Jerman Pasca Reunifikasi
Jerman Pasca Reunifikasi
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat perang dunia ke II Jerman mengalami kekalahan yang menyebabkan Jerman
terbagi menjadi dua yakni Jerman Barat oleh Amerika Serikat, Inggris dan Prancis. Sedangkan
Jerman Timur diduduki oleh Uni Soviet. Pasca pemisahan Jerman memiliki ideologi yang
berbeda, Jerman Barat menganut ideologi liberalisme dimana masyarakatnya cenderung bebas
sedangkan Jerman Timur menganut paham sosialisme dan masyarakatnya cenderung tertutup
dan tertekan.
Pembagian Jerman ini menjadi simbol bahwa ternjadinya perang dingin antara kedua
negara tersebut yang terlihat jelas dengan dibangunya tembok Berlin pada 13 Agustus 1961.
Masyarakat di Jerman Timur banyak yang berbodong-bondong pindah ke Jerman Barat untuk
mendapatkan kebabasan dalam berpolitik dan berpendapat hal inilah yang membuat Jerman
Timur melakukan pengamanan yang ketat di seketiar tembok Berlin sebagai upaya untuk
mencegah masyarakatnya pindah ke Jerman Barat.
Ketegangan ini mulai reda saat pemimpin Jerman Timur, Willi Stoph, melakukan
kunjungan politik pertama tahun 1949, yang berdampak cukup baik bagi hubungan kedua
negara. Tahun 1972, ditandatangani perjanjian kerja sama ekonomi, politik, dan kebudayaan,
walaupun penduduk kedua negara masih belum bisa untuk saling berkunjung.
Pada tahun 1981, kanselir Jerman Barat, Helmet Schidmit, melakukan kunjungan
balasan dan menandakan perbaikan hubungan kedua negara Jerman ini. Lagi-lagi, perjanjian
tidak menjamin kebebasan warganya.
Menjelang tahun 1990-an, keadaan politik mulai tidak stabil, serta Jerman Timur
dilanda isu tentang keterbukaan dan restrukturisasi ekonomi. Hal itu dipicu kemerosotan
ekonomi Jerman Timur dan daya tarik perkembangan pesat ekonomi Jerman Barat.
Dampaknya adalah menimbulkan gerakan warga untuk menyatukan kembali Jerman Timur
dengan Jerman Barat.
Gerakan penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur mulai tampak sejak 4 November
1989, saat lebih dari 500.000 warga Jerman Timur berdemonstrasi di Berlin Timur. Peristiwa
ini disusul dengan bubarnya Kabinet Jerman Timur dan Politbiro Partai Komunis sebagai
lembaga tertinggi di Jerman Timur. Setelah itu, warga Jerman bergabung untuk meruntuhkan
Tembok Berlin pada 9 November 1989. Warga Jerman merasa bahwa keduanya berasal dari
akar yang sama, sehingga tidak perlu dibeda-bedakan. Pasca runtuhnya Tembok Berlin, banyak
warga Jerman Timur yang datang ke Jerman Barat.
Walaupun Tembok Berlin telah diruntuhkan, penyatuan Jerman secara resmi pertama
kali muncul pada Pertemuan Ottawa. Pertemuan ini diikuti oleh pejabat-pejabat tinggi Jerman
Barat, Jerman Timur, serta 4 negara pemenang Perang Dunia II (Amerika Serikat, Uni Soviet,
Inggris, dan Prancis), sehingga dikenal dengan Rumus Dua Plus Empat.
Pada 3 Oktober 1990, parlemen Jerman setuju untuk menetapkan hari itu sebagai hari
penyatuan kembali Jerman.
B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang melatar belakangi Reunifikasi Republik Federal Jerman dan Republik
Demokratis Jerman?
2. Bagaimana bentuk konstitusi Jerman pasca reunifikasi Republik Federal Jerman
dan Republik Demokratis Jerman?
3. Bagiaman sistem politik yang ada di Jerman pasca Reunifikasi Republik Federal
Jerman dan Republik Demokratis Jerman?
4. Bagaimana HAM yang ada di Jerman pasca Reunifikasi Republik Federal Jerman
dan Republik Demokratis Jerman?
C. Maksud dan Tujuan
Tujuan penulisan ini agar dapat memahami pembahasan dari rumusan masalah paper
ini. Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang melatarbelakangi penyatuan Republik Federal Jerman dan
Republik Demokratis Jerman.
2. Mengetahui bentuk konstitusi Jerman pasca Reunifikasi Republik Federal Jerman
dan Republik Demokratis Jerman.
3. Mengetahui sistem politik yang ada di Jerman pasca Reunifikasi Republik Federal
Jerman dan Republik Demokratis Jerman.
4. Mengetahui HAM yang ada di Jerman pasca Reunifikasi Republik Federal Jerman
dan Republik Demokratis Jerman.
Konstitusi Jerman
B. Kerangka Metodologis
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif, yakni metode penelitian yang
berfokus pada pemahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Pada
metode ini penulis menggunakan perspektif dari berbagai literatur berupa jurnal dan buku
sebagai gambaran dalam memperoleh hasil penelitian.
Empat puluh satu tahun telah silam sejak kehancuran Jerman. Tahun 1945 dikenal
sebagai tahun nol bagi Jerman, karena begitulah keadannya; semua hancur lebur. Akan tetapi
waktu yang tidak terlalu lama ini cukup untuk membangun negara Jerman baru yang sehat
ekonomi. Usaha-usaha yang dilakukan oleh negara-negara sekutu untuk mengatur Jerman
secara keseluruhan gagal. Hal ini disebabkan karena adanya diantara mereka dalam tujuan
mereka terhadap Jerman baik dibidang politik maupun ekonomi. Amerika, Inggris, dan
Perancis tidak melihat jalan keluar lain kecuali ketiga zone mereka dengan persetujuan
sebagian besar penduduk zone-zone ini dipersatukan dibidang ekonomi supaya ketiga zone ini
dapat melangsungkan hidup mereka. Dari empat bagian menjadi dua bagian. Penyatuan tiga
zone ini merupakan awal menjelang dibentuknya negara kesatuan yang sesungguhnya. Pada
tanggal 23 Mei 1949 negara Republik Federal Jerman (Bundesrepublik Deutschland)
diplokamirkan. Tidak lama kemudian menyusul Negara Republik Demokrasi Jerman
(Deutsche Demokratische Republik). Sekarang Republik Federal Jerman (RFJ) merupakan
suatu negara yang telah mendapatkan tempat terhormat di antara negara-negara di dunia. Hal
ini dimungkinkan karena negara ini mempunyai pemerintahan yang kokoh; rakyatnya
merupakan pekerja yang ulet yang akhirnya dapat mencapai kemakmuran. Disamping itu
negara ini pun menjalankan politik perdamaian yang konsekuen dan penuh tanggung jawab.
Republik Demokrasi Jerman (RDJ) baru didirikan pada tanggal 7 Oktober 1949 di
Berlin (Timur). Sebenarnya pembentukan negara yang berasal dari zone Uni Soviet dan
perubahan struktur mesyarakatnya menurut contoh yang di Uni Soviet sudah dimulai segera
setelah Jerman dibagi menjadi empat sektor. Berdasarkan UUD Negara ini demokrasi
parlementer akan tetapi pada kenyataannya SED (Sozialistische Einheitspartei Deutschland)
menguasai kehidupan politik seluruhnya. Tahun 1952 SED mengumumkan “Aufbau des
Sozialismus”, pembentukan negara sosialis. Tahun 1950 RDJ menjadi anggota COMECON,
dewan kerjasama ekonomi yang diketuai oleh Uni Soviet dan berkedudukan di Moskow,
COMECON ini beranggotakan negara-negara Blok Timur. Pada tahun 1955 RDJ menjadi
anggota Pakta Warsawa dan dengan demikian negara ini menjadi bagian dari negara Blok
Timur secara penuh. Banyak penduduk RDJ yang tertekan hidupnya melarikan diri ke RFJ dan
Berlin Barat. Pada tanggal 17 Juni 1953 timbul pemberontakan di Berlin Timur yang dapat
diatasi oleh penguasa. Untuk mencegah mengalirnya pelarian dari Berlin Timur ke Berlin Barat
dibuatlah pagar kawat berduri dan ranjau disepanjang garis demarkasi. Ini merupakan
perbatasan yang paling ketat penjagaannya di Eropa. Meskipun demikian orang-orang masih
dapat melarikan diri melalui Berlin Timur ke Berlin Barat dan dari sana ke RFJ dengan pesawat
terbang tanpa banyak kesulitan. Dengan didirikannya tembok yang membagi dua kota Berlin
(Berliner Mauer= Tembok Berlin) pada bulan Agustus 1961, maka jalan untuk lari tertutup.
Selama masa itu terhitung 3,5 juta perlarain dari RDJ ke Barat. Larinya orang-orang Barat
sangat merugikan perekonomian RDJ, karena banyak tenaga kerja yang melarikan diri. Dengan
didirikannya tembok Berlin ekonomi RDJ meningkat, standar kehidupan membaik, meskipun
masih jauh dibawah RFJ.
Menjelang tahun 1990-an, Jerman Timur dilanda isu tentang keterbukaan dan
restrukturisasi ekonomi, dimana pemerintahan Jerman Timur ketat dan juga kejam. Hal itu
dipicu oleh kemerosotan ekonomi Jerman Timur di satu pihak dan daya tarik
perkembangan pesat perekonomian di Jerman Barat di lain pihak. Hal itulah yang kemudian
melahirkan gerakan yang bertujuan menyatukan kembali Jerman Timur dengan Jerman
Barat.
Reunifikasi Jerman ini mulai tampak sejak 4 November 1989 ketika lebih dari 500.000
orang Jerman Timur berdemonstrasi di Berlin Timur. Peristiwa ini disusul dengan bubarnya
Kabinet Jerman Timur dan Politbiro Partai Komunis sebagai lembaga tertinggi di Jerman
Timur. Lima hari kemudian, Tembok Berlin dan perbatasan Iainnya dinyatakan terbuka.
Saat itu jutaan Orang Jerman Timur mengunjungi Berlin Barat.
Tembok Berlin telah dinyatakan terbuka, namun ide untuk penyatuan Jerman secara resmi
pertama kali muncul pada Pertemuan Ottawa. Pertemuan ini diikuti oleh pejabat-pejabat
tinggi Jerman Barat, Jerman Timur serta empat negara pemenang Perang Dunia II, yaitu
Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Prancis sehingga dikenal dengan sebutan Rumus
Dua Plus Empat. Pada tanggal 14 Februari 1990.
Kanselir Helmut Kohl dan rekannya dari Jerman Timur Hans Modrow setuju untuk
mempersiapkan penyatuan mata uang dan ekonomi kedua negara. Akhirnya pada tanggal
24 April 1990 Kohl dan de Maiziere menetapkan penyatuan ekonomi dan moneter. Hal ini
ditindaklanjuti dengan menetapkan Deutsche Mark sebagai mata uang Jerman.
Selain bidang ekonomi, bidang militer menjadi sasaran penyatuan Jerman
selanjutnya. Pada awalnya Menteri luar negeri Uni Soviet Edward Shevardnadze dalam
pertemuan Dua-Plus-Empat pertama di Bonn mengajukan usulan agar Jerman Bersatu
dalam lima tahun pertama tetap dalam Pakta Warsawa atau netral. Akan tetapi usulan ini
ditolak NATO. Pada tanggal 16 Juli 1990, akhirnya Moskow menyetujui Jerman Bersatu
bergabung dalam NATO dengan tidak lagi menilai Pakta Warsawa sebagai musuh.
Seiring dengan kesepakatan-kesepakatan di atas, pada tanggal 13 Agustus 1990
parlemen Jerman sepakat menetapkan tanggal 23 Oktober 1990 sebagai hari yang tepat
untuk penggabungan kembali kedua jerman. Usulan ini didukung oleh 294 suara lawan 62
suara dan 7 suara abstain. Setelah mengalami perjuangan yang panjang, pada tanggal 3
Oktober 1990, akhirnya kedua Jerman resmi bersatu (unifikasi). Enam hari kemudian
Tembok Berlin yang selama ini memisahkan kedua negara, dirobohkan.
Pada Desember 1990, diselenggarakan pemilihan umum bebas pertama bagi seluruh
rakyat Jerman semenjak tahun 1932. Pemilu dimenangi oleh partai Christian Democratic
Union (CDU) pimpinan Helmut Kohl, namun tidak berhasil meraih suara mayoritas yang
cukup untuk membentuk pemerintahan. Helmut Kohl menjadi Kanselir Republik Federal
Jerman setelah menggalang koalisi dengan partai-partai lain. Pada Desember 1990,
diselenggarakan pemilihan umum bebas pertama bagi seluruh rakyat Jerman semenjak
tahun 1932. Pemilu dimenangi oleh partai Christian Democratic Union (CDU) pimpinan
Helmut Kohl, namun tidak berhasil meraih suara mayoritas yang cukup untuk membentuk
pemerintahan. Helmut Kohl menjadi Kanselir Republik Federal Jerman setelah menggalang
koalisi dengan partai-partai lain.
Dalam berbagi literatur hukum tata negara maupun ilmu politik kajian tentang ruang
lingkup paham konstitusi (konstitusionalisme) terdiri atas:
Keempat prinsip atau ajaran di atas merupakan “maskot” bagi suatu pemerintahan yang
konstitusional. Akan tetapi, suatu pemerintahan (negara) meskipun konstisuinya sudah
mengatur prinsip-prinsip di atas, namun tidak diimplementasikan. Dalam praktik
penyelenggaraan bernegara, maka belumlah dapat dikatakan sebagai negara yang
konstitusional atau menganut paham konstitusi.
Kedudukan, fungsi, dan tujuan konstitusi dalam negara berubah dari zaman ke zaman.
Pada masa peralihan dari negara feodal monarki atau oligarki dengan kekuasaan mutlak
penguasa ke negara nasional demokrasi, konstitusi berkedudukan benteng pemisah antara
rakyat dan penguasayang kemudian secara berangsur-angsur mempunyai fungsi sebagai alat
rakyat dalam perjuangan kekuasaan melawan golongan penguasa. Sejak itu setelah perjuangan
dimenangkan oleh rakyat, konstitusi bergeser kedudukan dan perannya dari sekedar penjaga
keamanan dan kepentingan hidup rakyat terhadap kezaliman golongan penguasa, menjadi
sejata pamungkas bagi rakyat untuk mengakhiri kekuasaan sepihak satu golongan dalam sistem
monarki dan ologarki, serta untuk membangun tata kehidupan baru atas dasar landangan
kepentingan bersama rakyat dengan menggunakan berbagi ideologi seperti; individualisme,
liberalisme, universalisme, demokrasi dan sebagainya. Selanjutnya, kedudukan dan fungsi
konstitusi ditentukan oleh ideologi yang melandasi negara.
Pasca berakhirnya perang dunia ke II yakni tanggal 8 Mei 1945, pimpinan pemerintah
Nazi Jerman berakhir dibawah Laksamana Donitz yang hanya bertahan selama 23 hari, setelah
kematian Adplf Hilter pada bulan April 1945.
Berdasarkan perjanjian Potsdam tanggal 2 Agustu 1945, Jerman dibagi menjadi dua
bagian yakni Jerman Timur atau Republik Demokratis Jerman dikuasai oleh Uni Soviet dan
Jerman Barat atau Republik Federal Jerman dikuasai oleh Amerika Serikat, Inggris dan
Prancis. Pasca pembagian Jerman, Jerman Barat (Republik Federal Jerman) menganut ideologi
liberalisme dimana masyarakatnya cenderung bebas sedangkan Jerman Timur (Republik
Demokratik Jerman )menganut paham sosialisme dan masyarakatnya cenderung tertutup dan
tertekan.Setelah runtuhnya tembok Berlin, Republik Demokratis Jerman begabung kembali
dengan Republik Federal Jerman.
Parlemen Jerman, Bundestag, setiap empat tahun sekali dipilih secara bebas, rahasia,
dan secara langsung oleh para warga mulai usia 18 tahun yang memiliki hak pilih. Separuh dari
sedikitnya 598 kursi di Bundestag diperoleh melalui daftar calon yang disusun oleh partai pada
tingkat negara bagian (suara kedua), separuhnya lagi diperoleh melalui perorangan yang
dicalonkan di salah satu dari 299 distrik pemilihan (suara pertama). Sistem pemilihan umum
Jerman membuat sulit bagi sebuah partai untuk secara mandiri membentuk pemerintahan, –
umumnya terjadi persekutuan antarpartai alias koalisi. Untuk tidak merumitkan perbandingan
kekuatan karena kehadiran partaipartai kecil, diberlakukan ketentuan pembatas, yaitu
pencapaian minimum lima persen suara untuk memperoleh kursi di Bundestag. Di Bundestag
ke-19 ini terdapat 709 anggota parlemen dari tujuh partai: CDU, CSU, SPD, AfD, FDP, Die
Linke (Partai Kiri), dan Bündnis 90/Die Grünen (Partai Hijau). CDU bersama mitranya di
Bavaria, CSU, sejak pemilihan Bundestag pertama tahun 1949 membentuk fraksi bersama di
parlemen. Pendatang baru di masa legislasi ini adalah partai Alternative für Deutschland
(Alternatif untuk Jerman - AfD); FDP berhasil kembali ke Bundestag setelah absen selama
empat tahun. Pemerintahan saat ini berbentuk koalisi yang terdiri atas CDU/CSU dan SPD,
dengan Dr. Angela Merkel (CDU) sebagai Kanselir Federal, Olaf Scholz (SPD) sebagai Wakil
Kanselir, dan Heiko Maas (SPD) sebagai Menteri Luar Negeri. AfD, FDP, Partai Kiri, dan
Partai Hijau membentuk oposisi di parlemen.
Menurut protokol kenegaraan, presiden federal adalah wakil tertinggi Jerman. Di
peringkat kedua menyusul ketua parlemen federal. Wakil dari presiden federal adalah ketua
majelis federal, sebuah jabatan yang setiap tahun digilir antara para perdana menteri negara
bagian. Jabatan dengan otoritas pembuatan kebijakan politik tertinggi adalah jabatan kanselir
federal. Ketua mahkamah konstitusi federal juga termasuk wakil negara tingkat tinggi.
Kanselir federal dan para menteri federal membentuk pemerintahan federal, yaitu
kabinet. Di samping kewenangan kanselir untuk menetapkan garis haluan berlaku “prinsip
resor”, berarti para menteri masing-masing memimpin resornya secara mandiri dalam kerangka
garis kebijakan tersebut. Di samping itu berlaku prinsip kolegialitas, artinya pemerintah federal
mengambil keputusan dengan suara mayoritas. Kabinet federal terdiri atas 14 menteri dan
kepala kantor kanselir federal. Kementerian federal merupakan instansi tertinggi di bidangnya
masing-masing. Kanselir federal menetapkan garis haluan politik dan bertanggung jawab atas
hal itu. Sebanyak 18.000 orang bekerja di kantor kanselir dan kantor-kantor kementerian.
Kementerian luar negeri dan kementerian pertahanan memiliki pegawai paling banyak.
Delapan kementerian berkantor utama di ibu kota Berlin, dan enam kementerian berkantor di
Kota Federal Bonn. Semua kementerian memiliki kantor perwakilan di kedua kota tersebut.
2. Jerman mengakui akan hak asasi manusia yang tidak dapat diganggu gugat dan tidak
dapat dicabut sebagai dasar dari setiap komunitas, perdamaian dan keadilan di dunia.
3. Hak-hak dasar yang tersaji dalam Undang-Undang Dasar akan mengikat legislatif,
eksekutif dan yudikatif secara langsung
Hak dasar berkenaan dengan hak asasi manusia yang telah tertuang pada konstitusi
Republik Federal Jerman, telah menjadi dasar negara ini untuk memperhatikan dan
mengimplementasikan HAM dalam lingkup negara maupun lingkup lingkungan internasional.
Aturan dasar hukum yang ada dan mengikat menjadikan Jerman sebagai negara yang harus
patuh terhadap konstitusi yang ada. Demi terciptanya hubungan harmonis dalam lingkup
negara dan dunia internasional, maka Jerman sebagai negara yang liberal dan demokratis perlu
menjaga perdamaian internasional dan konsisten dalam menjalankan konstitusinya.
Martabat manusia tidak dapat diganggu gugat. Semua organ kuasa negara wajib
menghargai dan melindunginya. Inilah Pesan yang tertuang dalam pasal 1 Undang-Undang
Dasar, yang mengikat Jerman pada hak asasi manusia sebagai “dasar bagi setiap masyarakat
manusia, serta bagi perdamaian dan keadilan di dunia. Aturan tersebut telah diperhatikan oleh
Jerman dalam hubungan luar negerinya. Perlindungan serta penguatan hak asasi manusia
memegang peranan khusus dalam konteks politik luar negeri dalam hubungan antarnegara.
Bersama mitranya di Uni Eropa dan dalam kerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa,
Jerman berupaya di seluruh dunia untuk melindungi dan mengembangkan standar hak asasi
manusia. Jerman memiliki sikap seperti itu sebagai pembuktian bahwa Jerman memiliki
keseriusan dalam memperhatikan Hak Asasi Manusia termasuk mengimplementasikannya
pada krisis dan pelanggaran kemanusiaan.
Jerman adalah salah satu negara yang banyak menandatangani semua perjanjian hak
asasi manusia PBB serta protokol tambahannya (Pakta Sipil, Pakta Sosial, Konvensi
Antirasisme, Konvensi Hak Perempuan, Konvensi Antipenganiyaan, Konvensi Hak Anak-
Anak, Konvensi Hak Penyandang Disabilitas, Konvensi Antipenghilangan). Kemudian yang
terakhir Jerman menandatangani Protokol tambahan untuk kesepakatan melawan
penganiayaan dan Konvensi Hak Penyandang Disabilitas. Kedua perjanjian tersebut telah
berlaku pada 2009. Sebagai negara anggota Uni Eropa, Jerman juga meratifikasi Protokol
tambahan untuk Konvensi Hak Anak-Anak, yang memungkinkan gugatan secara individual.8
Perjanjian setiap Konvensi yang dilakukan Jerman sebelumnya dapat menjadi sebuah bukti
bahwa Jerman memperhatikan penuh terkait HAM. Hal ini dapat dilihat dari setiap perjanjian
dan penandatanganan yang sudah dilakukan sebelumnya.
Dengan demikian, Jerman adalah negara yang telah banyak meratifikasi perjanjian-
perjanjian internasional dalam konteks Hak Asasi Manusia, dan hal ini menjadi sebuah bukti
bahwa Jerman salah adalah satu negara di Uni Eropa yang cukup aktif dalam memberikan
perhatian penuh terkait HAM.
DAFTAR PUSTAKA