0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
492 tayangan7 halaman

Materi Hi Suksesi Negara

Suksesi negara adalah peralihan kedaulatan suatu negara ke negara lain atas suatu wilayah. Terdapat lima bentuk suksesi negara menurut Konvensi Wina 1978 yaitu perubahan wilayah menjadi bagian negara, negara merdeka baru, gabungan dua wilayah menjadi satu negara, gabungan menjadi negara serikat, dan terpecahnya satu negara menjadi beberapa negara baru. Suksesi negara dapat memengaruhi hak dan

Diunggah oleh

Alena Wijaya
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
492 tayangan7 halaman

Materi Hi Suksesi Negara

Suksesi negara adalah peralihan kedaulatan suatu negara ke negara lain atas suatu wilayah. Terdapat lima bentuk suksesi negara menurut Konvensi Wina 1978 yaitu perubahan wilayah menjadi bagian negara, negara merdeka baru, gabungan dua wilayah menjadi satu negara, gabungan menjadi negara serikat, dan terpecahnya satu negara menjadi beberapa negara baru. Suksesi negara dapat memengaruhi hak dan

Diunggah oleh

Alena Wijaya
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 7

SUKSESI NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

1. Pengertian Suksesi Negara


Kata suksesi negara berasal dari kata statesuccession atau succession of
state, yang artinya adalah pergantian kedaulatan pada suatu wilayah.
Pergantian kedaulatan yang dimaksudkan disini adalah pergantian
dari predecessor state (negara yang digantikan) kepada successor
state (negara yang menggantikan) dalam hal kedaulatan (tanggungjawab)
atas suatu wilayah dalam hubungan internasional.
Suksesi Negara menurut J.G Starke:

“Peralihan hak dan kewajiban dari suatu negara yang telah berubah atau
hilang identitasnya kepada negara atau entitas lain, dimana perubahan
atau hilangnya identitas ini terjadi karena adanya perubahan kedaulatan
atas sebuah wilayah baik yang bersifat menyeluruh atau sebagian. “

Dalam pandangan para sarjana, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa


yang dipandang sebagai suksesi negara, yang bisa juga dikatakan sebagai
bentuk-bentuk suksesi negara adalah:

1. Penyerapan (absorption
2. Pemecahan (dismemberment)
3. Kombinasi dari pemecahan dan penyerapan
4. Negara merdeka baru (newly independent states).
5. Bentuk-bentuk lainnya yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua atau
lebih subjek hukum internasional (dalam arti negara) atau pemecahan satu
subjek hukum internasional (dalam arti negara) menjadi beberapa negara.

Sementara itu, dalam perkembangannya, dalam Konvensi Wina 1978


memerinci adanya lima bentuk suksesi negara, yaitu :

1. Suatu wilayah negara atau suatu wilayah yang dalam hubungan internasional
menjadi tanggung jawab negara itu kemudian berubah menjadi bagian dari
wilayah negara itu (Pasal 15).
2. Negara merdeka baru (newly independent state), yaitu bila negara pengganti
yang beberapa waktu sebelum terjadinya suksesi negara merupakan wilayah
yang tidak bebas yang dalam hubungan internasional berada di bawah
tanggung jawab negara negara yang digantikan (Pasal 2 Ayat 1f).
3. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah atau
lebih menjadi satu negara merdeka.
4. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat dari bergabungnya dua wilayah atau
lebih menjadi menjadi suatu negara serikat (Pasal 30 Ayat 1).
5. Suksesi negara yang terjadi sebagai akibat terpecah-pecahnya suatu negara
negara menjadi beberapa negara baru (Pasal 34 ayat 1).

1. JENIS-JENIS SUKSESI NEGARA


 Suksesi Universal
Contoh suksesi yang universal dapat dikemukakan hilangnya Korea pada
tahun 1910 karena dianeeksasi oleh Jepang, juga Kongo yang dianeksasi
oleh Belgia.

 Suksesi Parsial
Contoh suksesi yang parsial adalah hilangnya Timor-Timor dari wilayah
NKRI membentuk negara Timor Leste pada 1999.

Ada 3 teori utama mengenai sejauh mana hak dan kewajiban predecessor
state beralih pada successor state.

Teori pertama adalah Common Doctrine :menyatakan ketika terjadi suksesi


negara maka seluruh hak dan kewajiban predecessor beralih pada
suksesornya.
Teori kedua adalah Clean Slate Doctrine : ketika terjadi suksesi negara
semestinya negara baru mulai dengan lembah yang bersih. Segala hak dan
kewajiban dari predecessor tidak beralih pada suksesor kecuali
dikehendakinya (pick&choose).
Teori ketiga adalah yang ditemukan dalam Konvensi Wina 1978 tentang
Suksesi Negara dalam kaitannya dengan Perjanjian Internasional DAN
Konvensi Wina 1983 tentang Suksesi Negara dalam kaitannya dengan state
property, arsip dan utang melalui keberadaan perjanjian peralihan
(Devolution/inheritance).

1. Cara Terjadinya Suksesi Negara


2. Tanpa kekerasan.
3. Dengan kekerasan.
3

1. Akibat hukum Suksesi Negara


 Terhadap perjanjian Internasional
Secara umum ada upaya untuk membedakan antara perjanjian yang
berkaitan dengan hak atas property dangan kewajiban perjanjian yang
mana bentuk ini dibagi-bagi atas perjanjian multilateral, bilateral,
perjanjian HAM, dan perjanjian politik.

Pasal 17 juga 24 Konvensi Wina 1978 menetapkan bahwa perjanjian tidsk


beralih pada suksesor kecuali ditentukan lain dalam devolution
agreement hal ini juga sejalan dengan Konvensi Wina 1969 tentang
perjanjian internasional yang terkenal dengan prinsip “Pacta tertiis nec
nocunt nec procent”, bahwa perjanjian tidak menimbulkan hak dan
kewajiban pada pihak ketiga tanpa persetujuannya.
Namun, tidak semua perjanjian dapat ditolak oleh suksesor. Perjanjian
yang berkaitan dengan wilayah (dispositive treaty) harus selalu beralih
kepada suksesor.
 Terhadap Public Property Rights
Secara yuridis ada 2 jenis asset pasca suksesi yakni asset milik pemerintah
dan asset milik swasta. Asset milik swasta dibagi lagi menjadi asset milik
warga negara secara perseorangan, asset milik perusahaan swasta dan asset
milik perusahaan negara. Selanjutnya dikodifikasi dalam konvensi wina
1983 tentang state property , arsip, dan utang. State property dapat
dibedakan menjadi benda bergerak dan tidak bergerak, menyangkut benda
tidak bergerak yang ada diwilayah yang beralih prinsip umum yang berlaku
adalah bahwa property itu akan beralih pada suksesor selanjutnya jika
benda tidak bergerak diluar wilayah yang beralih maka dianggap tetap
milik predecessor seandainya negara ini tetap eksis bila predecessor tidak
ada lagi maka praktik negara-negara menunjukkan property tersebut akan
dibagi diantara negra-negara suksesor yang ada sedangkan benda bergerak
menurut pasal 17 ayat konvensi wina 1983 menetapkan bahwa benda
bergerak yang masih berhubungan dengan aktivitas negara predecessor

maka benda bergerak itu adalah milik negara predecessor.

 Terhadap privat property


Prinsip umum yang berlaku adalah sepanjang tidak ditentukan lain dalam
perjanjian peralihannya maka privat property tidak beralih pada suksesor
namun bila suksesor ingin mengambil alih benda tersebut haruslah
memberikan kompensasi kepada pemiliknya, individu, maupun
perusahaan.

 Terhadap arsip negara


Yang dimaksud dengan arsip negara adalah dokumen, foto-foto negara,
semua objek dari sejarah negara dan objek arkeologi.

Pasal 21 konvensi wina 1983 menyatakan bahwa arsip dari negara


predecessor beralih pada suksesor pada saat terjadinya suksesi.

 Terhadap utang negara


Suksesor hanya memiliki kewajiban moral (exgratia) terhadap kewajiban
pembayaran utang tersebut. Misalnya kasus pemisahan Texas dari Meksiko
pembayaran exgratia dilakukan. Kemudian 1898 AS menolak mengambil
alih utang Cuba dengan alasana bahwa Spanyol lah n=yang memperoleh
manfaat dari utang tersebut.

 Terhadap kewarganegaraan
Beberapa penulis hukum internasional termasuk Brownlie menegaskan
bahwa kewaganegaraan akan berubah jika terjadi peralihan kedaulatan
atau suksesi negara. Negara-negara yang baru terbentuk mendasarkan
kewarganegaraan pada tempat kelahiran juga tempat tinggal sehari-hari
kecuali ada penolakan utnuk itu. Dengan demikian warga predecessor yang
tinggal di wilayah suksesor dapat memperoleh kewarganegaraan suksesor
sepanjang mereka tidak menyatakan penolakannya.

 Terhadap keanggotaan pada Organisasi Internasional


5

Masalah keanggotaan suatu negara di organisasi internasional ditentukan


konstitusi masing-masing organisasi. PBB menetapkan bahwa keanggotaan
suatu negara di PBB tidak akan terhenti hanya karena terjadinya
perubahan dan pergantian konstitusi atau perbatasan. Terhadap negara
baru maka negara ini harus mengikuti aturan yang berlaku untuk negara
baru yaitu mendaftarkan diri sebagai anggota baru kecuali telah ada izin
sesuai ketentuan yang terdapar pada piagam.

 Terhadap Claims in Tort dan Delict


Dalam prinsip umum yang berlaku bahwa suksesor dipandang tidak
berkewajiban untuk menerima tanggung jawab akibat delik yang dilakukan
predecessor nya.
Negara dan individu
 AZAS KEWARGANEGARAAN
SISI KELAHIRAN

1. Ius Soli

2. Ius Sanguinis

 AZAS KEWARGANEGARAAN
SISI PERKAWINAN

1. Asas Kesatuan hukum Didasarkan pada paradigma suami istri ataupun


ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana
sejahtera, sehat dan tidak terpecah. Dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakatnya ikatan keluarga yang baik perlu mencerminkan adanya
suatu kesatuan yg bulat.

2. Asas Persamaan Derajat Suatu perkawainan tidak menyebabkan


perubahan status kewarganegaraan masing- masing pihak. Baik suami
ataupun istri tetap kewarganegaraan asalnya

 UNSUR-UNSUR PENENTU KEWARGANEGARAAN


1. UNSUR DARAH KETURUNAN (IUS SANGUNIS)
2. UNSUR DAERAH TEMPAT KELAHIRAN (IUS SOLI)
3. UNSUR PEWARGANEGARAAN (NATURALISASI)
• Pewarganegaraan ini ada yang aktif dan ada yang pasif.

1. Pewarganegaraan aktif – seseorang dapat menggunakan hak OPSI untuk


memilih atau mengajukan kehendak menjadi WN dari suatu negara.
2. Pewarganegaraan pasif – seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh
suatu negara atau tidak mau diberi atau dijadikan WN suatu negara, maka yang
bersangkutan dapat menggunakan hak REPUDIASI (hak untuk menolak
pemberian kewarganegaraan)

 PROBLEM STATUS KEWARGANEGARAAN


Penduduk yg bukan berstatus WN di suatu negara dikenal dg APATRIDE,
BIPATRIDE, MULTIPATRIDE.
1. Apatride
2. Bipatride
3. Multipatride
CARA-CARA KEHILANGAN KEWARGANEGARAAN
Dalam kehilangan kewarganegaraan seseorang dapat dilakukan dengan 3
(tiga) cara yaitu antara lain :

1. renunciation
2. Termination
3. Deprivation

Menurut UU Kewarganegaraan No.62 Tahun 1958


1. Permasalahan dalam perkawinan campuran
Ada dua bentuk perkawinan campuran dan permasalahannya:

 Pria Warga Negara Asing (WNA) menikah dengan Wanita Warga Negara
Indonesia (WNI)
Berdasarkan pasal 8 UU No.62 tahun 1958, seorang perempuan warga
negara Indonesia yang kawin dengan seorang asing bisa kehilangan
kewarganegaraannya, apabila selama waktu satu tahun ia menyatakan
keterangan untuk itu, kecuali apabila dengan kehilangan kewarganegaraan
tersebut, ia menjadi tanpa kewarganegaraan. Apabila suami WNA bila
ingin memperoleh kewarganegaraan Indonesia maka harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan bagi WNA biasa. Karena sulitnya mendapat
ijin tinggal di Indonesia bagi laki laki WNA sementara istri WNI tidak bisa
meninggalkan Indonesia karena satu dan lain hal( faktor bahasa, budaya,
keluarga besar, pekerjaan pendidikan,dll) maka banyak pasangan seperti
terpaksa hidup dalam keterpisahan.
 Wanita Warga Negara Asing (WNA) yang menikah dengan Pria Warga Negara
Indonesia (WNI)
Indonesia menganut azas kewarganegaraan tunggal sehingga
berdasarkan pasal 7 UU No.62 Tahun 1958 apabila seorang perempuan
WNA menikah dengan pria WNI, ia dapat memperoleh kewarganegaraan
Indonesia tapi pada saat yang sama ia juga harus kehilangan
kewarganegaraan asalnya. Permohonan untuk menjadi WNI pun harus
dilakukan maksimal dalam waktu satu tahun setelah pernikahan, bila masa
itu terlewati , maka pemohonan untuk menjadi WNI harus mengikuti
persyaratan yang berlaku bagi WNA biasa. Untuk dapat tinggal di
Indonesia perempuan WNA ini mendapat sponsor suami dan dapat
memperoleh izin tinggal yang harus diperpanjang setiap tahun dan
memerlukan biaya serta waktu untuk pengurusannya. Bila suami
meninggal maka ia akan kehilangan sponsor dan otomatis keberadaannya
di Indonesia menjadi tidak jelas Setiap kali melakukan perjalanan keluar
negri memerlukan reentry permit yang
8

permohonannya harus disetujui suami sebagai sponsor. Bila suami


meninggal tanah hak milik yang diwariskan suami harus segera dialihkan
dalam waktu satu tahun. Seorang wanita WNA tidak dapat bekerja kecuali
dengan sponsor perusahaan. Bila dengan sponsor suami hanya dapat
bekerja sebagai tenaga sukarela. Artinya sebagai istri/ibu dari WNI,
perempuan ini kehilangan hak berkontribusi pada pendapatan rumah
tangga.

Sumber:

Mauna Boer, Dr:Hukum Internasional Lanjutan, P.T. Alumni: Jakarta. 2005


Sefriani, S.H., M.Hum:Hukum Internasional Suatu Pengantar. Rajawali Press.
Bandung. 2005

Anda mungkin juga menyukai