Manajemen Risiko
Manajemen Risiko
Oleh:
1102100084 Risky Danaputra
1102100108 Widya Kusuma Rini
1102100146 Brellian Gema
1102101191 Syaifullah Aziz
1102101211 Arvin Zakkaha
14
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................................3
1.4 Batasan Masalah........................................................................................................3
1.5 Profil Perusahaan.......................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................................7
2.1 Pengertian Risiko......................................................................................................7
2.2 Komponen Risiko......................................................................................................9
2.3 Cara Mengidentifikasi Risiko..................................................................................10
2.4 Proses Identifikasi Risiko........................................................................................10
2.5 Manajemen Risiko...................................................................................................11
2.6 Pengelolaan Risiko..................................................................................................11
BAB III PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS.............................................................13
3.1 Identifikasi Risiko...................................................................................................13
3.1.1 Risiko Operasional..........................................................................................13
3.2 Faktor Penyebab......................................................................................................15
3.3 Sumber Penyebab Risiko.........................................................................................16
3.4 Kerugian..................................................................................................................16
3.5 Pengendalian Risiko................................................................................................17
3.5.1 Analisis Pengelolaan Risiko............................................................................17
3.5.2 Pengendalian Risiko........................................................................................19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22
14
BAB I
PENDAHULUAN
14
seperti Indosat, Ratelindo, Excelcomindo, Bakrie Telecom dan Mobile 8. Di
lingkungan industri yang sangat menarik dan semakin kompetitif ini, PT
Telkom harus terus berupaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa
pasarnya dan terus berusaha agar para para pelanggannya tidak pindah ke
kompetitornya. Risiko industri ini merupakan suatu hal yang penting dan
harus menjadi perhatian bagi PT Telkom dalam mempertahankan dan
mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu PT Telkom harus bisa menangani
atau mengidentifikasi risiko-risiko yang akan terjadi di kemudian hari.
14
hukum dan peraturan yang berlaku di negara ini. Dengan statusnya sebagai
perusahaan milik negara yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham,
pemegang saham mayoritas Perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia
sedangkan sisanya dikuasai oleh publik. Saham Perusahaan diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia (“BEI”), New York Stock Exchange (“NYSE”), London
Stock Exchange (“LSE”) dan public offering without listing (“POWL“) di
Jepang.
Bermula dari didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos
dan telegraf pada tahun 1882, layanan komunikasi dikonsolidasikan oleh
pemerintah Hindia Belanda ke dalam jawatan Post Telegraaf (PTT).
Sebelumnya, pada tanggal 23 Oktober 1856 dimulai pengoperasian layanan
jasa telegraf elektromagnetik pertama yang menghubungkan Jakarta (Batavia)
dengan Bogor (Buitenzorg), momen tersebut di kemudian hari atau tepatnya
tahun 2009 dijadikan sebagai hari lahir PT Telkom. Status jawatan diubah pada
tahun 1961 menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi atau PN
Postel. Pada tahun 1965 PN Postel dipecah menjadi Perusahaan Negara Pos
dan Giro, dan satunya lagi adalah Perusahaan Negara Telekomunikasi.
Selanjutnya pada tahun 1974 PN Telekomunikasi diubah namanya menjadì
Perusahaan Umum Telekomunikasi atau Perumtel yang menyelenggarakan
jasa telekomunikasi nasional maupun internasional. Pada tahun 1980 seluruh
saham PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. (Indosat) diakuisisi oleh
Pemerintah Indonesia dan dijadikan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN
untuk menyelenggarakan jasa telekomunikasi internasional, terpisah dari
Perumtel.
14
b) Flexi : Layanan telepon, data dan internet berbasis fixed wireless
CDMA.
c) PT TelkomNet Instan : layanan internet dial up.
d) PT TelkomNet Astinet : layanan akses internet berlangganan dengan
fokus perusahaan.
e) Speedy : layanan akses internet dengan kecepatan tinggi (broad band)
menggunakan teknologi ADSL.
f) e-Business (i-deal, i-manage, i-Settle, i-Xchange, PT TELKOMWeb
Plazatron). Solusi Enterprise-INFONET.
g) PT TELKOMLink VPN IP : layanan komunikasi data any to any
connection berbasis IP MPLS.
h) PT TELKOMNet Whole Sale (VPN Dial) : layanan akses dial up ke
intranet suatu perusahaan yang dilakukan secara remote dan mobile via
jaringan data berbasis TCP IP (MPLS/tunneling) pada PT
TELKOMNet.
i) PT TELKOM ISDN : Jaringan digital yang menyediakan layanan
telekomunikasi multimedia, merupakan pengembangan dari sistem
telepon yang telah terintegrasi.
2. Satelit
a) PT TELKOM Satelit (Sewa Transponder)
b) PT TELKOMVSAT
3. Televisi Berlangganan
a) Groovia TV
b) PT Telkom Vision
c) Usee TV
d) Yes TV
Adapun visi yang dimiliki oleh PT Telkom yaitu Menjadi perusahaan yang
unggul dalam penyelenggaraan TIME di kawasan regional, Sedangkan untuk
mencapai visi yang di usulkan perusahaan, PT Telkom melakukan misi yang
diantaranya menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga
yang kompetitif, menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia,
14
memberikan pelayanan terbaik, berupa kemudahan, produk, dan jaringan
berkulitas dengan harga kompetitif.
BAB II
LANDASAN TEORI
14
Terdapat beberapa macam tipe risiko yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Tipe Risiko
TIPE RISIKO DEFINISI ILUSTRASI
Risiko Aset Risiko yang terjadi karena Kebakaran yang melanda
Fisik kejadian tertentu berakibat gudang/bangunan perusahaan.
buruk (kerugian) pada aset Banjir mengakibatkan kerusakan
fisik organisasi. pada bangunan dan peralatan
Risiko Risiko karena karyawan Kecelakaan kerja mengakibatkan
Karyawan organisasi mengalami karyawan cedera, kegiatan
peristiwa yang merugikan operasional perusahaan
terganggu
Risiko Legal Risiko kontrak tidak sesuai Terjadi perselisihan sehingga
yang diharapkan, perusahaan lain menuntut ganti
dokumentasi yang tidak rugi yang signifikan
benar
Risiko Pasar Risiko yang terjadi dari Harga pasar saham dalam
pergarakan harga atau portofolio perusahaan
volatilitas harga pasar mengalami penurunan, yang
mengakibatkan kerugian yang
dialami perusahaan.
Risiko Kredit Risiko karena counter Debitur tidak bisa membayar
party gagal memenuhi cicilan dan bunga hutang,
kewajibannya kepada sehingga perusahaan mengalami
perusahaan kerugian.
Piutang dagang tidak terbayar.
Risiko Risiko tidak bisa Perusahaan tidak mempunyai
Likuiditas memenuhi kebutuhan kas, kas untuk membayar
risiko tidak bisa menjual kewajibannya (misal melunasi
dengan cepat karena hutang).
ketidaklikuidan atau Perusahaan terpaksa menjual
gangguan pasar tanah dengan harga murah
(dibawah standar) karena sulit
menjual tanah tersebut (tidak
likuid), padahal perusahaan
14
membutuhkan kas dengan cepat.
14
a) Faktor risiko internal adalah faktor-faktor risiko yang terjadi di dalam
perusahaan atau proyek yang dapat dikontrol oleh manusia. Risiko-risiko
seperti ini biasanya timbul karena masalah keuangan, organisasi, karyawan,
lingkungan kerja, perubahan produk dan masalah-masalah lain di dalam
perusahaan atau proyek yang tidak menunjang pencapaian yang diharapkan.
Akibatnya, terjadilah penundaan waktu penyelesaian proyek, peningkatan
biaya atau gangguan/interupsi pada arus kas.
b) Faktor risiko eksternal adalah faktor-faktor risiko di luar kontrol / kendali
manusia, misalnya aktivitas di pasar uang/pasar modal, kebijakan di bidang
perpajakan, perubahan lingkungan/alam (cuaca), dan lain-lain. Ketika risiko-
risiko ini terjadi, yang paling penting adalah bagaimana menghadapinya.
14
besar proses identifikasi risiko dimulai dengan mempelajari isu-isu dan hal-
hal yang menjadi perhatian tim pengembangan proyek. Contoh daftar
identifikasi risiko-risiko adalah manajemen, organisasi, peraturan pemerintah,
pihak ke tiga, kondisi ekonomi perusahaan, lingkungan, dan lain-lain.
2. Pengelompokan risiko, sesudah risiko-risiko diidentifikasi maka risiko-risiko
itu harus dikelompokkan dalam beberapa kelompok risiko yang sejenis.
Pengelompokkan risiko-risiko itu bertujuan untuk mencegah terjadinya
pengulangan dan membantu manajemen dalam proses menganalisa risiko-
risiko.
3. Pembentukan Tim, siapa saja yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan identifikasi risiko ? Perusahaan dapat membentuk tim
khusus untuk mengidentifikasi risiko yang terdiri dari manajer proyek,
anggota-anggota proyek, tim manajemen risiko, ahli-ahli dari luar tim proyek
yang menguasai / memahami proyek yang sedang dikerjakan, ahli manajemen
risiko dan pemegang saham.
2.5 Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur atau metodologi dalam
mengelola ketidakpastian atau suatu rangkaian aktivitas manusia yang
termasuk penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan mitigasi risiko dengan menggunakan pengelolaan sumberdaya. Strategi
yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian
atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional terfokus
pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana
alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko
keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
2.6 Pengelolaan Risiko
Berikut adalah jenis-jenis cara mengelola risiko:
1. Risk avoidance, yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas
yang mengandung risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk
melakukannya, maka harus dipertimbangkan potensial keuntungan dan
potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas.
14
2. Risk reduction, atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan
metode yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko
3. Risk transfer, yatu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya
melalui suatu kontrak (asuransi) maupun hedging.
4. Risk deferral, meliputi menunda aspek suatu proyek hingga saat dimana
probabilitas terjadinya risiko tersebut kecil. Dampak suatu risiko tidak
selalu konstan.
5. Risk retention. Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara
mengurnagi maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus
tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas.
14
BAB III
PENGUMPULAN DATA DAN ANALISIS
14
7. Risiko terhadap pelayanan internet (jaringan PT Telkom yang rentan
terhadap akses ilegal, virus komputer, ancaman dunia maya dan ancaman
lainnya)
8. Persaingan terhadap operator yang ada dan pemain baru (operator baru) di
industri telekomunikasi ini dapat berdampak terhadap bisnis
telekomunikasi
9. Sangat banyak karyawan yang bekerja tidak secara maksimal
10. Peminjaman uang dengan pihak luar negeri untuk penambahan alat-alat
baru
14
3.2 Faktor Penyebab
Dua faktor penyebab resiko adalah bencana (perils) dan bahaya (hazards).
Banjir, tanah longsor, gempa, gelombang laut tinggi merupakan contoh-contoh
bencana yang secara langsung dapat menimbulkan kerugian. Sementara
bahaya terbagi atas beberapa jenis:
1. Bahaya fisik (physical hazard) misalnya berhubungan dengan fasilitas
bangunan suatu perusahaan,
2. Bahaya moral (moral hazard) misalnya sikap ketidakjujuran atau
ketidakdisiplinan.
3. Bahaya morale (morale hazard) misalnya sikap yang tidak hati-hati ataupun
kurangnya perhatian dari pihak-pihak terkait dalam suatu perusahaan.
4. Bahaya karena hukum atau peraturan (legal hazard) misalnya akibat
mengabaikan undang-undang atau peraturan yang telah ditetapkan.
Pada Kasus PT Telkom, faktor penyebab terjadinya risiko adalah berasal dari
moral para pegawai dari PT Telkom itu sendiri. Banyak pegawai yang belum
bekerja secara maksimal dan ditemukannya pelaksanaan operasional yang
masih belum maksimal. Kemudian banyaknya pemain baru yang masuk
kedalam dunia telekomunikasi merupakan risiko yang harus dihadapi oleh
pihak PT Telkom agar tetap dapat bertahan dan menjadi pemain nomor satu di
dunia telekomunikasi.
Bahaya moral tidak hanya mengancam PT. Telkom saja, kasus lain akibat
moral dari para pegawai suatu badan/perusahaan misalnya yang terjadi pada
kasus Citibank Indonesia yang terlibat pada permasalahan penggelapan dana
nasabah. Akibatnya bank tersebut tidak hanya menderita kerugian finansial,
tapi juga risiko reputasi, bahkan kepatuhan. Risiko reputasi dan kepatuhan
lebih membahayakan keberlangsungan perusahaan daripada risiko finansial.
Ketidakpercayaan masyarakat terhadap bank akan membuat bank tersebut
kehilangan dana karena masyarakat akan menarik kembali seluruh dana yang
telah tertanam di bank tersebut karena takut akan mengalami kerugian besar.
Dana-dana yang ditarik tersebut sebenarnya digunakan untuk menjalankan
kegiatan perbankan, namun kerena ada penarikan sejumlah dana dan
ketidakinginan masyarakat untuk menabung lagi maka bank tersebut dapat
terancam likuiditasnya. Pada fase ini pemerintah dapat melakukan intervensi
dengan menutup bank.
14
3.3 Sumber Penyebab Risiko
Pada kasus PT Telkom, sumber resiko berasal dari faktor internal dan
eksternal. Contohnya pada kasus pencurian kabel yang terjadi di daerah
Bintaro. Oknum yang terlibat dalam kasus ini merupakan teknisi sambungan
internet speedy dan karyawan pemeliharaan kabel, artinya oknum yang terlibat
merupakan karyawan internal perusahaan. Sedangkan dalam kasus risiko
terhadap pelayanan internet dapat disebabkan karena faktor internal (belum
adanya pembaharuan dalam teknologi pelayanan) dan faktor eksternal
(tersedianya celah bagi masyarakat untuk melakukan tindakan kriminal seperti
pencurian pulsa melalui hacker professional).
3.4 Kerugian
Pada kasus PT. Telekomunikasi Indonesia, ada beberapa kerugian yang
diderita oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Kerugian tersebut terdiri dari
kerugian finansial dan risiko menurunnya reputasi dari PT. Telekomunikasi
Indonesia sebagai perusahaan telekomunikasi yang sudah lama melayani
kebutuhan telekomunikasi terhadap konsumen ke depannya.
1. Kerugian Finansial
a) Kerugian langsung berupa merosotnya reputasi sehingga pendapatan
perusahaan menurun
b) Kerugian membayar denda-denda yang disebabkan oleh adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung.
c) Kerugian biaya operasional terhadap jaringan kabel yang dicuri dan rusak
d) Kerugian biaya untuk membangun jaringan operator yang terhenti
e) Kerugian pembelian alat dan teknologi baru apabila tidak dapat
menggunakannya.
f) Kerugian biaya operasi dan maintenance pada Satelit PT. Telkom Indonesia
yang dapat rusak
g) Kerugian biaya dalam membangun citra positif dan mengembalikan
kepercayaan masyarakat.
2. Kerugian Reputasi
14
a) Kerugian adanya publikasi negatif dari konsumen yang mengalami
pelayanan yang kurang memuaskan
b) Kerugian berkurangnya tingkat kepercayaan para perusahaan untuk
melakukan bisnis kedepannya
c) Kerugian sulitnya untuk bersaing dengan kompetitor
d) Kerugian kredibilitas perusahaan menurun di masyarakat
Kerugian lainnya adalah kerugian yang ditimbulkan oleh resiko terhadap
kepatuhan pegawai di PT. Telkom Indonesia. Pegawai yang tidak patuh dapat
merusak keseluruhan sistem kerja. Hal ini disebabkan karena ketidakpatuhan
yang dibuatnya dapat mengganggu koordinasi dan pelimpahan tanggung jawab
oleh atasannya. Kerahasiaan perusahaan pun dapat terancam dengan adanya
pegawai seperti ini. Mereka akan cenderung mengupayakan berbagai hal untuk
memuaskan kepentingan sendiri meskipun harus melanggar peraturan.
3.5 Pengendalian Risiko
3.5.1 Analisis Pengelolaan Risiko
1. Pada kasus “kegagalan dalam melanjutkan operasi jaringan PT. Telkom
kepada jaringan operator lainnya” termasuk kedalam pengelolaan Risk
Control. Hal ini bisa dilakukan pengurangan frekuensi terjadinya resiko
operasi jaringan Telkom, sehingga dampak yang di timbulkan dapat
berkurang
2. Pada kasus “Akses kabel jaringan PT. Telkom menghadapi ancaman
keamanan” termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance. Hal ini dapat
dilakukan pencegahan dari ancaman keamanan kabel jaringan. Seperti
memindahkan kabel jaringan ke tempat yang lebih aman dan strategis.
3. Pada kasus “Adanya pihak dari dalam perusahaan (karyawan) yang meraup
keuntungan pribadi dan merugikan konsumen” termasuk kedalam
pengelolaan Risk Control. Hal ini bisa dilakukan pengawasan terhadap
seluruh karyawan PT. Telkom, sehingga mengurangi frekeuensi
kemungkinan risiko
4. Pada kasus “Kebocoran pendapatan” termasuk kedalam pengelolaan Risk
Transfer
5. Pada kasus “Teknologi baru dapat mengakibatkan terhadap daya saing PT.
Telkom” termasuk kedalam pengelolaan Risk Control.
14
6. Pada kasus “Satelit PT. Telkom yang memiliki masa operasi yang terbatas
dan dapat rusak selama masa operasi orbit” termasuk kedalam pengelolaan
Risk transfer
7. Pada kasus “Risiko terhadap pelayanan internet (jaringan PT. Telkom yang
rentan terhadap akses ilegal, virus komputer, ancaman dunia maya dan
ancaman lainnya)” termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance, hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang canggih agar
pelayanan dapat berjalan dengan baik
8. Pada kasus ” Persaingan terhadap operator yang ada dan pemain baru
(operator baru) di industri telekomunikasi ini dapat berdampak terhadap
bisnis telekomunikasi” termasuk kedalam pengelolaan Risk Retention
9. Pada kasus “Sangat banyak karyawan yang bekerja tidak secara maksimal”
termasuk kedalam pengelolaan Risk Avoidance. Hal ini dapat dilakukan
dengan membuat sebuah pelatihan yang intensif agar karyawan dapat
bekerja secara baik dan maksimal
10. Pada kasus “Peminjaman uang dengan pihak luar negri untuk penambahan
alat-alat baru” termasuk kedalam pengelolaan Risk Retention. Hal ini
perusahaan lebih memilih menganggarkan dana untuk keperluan alat-alat
baru. Sehingga perusahaan tidak akan terlilit hutang.
Berikut adalah pembagian alternati pengelolaan risiko berdasarkan kasus yang
tertera diatas:
14
Tabel 3.1 Alternatif Pengelolaan Risiko
Tinggi 2, 8 1, 7 6, 10
Signifikansi
Sedang 9 3, 5
Rendah 4
Tinggi Sedang Rendah
Frekuensi
14
2. PT Telkom menyusun profil resiko dalam suatu Laporan Profil Resiko.
Dengan demikian, PT Telkom dapat memusatkan perhatiannya pada jenis-
jenis resiko yang memiliki tendensi memburuk atau melebihi kebijakan
toleransi telekomunikasi pada resiko tertentu.
3. Melakukan dukungan aktivitas bisnis melalui legal advisory kepada unit
bisnis dengan menyampaikan kajian hukum (Legal Opinion) atas rencana
tindakan dan permasalahan yang telah terjadi terkait dengan kesesuaian
hukum atau ketentuan yang berlaku (Legal Advisory)
4. Melakukan evaluasi kajian risiko dan legal (risk & legal review) atas
rencana inisiatif bisnis, kebijakan dan rencana kerjasama yang akan
dilakukan oleh Perusahaan (Legal Review atas inisiatif Bisnis & Policy)
5. Menyelenggarakan layanan data kepada pihak eksternal sebagai bentuk
kewajiban operator telekomunikasi untuk menyediakan data kepada Aparat
Penegak Hukum
6. Mendokumentasikan dan berbagi pengetahuan atas pembelajaran
terjadinya kasus litigasi sebagai referensi untuk tidak terulang kembali
berupa PT Telkom Lesson Learn Book.
14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan dari hasil identifikasi risiko – risiko yang ada menunjukan bahwa risiko –
risiko tersebut bisa dikelola baik dengan cara dihindari, ditahan, ditransfer dan
dialihkan, lalu Risiko-risiko yang ada di perusahaan perlu di identifikasi supaya
perusahaan bisa tetap terus bertahan dan tidak mengalami kebangkrutan, dari tugas ini
menghasilkan langkah-langkah pengendalian risiko yang sebaiknya dilakukan PT
Telkom untuk mencegah terjadinya risiko yang sama ke depannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
14