HKI-Legal Opinion

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Legal Opinion

Putusan Nomor 26/Pdt.Sus-Desain Industri/2018/PN.Niaga.Jkt.Pst. Tahun 2019

A. Pokok Perkara (Audit Perkara)


1. Para Pihak

Penggugat I : PT. Lintas Promosi Global, suatu perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, berkedudukan di Graha Sukanda mulia 2nd
floor, Jl. Tomang Raya Terusan Kav. 71 – 73, Tomang, Grogol, Petamburan, Jakarta Barat.

Penggugat II : Andrew Tanyono, Warga Negara Indonesia, pemegang Kartu Tanda


Penduduk No. 3172011204830018, beralamat di Muara Karang Blok G.6 B/32, RT/RW.
001/008, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara

Tergugat I : PT. Karta Indonesia Global, suatu perseroan terbatas yang didirikan
berdasarkan hukum negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jl. Ametis Blok G. 19 P.
Hijau RT.008 RW.013, Kel. Grogol Utara, Kec. Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

Turut Tergugat I : Andrew Tanner Setiawan, Warga Negara Indonesia, beralamat di Jl.
Ametis Blok G. 19 P. Hijau RT.008 RW.013, Kel. Grogol Utara, Kec. Kebayoran Lama,
Jakarta Selatan

Turut Tergugat II : Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia c.q. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual c.q. Direktorat Hak
Cipta dan Desain Industri,

2. Ringkasan Gugatan1

Penggugat I adalah pelaku usaha yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik
Indonesia sejak tahun 2016 yang bergerak dalam bidang usaha periklanan luar ruang
(outdoor advertising) dengan menjalankan kegiatan usaha, antara lain, penyelenggaraan jasa
bantuan penasihat, kreatif, produksi bahan periklanan, perencanaan dan pembelian media,
penyediaan ruang iklan di mobil, motor, papan pengumuman dan lain -lain, serta layanan
lainnya terkait dengan penyediaan ruang iklan. Ketika menjalankan kegiatan usahanya, Para
Penggugat merasa sangat dirugikan akibat dari adanya pendaftaran desain industri “Papan

1
Ringkasan dari Putusan nomor 26/Pdt.Sus-Desain Industri/2018/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Iklan” yang dilakukan oleh Tergugat. Kerugian tersebut sangat nyata dirasakan oleh Para
Penggugat karena pada tanggal 8 Agustus 2018 Penggugat II dilaporkan secara pidana oleh
Turut Tergugat I dalam kapasitasnya selaku Direktur Utama Tergugat, dan kemudian telah
dilakukan penggeledahan dan penyitaan atas barang-barang Penggugat I oleh Penyidik
POLRI dari Kepolisian Daerah Metro Jaya pada tanggal 3 Oktober 2018.

Sebagai akibat dari pelaporan tersebut, Penggugat I menjadi tidak dapat melanjutkan
bisnisnya. Para Penggugat sangat menyayangkan hal tersebut mengingat penyitaan tersebut
dilakukan terhadap barang-barang Penggugat I yang menggunakan desain Para Penggugat
sendiri dan berbeda dengan desain industri Tergugat. Hal mana desain Para Penggugat
sendiri saat ini sedang dalam proses pemeriksaan substantif 1 pada Turut Tergugat II yang
terdaftar dengan No. A00201702781 atas nama PENGGUGAT (“Pendaftaran Desain Industri
Penggugat”). Gugatan penggugat didasari atas argumentasi Pendaftaran Desain Industri
Tergugat tidak Mengandung Unsur Kebaruan

Argumen ini didasarkan pada ketentuan Pasal 2 UU Desain Industri 2, syarat utama agar
suatu desain industri dapat diberikan perlindungan hukum adalah suatu pendaftaran desain
industri tersebut harus suatu desain industri yang baru. Dalam hal ini unsur kebaruan
merupakan unsur yang sangat penting dan wajib dipenuhi dalam setiap permohonan
pendaftaran desain industri. Penggugat mendalilkan hal tersebut atas beberapa fakta:

a. Desain Industri Serupa Telah Dimiliki Dan/Atau Terdaftar Serta Digunakan Terlebih
Dahulu Oleh Pihak Lain Di Luar Negeri

Pada tahun 2008, di negara Turki telah diajukan dan/atau terdapat 2 (dua) buah
pendaftaran suatu desain industri No. 2008 01766 atas nama Yuksel Inneci dan Yukselen
Metal Kalip Plastik Ve Makina Sanayi Ticaret Limited Sirketi (terjemahan Bahasa Inggris:
Yukselen Metal Mould Plastics and Machinery Industry Trade Company Limited) untuk
desain-desain industri yang serupa dengan desain industri “Papan Iklan” milik Tergugat.
Desain industri tersebut berjudul “Araçlar İçin İşaret Panosu” yang berdasarkan terjemahan
bebas Bahasa Turki – Indonesia memiliki arti “Papan Tanda Untuk Kendaraan

2
Lihat Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
b. Desain Industri “PAPAN IKLAN” No. IDD000048029 Atas Nama Tergugat Telah
Diungkapkan Oleh Tergugat Sebelum Tergugat Diajukannya Pendaftaran Desain
Industri Tersebut Kepada Turut Tergugat II.

Pada tanggal, antara lain, 19 Desember 2016, 30 Desember 2016 dan 2 Januari 2017
Tergugat telah mengungkapkan desain industri tersebut melalui unggahan foto dan video
di media sosial Instagram yang diunggah oleh akun bernama @karta.indonesia dan pada
tanggal 30 Desember 2016 Tergugat mengungkapkan desain industri tersebut pada media
cetak harian Kompas. dengan telah diungkapkannya desain tersebut oleh Tergugat sendiri
sebelum Tergugat mendaftarkan desain industrinya kepada Turut Tergugat II, maka
sudah terbukti jika desain industri “PAPAN IKLAN” No. IDD000048029 tidak dapat
dianggap sebagai desain industri yang baru (novel).

c. Ide Desain Industri Berupa Papan Sebagai Media Promosi Untuk Memasang Iklan
Berbentuk Kotak Seperti Yang Dimiliki Oleh Tergugat (In Casu Desain Industri
“PAPAN IKLAN” No. IDD000048029) Merupakan Bentuk Yang Sederhana Dan
Umum Sehingga Sudah Lazim Digunakan Oleh Umum.

Pada dasarnya ide/konsep media promosi Tergugat baik dari judul desain maupun
tampilan desain yang berbentuk kotak dan ditempatkan di kendaraan seperti yang
didaftarkan oleh Tergugat merupakan suatu ide yang sangat sederhana dan tidak memiliki
suatu keunikan/kekhasan. bentuk kotak sebagai papan untuk memasang iklan atau
sebagai media promosi, baik untuk dilekatkan pada sepeda motor, kendaraan bermotor
lainnya atau pada sarana lain, adalah hal yang sangat umum dan lazim digunakan sebagai
salah satu metode beriklan di luar ruangan (outdoor advertising).

d. Pendaftaran Desai Industri merupakan Pendaftaran atas Konfigurasi Milik Publik

Kata “Papan” dalam pendaftaran desain industri Tergugat secara nyata selalu
terasosiasikan dengan suatu konfigurasi berbentuk segi empat. Hal mana konfigurasi
tersebut telah menjadi milik umum dan tidak dapat dimohonkan perlindungannya kepada
Turut Tergugat II. Apabila pendaftaran desain industri Tergugat tidak dibatalkan, sudah
seharusnya Tergugat menggugat seluruh desain industri mengandung kata dan/atau ben
tuk “Papan” yang berbentuk segi empat milik siapapun juga.
3. Ringkasan Jawaban

Dalam Jawaban, dalil Penggugat I dan Penggugat II yang menyatakan Pendaftaran


Desain Industri berbentuk PAPAN IKLAN No. IDD000048029 atas nama Tergugat tidak
memenuhi unsur kebaruan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31
tahun 2000 tentang Desain Industri tidak benar3. Pada saat pendaftaran desain industri Papan
Iklan, Tergugat menilai bahwa pendaftaran dengan No. IDD000048029 atas nama Tergugat
telah memenuhi unsur baru dan tidak sama dengan pengungkapan sebelumnya, karena
menurut pendaftaran desain industri. Apabila tidak memenuhi unsur kebaruan, Turut
Tergugat II tidak akan menerbitkan sertifikat hak desain industri kepada Tergugat.

Tergugat dan Turut Tergugat I membantah dalil Penggugat I dan Penggugat II yang pada
pokoknya menerangkan desain industri No. IDD000048029 atas nama Tergugat telah
diungkapkan sebelum pengajuan kepada Turut Tergugat II. Pada saat Tergugat hendak
mempromosikan kepada media, Tergugat tidak mengungkapkan bentuk serta detail dari
desain yang akan dikembangkan oleh Tergugat, hanya sebatas pemberitahuan bahwa
Tergugat sedang mengembangkan media iklan terbaru, yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

Tergugat dan Turut Tergugat I membantah dalil Penggugat I dan Penggugat II yang
menyatakan bahwa desain industri No. IDD000048029 atas nama Tergugat merupakan
pendaftaran atas konfigurasi milik publik. Desain Industri yang didaftarkan oleh Tergugat
terkait bentuk dan konfigurasi dari Papan Iklan yang berbentuk persegi. Konfigurasi milik
publik memiliki artian bahwa sebelumnya benda tersebut telah dipergunakan oleh khalayak
umum. Penggugat keliru dalam mempersepsikan Papan Iklan yang dimiliki oleh Tergugat.
Dalam perkara a quo, penggunaan papan persegi empat yang dimohonkan kepada Turut
Tergugat II, belum pernah didaftarkan ataupun dipergunakan sebelumnya sebagai sarana
iklan di wilayah hukum republik Indonesia. Apalagi penggunaan Desain Industri berupa
Papan Iklan telah dulu dipergunakan oleh Tergugat daripada Penggugat.

4. Ringkasan Putusan

Majelis Hakim menolak gugatan dari penggugat dengan alasan Desain Industri milik
Tergugat dan Tergugat I telah bersertifikat sebagaimana dalam bukti T-2 maka Desain

3
Lihat Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahu 2000 tentang Desain Industri
Industri milik Tergugat dan Turut Tergugat I sehingga Desain Milik Tergugat dan Turut
Tergugat I tersebut mendapat perlindungan hukum selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tanggal 27 Januari 2017 dengan demikian Desain Industri milik Tergugat dan Turut Tergugat
I telah memenuhi syarat dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
dan tidak bertentangan dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 4 tersebut,
sehingga Desain Industri Judul Papan Iklan milik Tergugat dan Tergugat I tidak beralasan
hukum untuk dibatalkan atau dinyatakan batal demi hukum.

B. Legal Opinon

Saat ini Kekayaan Intelektual menjadi isu yang sangat penting berkaitan dengan
posisinya yang mampu memberikan kedudukan kuat bagi suatu negara industri. Kekayaan
Intelektual tidak lagi semata-mata menjadi persoalan hukum (hukum perdata) tentang
kepemilikan, tetapi telah berkembang memasuki arena perebutan kekuasaan ekonomi5

Dalam Legal Opinion ini, saya sangat menyayangkan argumentasi yang sangat sederhana
dalam putusan majelis hakim tanpa mempertimbangkan perdebatan antara Penggugat dan
Tergugat. Majelis Hakim hanya mempertimbangkan bahwasanya Desain Industri milik
Tergugat dan Turut Tergugat I sehingga Desain Milik Tergugat dan Turut Tergugat I tersebut
mendapat perlindungan hukum selama 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal 27 Januari
2017 dengan demikian Desain Industri milik Tergugat dan Turut Tergugat I telah memenuhi
syarat. Justru dalam hal ini penggugat menginginkan untuk membatalkan paten tersebut
dengan argumentasi yang berdasarkan empiris dan yuridis.

Terhadap suatu pendaftaran desain industri yang telah diberikan hak, akan tetapi
dikemudian hari ditemukan suatu fakta yang kuat bahwa sebelum desain tersebut terdaftar,
telah ada terlebih dahulu, bahkan telah terdaftar desain yang serupa di negara lain, maka
kapanpun pendaftaran tersebut bisa dikontes dengan temuan yang membuktikan bahwa
desain industri ini tidak baru. Oleh karena itu Legal Opinion ini akan mengkaji argumentasi
dari penggugat dan tergugat menggunakan tinjauan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000
tentang Desain Industri.

4
Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
5
Kholis Roisah, Konsep Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang, 2015, hlm. 1
Pada intinya, penggugat mendasarkan seluruh argumentasi nya pada satu argumentasi
utama yakni Pendaftaran Desain Industri Tergugat tidak Mengandung Unsur Kebaruan. Pada
dasarnya, hak atas industri diberikan kepada yang benar-benar baru. Artinya, tersebut harus
berbeda dari pengungkapan yang sebelumnya. Menurut Budi Santoso, penentuan “kebaruan”
menimbulkan persoalan yang cukup serius. Hal tersebut disebabkan menurut UU No. 31
Tahun 2000, baru artinya sebelumnya tidak pernah ada yang selama ini diciptakan oleh
anggota masyarakat dimintakan perlindungannya melalui hak cipta dan hal itu telah
berlangsung lama sehingga telah banyak yang telah terdaftar dan mendapat perlindungan hak
cipta6

Dalam Legal Opinion ini, saya akan memberikan kritis terhadap Putusan ini beserta
akibat hukum dan juga penyelesaian hukum lanjutan yang dapat ditempuh oleh Penggugat.

1. Pendapat mengenai Desain Industri Serupa Telah Dimiliki Dan/Atau Terdaftar


Serta Digunakan Terlebih Dahulu Oleh Pihak Lain Di Luar Negeri

Salah satu argumentasi penggugat adalah dengan menghadirkan bukti bahwasanya


Desain Industri yang dimiliki oleh Tergugat sudah didaftarkan dan digunakan terlebih
dahulu di luar negeri. Perlu diketahui bahwasanya Desain Industri dianggap baru apabila
pada Tanggal Penerimaan, Desain Industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang
telah ada sebelumnya. Pasal 2 ayat 3 UU Desain Industri 7: “Pengungkapan sebelumnya,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah pengungkapan Desain Industri sebelum
tanggal penerimaan, tanggal prioritas, telah diumumkan atau digunakan di Indonesia atau di
luar Indonesia”.

Pasal tersebut secara eksplisit bahwasanya jika diketahui Desain Industri milik tergugat
ternyata sudah didaftarka terlebih dahulu orang lain di luar negeri, yang dalam kasus ini
terdapat 2 (dua) buah pendaftaran suatu desain industri No. 2008 01766 atas nama Yuksel
Inneci dan Yukselen Metal Kalip Plastik Ve Makina Sanayi Ticaret Limited Sirketi
(terjemahan Bahasa Inggris: Yukselen Metal Mould Plastics and Machinery Industry Trade
Company Limited) untuk desain-desain industri yang serupa dengan desain industri “Papan

6
Budi Santoso, Butir-Butir Berserakan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual ( Industri), CV. Mandar Maju,
Bandung, 2005, hlm. 9.
7
Pasal 2 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
Iklan”. Maka seharusnya Majelis Hakim mempertimbangkan fakta ini namun justru
tidak dipertimbangkan.

Dirjen Haki seharusnya mencari pembanding (prior arts) yang mana seluruh desain yang
telah ada di dunia ini. Desain industri tidak membatasi perbandingannya dengan desain
industri di skala domestik atau nasional karena sifatnya universal dan global, maka lintas
territorial. Akibat hukum bisa menimbulkan potensi paten tergugat dibatalkan jika
memang terbukti paten tersebut telah didaftarkan sebelumnya di negara lain

2. Pendapat mengenai Desain Industri “PAPAN IKLAN” No. IDD000048029 Atas


Nama Tergugat Telah Diungkapkan Oleh Tergugat Sebelum Tergugat Diajukannya
Pendaftaran Desain Industri Tersebut Kepada Turut Tergugat II.

“Pengungkapan” yang dimaksud dalam Pasal 2 UU Desain Industri8 merupakan


translasi langsung dari istilah “disclosure”, mengungkapkan. “Pengungkapan yang telah
ada sebelumnya” bisa terjadi dilakukan oleh (a) diri sendiri dengan mempublikasikan,
dengan mempresentasikan, atau apapun melalui media online, maupun (b) oleh orang lain
(produsen atau pendesain atau siapa pun yang sudah membuat, mewujudkan desain itu,
dan itu available to the public, tersedia di masyarakat) karena orang lain sudah pernah
menemukan itu, menemukan desain itu, sudah memproduksi, sudah memasarkan, dan
bahkan sudah mengiklankan9.

Tidak ada batasan secara normatif disclosure harus terhadap hal teknis. Tetapi
disiplin pada karakteristik desain industri, itu adalah perlindungan terhadap kreasi tentang
bentuk, yang berarti mengutamakan tentang penampilan, appearance. Maka disclosure
yang bisa dianggap menggugurkan kebaruan karena ancaman potensi bisa dibuat oleh
orang lain adalah sebatas pada disclosure penampilan.

Sehingga akibat hukum terhadap suatu pendaftaran desain industri yang telah
diberikan haknya, tetapi dikemudian hari ditemukan fakta bahwa pendesain sudah
melakukan pengungkapan-pengungkapan tersebut sendiri sebelum mengajukan
pendaftaran, maka fakta seperti itu merupakan salah satu fakta hukum yang bisa dipakai

8
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
9
Sinungan Ansori, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam Praktiknya di Indonesia, Bandung:
Alumni, 2011
sebagai dasar untuk menggugurkan kebaruan. Maka akibat hukum dari hal ini adalah,
paten bisa saja dibatalkan jika memang terbukti tergugat mengekspose desain industri
miliknya

3. Pendapat terhadap Ide Desain Industri Berupa Papan Sebagai Media Promosi Untuk
Memasang Iklan Berbentuk Kotak Seperti Yang Dimiliki Oleh Tergugat (In Casu
Desain Industri “PAPAN IKLAN” No. IDD000048029) Merupakan Bentuk Yang
Sederhana Dan Umum Sehingga Sudah Lazim Digunakan Oleh Umum.

Dalam hal ini, perlu diketahui terlebih dahulu bahwasanya konsep kebaruan (novelty),
di dalam Undang-Undang dijelaskan bahwa konsep baru, bukan dari tidak ada menjadi
ada, tetapi belum pernah diungkapkan sebelumnya, hal tersebut sesuai dengan Pasal 2
Undang-Undang Desain Industri10. Dalam Undang-Undang Desain Industri menyatakan
bahwa apabila desain tersebut tidak sama, maka suatu desain dapat dinyatakan
mempunyai unsur kebaruan. Sedangkan TRIPS11 mengatakan significantly different
berbeda secara signifikan. Karena Undang-Undang Desain Industri berlaku di Indonesia
dan TRIPS juga diratifikasi oleh Indonesia, maka keduanya berlaku di Indonesia. Maka
dari itu sebenarnya kebaruan milik tergugat sudah dapat digolongkan pada digunakannya
kotak untuk digunakan media periklanan12. Maka akibat hukum dari hal ini adalah Paten
tetaplah sah

4. Pendapat atas Pendaftaran Desai Industri merupakan Pendaftaran atas Konfigurasi


Milik Publik

Paris Convention 1883, The Hague Agreement Concerning the International Deposit
of Indutrial Design of 1925, The Locarno Agreement Establishing an International
Classification for the Protection Literary works of 188613, telah memberikan pengertian
tentang sifat kebaruan yaitu konfigurasi/bentuk artisitik dan komposisi warna yang sama
sekali baru dan/ atau setidak-tidaknya terdapat langkah kebaruan pada bagian-bagian
tertentu sehingga pada bagian-bagian tersebut memiliki tampilan bentuk/konfigurasi dan
10
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
11
Lihat The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS) 
12
Yoan Nursari Simanjuntak, Hak Industri; Sebuah Realitas Hukum dan Sosial, Srikandi, Surabaya, 2006, hlm. 43.
13
Lihat part section of definition dari masing-masing Paris Convention 1883, The Hague Agreement Concerning the
International Deposit of Indutrial Design of 1925, The Locarno Agreement Establishing an International
Classification for the Protection Literary works of 1886
komposisi warna yang khas serta belum ada pengungkapan sebelum/nya, sehingga
produk tersebut bersifat estetis dan memiliki nilai jual tinggi. Pengertian Desain baru
(novelty) seperti tersebut diatas diatur pula dalam Persetujuan TRIPS pada pasal 25 dan
26 section 4 Industrial Designs14.

Desain yang baru dalam penjelasan Undang-undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang
Desain Industri menyebutkan:Pengertian “baru” atau “kebaruan” ditetapkan dengan suatu
pendaftaran yang pertama kali diajukan dan pada saat pendaftaran itu diajukan, tidak ada
pihak lain yang dapat membuktikan bahwa pendaftaran tersebut tidak baru atau telah ada
pengungkapan/publikasi sebelumnya, baik tertulis atau tidak tertulis. Oleh karena itu
tergugat tidak dapat dikatakan menggunakan barang umum untuk dijadikan suatu paten,
karena tetap adanya unsur novelty. Maka akibat hukum dari hal ini memang seharusnya
Paten tetap sah

C. Saran Penyelesaian Hukum

Sesuai dengan apa yang telah saya paparkan sebelumnya, bahwasanya sangat
disayangkan majelis hakim tidak mempertimbangkan keseluruhan perdebatan antara
penggugat dan tergugat. Padahal jika dianalisis, ada dua alasan yang berpotensi
menimbulkan akibat hukum dibatalkannya paten Design Industri milik tergugat, yakni alasan
Desain Industri Serupa Telah Dimiliki Dan/Atau Terdaftar Serta Digunakan Terlebih
Dahulu Oleh Pihak Lain Di Luar Negeri dan Desain Industri Telah Diungkapkan Oleh
Tergugat Sebelum Tergugat Diajukannya Pendaftaran Desain Industri Tersebut.

Oleh karena itu saya menyarankan kepada Penggugat untuk menempuh jalan Kasasi
dengan membawa kembali argumen yang telah saya disebutkan diatas, karena sangat
disayangkan argumentasi tersebut tidak dipertimbangkan oleh Majelis Hakim. Dengan
langkah Kasasi harapannya Majelis Hakim Mahkamah Agung akan mengoreksi putusan
Majelis Hakim Pengadilan Negeri. Mesti langsung dilakukan langkah kasasi dikarenakan
dalam praktik Pengadilan Niaga, tidak dikenal sistem Banding.

14
Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni, Bandung, 2005, hlm. 78
Daftar Pustaka

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 26/Pdt.Sus-Desain


Industri/2018/PN.Niaga.Jkt.Pst.

Perjanjian Internasional

Paris Convention 1883

The Agreement on Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPS)

The Hague Agreement Concerning the International Deposit of Indutrial Design of 1925

The Locarno Agreement Establishing an International Classification for the Protection Literary
works of 1886

Buku

Achmad Zen Umar Purba, Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni, Bandung, 2005.

Budi Santoso, Butir-Butir Berserakan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual ( Industri), CV.
Mandar Maju, Bandung, 2005

Kholis Roisah, Konsep Hukum Kekayaan Intelektual, Setara Press, Malang, 2015

Sinungan Ansori, Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam Praktiknya di
Indonesia, Bandung: Alumni, 2011

Yoan Nursari Simanjuntak, Hak Industri; Sebuah Realitas Hukum dan Sosial, Srikandi,
Surabaya, 2006.

Anda mungkin juga menyukai