU, Belagavi, Karnataka,
densitasnya lebih berat yaitu 2770,73 kg/m3 India.
Sedangkan rata-rata densitasnya lebih ringan
pada waktu tuang 120 detik yaitu 2592,54 [4] G C Patel, Manjunath, Robins Mathew,
kg/m3 Prasad Krishna, Mahesh B.
Parappagoudar. 2014. Investigation of
squeeze cast process parameters effects
on secondary dendrite arm spacing using
statistical regression and artificial neural
8
Publikasi Online Mahasiswa Teknik Mesin UNTAG Surabaya – Vol. 1 No. 1 (2018)
network models. Department of Mechanical Engineering, S B M Jain
Mechanical Engineering, National College of Engineering, Jain University.
Institute of Technology Karnataka,
Surathkal-575025, India. [11] Kirono, Sasi, Eri Diniardi, Isgihardi
Prasetyo. Analisa Perubahan Dimensi
[5] Dhanashekar. M , V. S. Senthil Kumar, Baja AISI 1045 Setelah Proses
2014. Squeeze Casting of Aluminium Perlakuan Panas. Jurusan Mesin,
Metal Matrix Composite- An Overview. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Procedia Engineering 97 (2014) 412-
420. Chennai, India. [12] Tjitro, Soejono,
[Link] Squeeze.
[6] Alguar, Veerabhadrappa , Balaraj V, Fakultas Teknologi Industri Jurusan
Lori Nagaraj.2015. Effect of T6 type Teknik Mesin – Universitas Kristen
heat treatment on the Mechanical Petra. Jurusan Teknik Mesin –
characterization of Al6061 particulate Politeknik Negeri Sriwijaya
composites. Department of Industrial
and Production Engineering, Rao [13] Nayiroh, Nurun. 2013. Teknologi
Bahadur Y Mahabaleshwarappa Material Komposit.
Engineering College, Bellary, India.
[14] Xue. J, Y. F. Han, J. Wang and B. D.
[7] Rahman, Md. Habibur, Dr. H. M. M. A. Sun, 2013. Study On Squeeze Casting
Rashed.2014. Effect of Magnesium on Of an in situ 5 vol.-%TiB2/2014 Al
Wear Characteristics of Silicon Carbide Composite. State Key Laboratory of
and Alumina Reinforced Aluminum- Metal Matrix Composite, Shanghai Jiao
Metal Matrix Composites. Dept. of Tong University, Shanghai 200240, PR
Materials and Metallurgical China.
Engineering, Bangladesh University of
Engineering and Technology, Dhaka, [15] Wiryanto Dewobroto, [Link]
Bangladesh. karakteristik baut mutu tinggi. Fakultas
Teknologi Industri Jurusan Teknik
[8] Surdia Tata dan Saito Shinroku, 1999. Mesin – Universitas Pelita Harapan.
“Pengetahuan Bahan Teknik” PT.
Pradnaya paramita. [16] Puji Kumala Pertiwi, 2015. Uji
Densitas dan Porositas pada batuan
[9] Susanto, Juli, Harjo Seputro, Edi dengan menggunakan neraca O Houss
Santoso.2016. Ananlisa Pengaruh dan Neraca Pegas. Fakultas MIPA
Variasi Media Pendingin dan Waktu Jurusan Teknik Fisika – Institut
Aging Pada Perlakuan Panas T6 Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).
Terhadap Struktur Mikro Komposit
Aluminium Abu Dasar Batubara. [17] Sigit Pratama, 2017. Uji Kekasaran
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Permukaan (Roughness Tester) SJ-301.
Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Mesin –
Surabaya. Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS).
[10] Kumar. G. B. Veeresh, C. S. P. Rao,
N. Selvaraj. M. S. Bhagyashekar, 2010.
Studies on Al6061 Metal Matrix
Composites. Research Scholar, National
Institute of Technology, Warangal,
(A.P), India & Department of