Timotiwu: Pengaruh Keracunan Alumunium Terhadap Eksudasi Gula Oleh Perakaran Kedelai
Timotiwu: Pengaruh Keracunan Alumunium Terhadap Eksudasi Gula Oleh Perakaran Kedelai
Timotiwu: Pengaruh Keracunan Alumunium Terhadap Eksudasi Gula Oleh Perakaran Kedelai
29
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
dalam terjadinya eksudasi oleh perakaran tanaman
adalah faktor suhu, kelembaban, cahaya, media
tanam, dan kerusakan akar (Rovira, 1970).
Ketidakseimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya eksudasi perakaran tanaman dapat
menyebabkan kondisi keracunan bagi tanaman itu
sendiri.
Alumunium merupakan salah satu unsur yang
dapat menyebabkan keracunan lingkungan sekitar
perakaran tanaman dan menghambat pertumbuhan
tanaman. Menurut Foy dalam Rout et al. (2001), Al
menyebabkan terganggunya pembelahan sel pada
tudung akar dan akar lateral dan menyebabkan
peningkatan rigiditas sel melalui pembentukan ikatan
silang pektin pada dinding sel, serta mereduksi
replikasi DNA melalui peningkatan rigiditas rantai
ganda. Minocha et al. dalam Rout et al. (2001)
menyatakan bahwa aplikasi Al (0,21 mM)
menyebabkan terhambatnya pembelahan sel.
Alumunium yang terdapat di dalam larutan
tanah pada umumnya dijumpai dalam berbagai
bentuk seperti Al(OH)2+ dan Al(OH)2+ pada pH
tanah sekitar 45, Al3+ pada pH 5,57, dan
Al(OH)4- pada pH 78. Kompleks ion lainnya
seperti Al4Al12(OH)24(H2O)127+(Al3) dan Al3+ hampir
dipastikan selalu bersifat meracuni, namun tidak
terdapat rhizoktisitas akibat AlSO4+ dan Al(SO4)2atau Al-F seperti AlF2+ dan AlF2+. Status Al(OH)2+
dan Al(OH)2+ tidak menentu pada setiap percobaan
tapi berindikasi sebagai keracunan Al-OH (Kinraide,
1997).
Jenis Al yang bersifat meracuni pada
perakaran tanaman gandum dari hasil percobaan
Pietraszewska
(2001)
menunjukkan
bahwa
AlF2+<AlF2+<All3+<Al13. Selanjutnya Kochian (1995)
berpendapat bahwa sifat racun hanya terdapat pada
Al13 dan All3+. Hal yang menarik dijumpai bahwa
tanaman memiliki mekanisme sendiri dalam
mengurangi pengaruh negatif Al.
Berdasarkan
analisis kimiawi pengaruh dari Al tersebut
menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan
pektin dan hemiselulosa. Komponen utama dari
pektin dan hemiselulosa adalah Glukosa, galaktosa,
dan xylosa. Perubahan metabolisme polisakarida
pada dinding sel mengakibatkan terjadinya reduksi
pemanjangan akar atau terjadi sebaliknya yaitu
pendegradasian polisakarida. Pektin secara umum
dapat diklasifikasi dalam 3 kelas polisakarida yaitu
(1) homogalakturonan (HGA), (2) rhamnogalakturonan I (RG I), dan (3) Rhamnogalakturonan II
(RG II) ( Mohnen, 2008).
Mekanisme
eksudasi
dimulai
dengan
pembentukan polisakarida yang disintesis oleh
enzim-enzim pada membran badan golgi (Taiz dan
Zeiger, 2006). Transpor material antarsel melibatkan
dinding sel yaitu transpor apoplastik dan simplastik.
Eksudat perakaran dikirim ke luar sel melalui
apoplas (Sakurai, 1991; Brett dan Waldron, 1996;).
30
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
Burangrang (V2). Kombinasi perlakuan diterapkan
dalam satuan percobaan berupa mist culture box
dengan rancangan petak terbagi dalm rancangan
kelompok teracak sempurna (RPT-RKTS).
Setiap konsentrasi Al diterapkan pada mist
culture box sebagai petak utama yang ditanami benih
kedelai varietas Slamet dan Burangrang masingmasing sebanyak 25 butir benih sebagai petak anak.
Agar memenuhi asumsi sebagai data yang
sahih, maka dilakukan pengujian terhadap
homogenitas ragam dengan uji Bartlett, dan
pengujian terhadap kemenambahan data dengan uji
Tukey. Setelah asumsi kesahihan data terpenuhi,
maka dilakukan analisis ragam. Pengujian terhadap
perbedaan hasil eksudat di antara kedua varietas
menggunakan standard error of means (SE) dengan
rumus:
SE =
s/ n
31
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
OXA
OXA
DW
DW
Slamet
Burangrang
Gambar 1. Total Glukosa yang dieksudasi perakaran kedelai pada fraksi DW dan OXA untuk varietas
Slamet dan Burangrang
Slamet
Burangrang
Gambar 2. Total Galaktosa yang dieksudasi oleh perakaran kedelai varietas Slamet dan Burangrang pada
fraksi OXA
32
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
Gal tidak terdeteksi. Hal ini menunjukkan bahwa
Glc yang terlarut dalam larutan akuabides merupakan
gula tidak terikat dengan bobot molekul rendah
maupun tinggi. Demikian juga dalam larutan 30 mM
asam oksalat, terdapat kandungan Glc. Glc yang
terdapat pada larutan oksalat merupakan Glc dalam
bentuk terikat secara ionik dalam bentuk bobot
molekul rendah maupun tinggi. Tidak terdeteksinya
Gal dalam larutan akuabides membuktikan bahwa
Gal yang tereksudasi bukan dalam bentuk Gal yang
bebas atau tidak terikat. Gal hanya terdeteksi dalam
larutan asam oksalat berarti Gal tereksudasi
seluruhnya merupakan Gal yang terikat secara ionik.
Kemungkinan besar eksudat Glc dan Gal berupa
monomer. Hasil penelitian Timotiwu (2002)
menggunakan GC-MS memperlihatkan bahwa
kandungan Glc dan Gal yang dieksudasi dari
perakaran kedeleai didominasi oleh T-Glc (terminal
Glukosa) dan T-Gal (terminal galaktosa).
Kandungan Glc pada eksudat akar kedelai
kemungkinan besar berasal dari hasil degradasi
dinding sel primer yang kaya akan selulosa selama
tertumbuhan akar. Keberadaan eksudat Glc dan Gal
juga menggambarkan adanya pektin dan siloGlckan,
meskipun silosa tidak terdeteksi dalam penelitian ini.
Brett dan Waldron (1996) menyatakan bahwa
dinding sel primer gymnospermae dan dikotil
mengandung polisakarida yang kaya akan pektin dan
siloglukan. Berdasarkan laporan Cline dan
Albersheim (1981) menyatakan bahwa dinding sel
kedelai mengandung -Glukosidase yang dapat
mendegradasi glukan. Di samping itu kemungkinan
juga terjadi sekresi siloglukan. Tidak terdeteksinya
gula selain Glc dan Gal disebabkan sistem
penanaman dengan mist culture dapat mengurangi
sekresi tanaman sehingga eksudat gula yang
dikeluarkan tanaman juga sedikit.
Hal yang menarik dari penelitian ini adalah
pengaruh Al dalam media terhadap eksudat Glc dan
Gal yang dieksudasi perakaran kedelai dari masingmasing varietas. Ternyata semakin tinggi konsentrasi
Al menyebabkan eksudat Glc dan Gal pada varietas
Slamet semakin tinggi, sebaliknya pada varietas
Burangrang semakin rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa varietas Slamet lebih toleran dibandingkan
varietas Burangrang dan sesuai dengan deskripsi dari
33
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
Burangrang
Slamet
0,5
1,0
0,5
1,0
Gambar 3. Pebedaan pola eksudasi Glukosa pada varietas Slamet dan Burangrang setelah dicuci dengan 30
mM OXA pada berbagai konsentrasi Al
Burangrang
Slamet
0,5
1,0
0,5
1,0
34
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan, analisis data hasil
penelitian, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut (1) gula tereksudasi perakaran
kedelai varietas Slamet dan Burangrang didominasi
oleh glukosa dan galaktosa. Kedua jenis gula
tersebut merupakan komponen utama polisakarida
nonselulosa yang terdapat pada dinding sel, (2) pola
eksudasi gula di antara kedua varietas berbeda.
Varietas Slamet yang relatif toleran terhadap
keracunan Al karena glukosa dan galaktosa
tereksudasi
meningkat,
sedangkan
varietas
Burangrang kurang toleran terhadap keracunan Al
karena glukosa dan galaktosa tereksudasi semakin
menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi
Al.
DAFTAR PUSTAKA
Bacic, A., Harris, P.J. dan Stone, B.A. 1996.
Structure and Funcion of Plant Cell Walls. In
Preiss, J. eds., The Biochemistry of Plants.
Academic Press Inc. San Diego, California.
Pp. 297358
Bjrn, U., Anja, M. K., Rosso, M.G., Eckermann, N.,
dan Pauly, M. 2004. Rhm2 is involved in
mucilage pectin synthesis and is required for
the development of the seed coat in
arabidopsis. Plant Physiol. 134(1): 286295
Brett, C.T. dan Waldron, K.W. 1996. Physiology
and Biochemistry of Plant Cell Walls.
Chapman and Hall. London
Cline, K. dan Albersheim, P. 1981. Host-pathogen
interaction. XVI. Purification and characterization of b-glucosyl hydrolase/ transferase
present in the walls of soyben cells. Plant
Physiol. 68:207220.
Curl, A.E. dan Truelove, B. 1986. The Rhizosphere.
Springer-Verlag. Berlin. p. 288.
Delhaize, E. dan Ryan, P.R. 1995. Aluminum
toxicity and tolerance in plants. Plant Physiol.
107:315321.
Fan T.M.W., Lane, A.N, Pedller, J., Crowley, D., dan
Higashi, R.M. 1997. Comprehensive analysis
of organic ligand in whole root exudates using
nuclear magnetic resonance and gas
chromatography-mass spectrometry.
Anal.
Biochem. 251:5768.
Gibeaut D.M. dan Carpita N.C. 1993. Structural
models of primary cell wall in flowering
plants: consistency of molecular structure with
the physical properties of the walls during
growth. Plant J. 3(1): 130
Hale, M.G. dan Moore, L.D. 1979. Factors affecting
root exudates II. 19701978. Adv. Agron.
31:93124
35
Timotiwu: Pengaruh keracunan alumunium terhadap eksudasi gula oleh perakaran kedelai
Timotiwu, P. B. dan Sakurai, N. 2002. Identification of mono-, oligo-, and polysaccharides
secreted from soybean roots. J. Plant Res.
115:77--85
36