0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
60 tayangan1 halaman

Oposisi Politik Jerman

Diunggah oleh

fadhila faquanika
Jerman menganut sistem politik bikameral dengan majelis tinggi (Bundesrat) yang dipilih langsung oleh pemerintah negara bagian. Beberapa kritikus seperti Hans Kelsen dan H.J. Laski menganggap sistem bikameral sebagai kecelakaan sejarah dan merupakan pengistimewaan kaum bangsawan serta perlu diganti dengan sistem unikameral.

Hak Cipta:

© All Rights Reserved

Format Tersedia

Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
60 tayangan1 halaman

Oposisi Politik Jerman

Diunggah oleh

fadhila faquanika
Jerman menganut sistem politik bikameral dengan majelis tinggi (Bundesrat) yang dipilih langsung oleh pemerintah negara bagian. Beberapa kritikus seperti Hans Kelsen dan H.J. Laski menganggap sistem bikameral sebagai kecelakaan sejarah dan merupakan pengistimewaan kaum bangsawan serta perlu diganti dengan sistem unikameral.

Hak Cipta:

© All Rights Reserved

Format Tersedia

Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 1

Jerman menganut sistem politik bikameral, yakni praktik pemerintahan yang menggunakan dua

kamar legislatif atau parlemen. Dalam sistem Jerman, majelis tinggi (Bundesrat), bahkan lebih
erat terkait dengan sistem federal, karena para anggotanya dipilih langsung oleh pemerintah dari
masing-masing negara bagian Bundesland Jerman. Kritik yang ditujukan pada sistem bikameral
seperti A.F. Pollard yang menyatakan bahwa House of Lords di Inggris, lahir dari kelicikan
sistem feodal dan untuk menjaga keterwakilan para bangsawan.

Hans Kelsen cenderung melihat adanya kamar kedua sebagai sebuah pengistimewaan kaum
bangsawan. H.J. Laski juga menyatakan bahwa sistem bikameral merupakan kecelakaan sejarah
dari kebiasaan konstitusi di Jerman. Kebisaan ini harus diubah. Menurut Laski, sistem
unikameral merupakan jawaban terbaik yang dibutuhkan oleh negara Jerman.

Pihak pemerintah sering mendapatkan ketidakstabilan terhadap kritik tajam yang di


lakukan oleh pihak oposisi. Dalam hal tersebut bisa kita lihat bahwa saat ini pemerintahan
Angela Merkel tidak sepenuhnya akan berjalan mulus terhadap kebijakannya, di karenakan pihak
oposisi seperti Partai AfD (Alternative für Deutschland) tidak akan diam untuk mengedepankan
kondisi negara Jerman dengan berbagai isu – isu yang ada, seperti isu pengungsi contohnya.
Yang kedua, seiring berjalannya waktu, koalisi antar Partai tidak selamanya berjalan
berdampinngan, adapun ketidaksesuaian terhadap visi misi pada masing – masing Partai. Pada
hal ini terbukti bahwa ketika pemilu Jerman 2017, Partai FDP menyatakan mundur dari koalisi
pemerintahan Partai CDU/CSU, dikarenakan tidak menginginkan Angela Merkel untuk menjadi
Kanselir Jerman lagi. Yang ketiga, persatuan yang kurang terjamin dikarenakan Partai Politik
lebih mengedepankan kepentingan Partai politik dibandingkan dengan kepentingan masyarakat.
Ke empat, sulit bagi Partai pada setiap pemilihan umum untuk mendapatkan suara mayoritas.
Yang terakhir, terhambatnya pembangunan nasional yang di sebabkan oleh kabinet yang tidak
harmonis atau bisa juga diterpa oleh masalah internal.

Anda mungkin juga menyukai