Sepi Itu Teman
Sepi Itu Teman
Sepi Itu Teman
NIM : 220201502003
Prodi : PTB (Pendidikan Teknik Bangunan)
SEPI ITU TEMAN
Pagi yang indah dengan suara merdu kicauan burung dan sejuknya terasa embun pagi.
Namun, rasanya sangat malas untuk bergerak menyiapakan diri pergi bersekolah. Aku Disa,
Agita Disyafah Ryhna. Siswi yang sekarang duduk di bangku 10 SMA tepatnya SMA 2
Karangnawa dikenal sebagai SMA unggulan di daerahku. Heran kenapa bisa bersekolah
disini tapi, rasanya seru sih. Suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar, “Tuk tuk tuk Disa…
bangun nak waktunya bersekolah” suara ibu lantang terdengar, kemudian ku jawablah dengan
suara pelan bak seseorang yang memelas “Baik bu, aku sudah bangun”. Langkah kaki ibu
pun terdengar menjauh artinya ibu telah meninggalkan kamarku. Aku segera bergegas untuk
menyiapkan diri pergi bersekolah. Setelah segalanya siap aku menuju meja makan untuk
sarapan. “Disa, kamu disekolah ayo bergaul dengan teman-teman mu yah nak, soalnya ibu
dapat laporan dari wali kelasmu, katanya kamu selalu menyendiri nak” Cetuk ibu setelah aku
duduk rapat menyuapkan roti ke mulutku kemudian terhenti untuk memakannya dan
menjawab cetukan ibu “Iya ibu, aku bergaul di sekolah, ibu tidak perlu khawatir”. Sambil
mendengar segala nasehat ibu sesekali ayah dan meminum segelas susu beserta 2 roti tawar
slai coklat akupun berpamitan untuk pergi ke sekolah. Aku ke sekolah mengendarai sepeda,
sebenarnya ini adalah kebijakan dari sekolah untuk siswa-siswi kelas 10 dan kelas 11
dimaksudkan karena umurnya belum mencapai 17 artinya belum diperbolehkan untuk
mengendarai sepeda motor.
Sesampai di sekolah, aku memarkirkan sepedaku di tempat khusus dan
menggemboknya. Aku berjalan melewati koridor sambil melihat taman sekolahku yang
begitu indah dan mencium segarnya udara di pagi hari tepatnya pukul 06.00. Jangan heran,
aku memang selalu berangkat bersekolah sangat pagi karena ibu selalu mengajarkan aku
untuk disiplin yaitu harus sampai di sekolah sebelum pelajaran dimulai. Sebenarnya jam
mulai pelajaran adalah pukul 07.00 tapi tidak mengapa karena aku selalu menikmati
berangkat ke sekolah dengan lebih awal. Aku memasuki kelas 10 IPA A, kelasku. Kemudian
duduk di bangku pertama ujung dekat dengan jendela. Mengambil novel karangan Tere Liye
“HUJAN” dan membuka tepat di pembatas novel yang aku tandai semalam sebelum tidur dan
lanjut membacanya. Tidak terasa suara semakin ramai tetapi, aku tetap melanjutkan membaca
novelku dan mengabaikan suara teman-temanku yang mulai berisik. Kulihatlah jam tangan
yang melingkar ditanganku dan telah menunjukkan pukul 06.55, 5 menit lagi kelas akan
segera di mulai. Novelkupun ku masukkan ke dalam tas dan segera mengambil buku
pelajaran dan duduk siap sambil menunggu guru memasuki kelas. Hari itu aku berharap
semoga hujan turun, sebenarnya setiap hari aku mengharapkan hujan turun. Agar bisa
menemani kesepian yang aku rasakan.
Hari yang Panjang, rupanya Tuhan tidak mengabulkan doaku hari ini. Suara
dentingan bel pulang berbunyi dan pukul telah menunjukkan angka 04.30. Segeralah aku
membereskan dan memasukkan Kembali segala alat tulis dan buku pelajaran yang telah ku
keluarkan. Kemudian, aku lekas menuju parkiran dan mengambil sepedaku. Sambil
mengayuhkan sepedaku terkadang aku berpikir, mengapa teman-temanku selalu menjauhiku
dan tidak pernah mengajakku berbicara? Tetapi, akan sangat lelah bila memikirkan hal yang
seperti itu. Setiap pulang sekolah aku selalu singgah di toko buku tua milik Pak Suhair, tidak
hanya menjual buku, toko itu membolehkan kita untuk meminjam bukunya dengan kartu
control seperti yang terdapat di perpustakaan sekolah dan tidak membayar biaya apapun
hanya dengan kotak amal yang seikhlasnya di isi untuk Yayasan yang dibina oleh Pak Suhair.
Aku selalu meminjam buku ditempat itu dan terkadang membelinya jika memang sangat
ingin aku miliki sepenuhnya. Toko buku itu sangat nyaman. Terdapat teras dengan kanopi
yang disediakan untuk duduk sambil membaca. Disamping toko buku itu terdapat Café mini
tempatku membeli secangkir coklat panas teman membaca buku dikala langit sore telah
muncul. Setelah, sekitar 1 jam aku duduk disana aku segera Kembali ke rumah, takutnya ibu
mengkhawatirkanku. Seperti biasa sesampainya aku dirumah aku segera membersihkan diri
dan mengganti bajuku. Dan apabila malam datang ibu akan memanggilku untuk
membantunya menyiapkan makan malam keluarga. Sungguh hari yang panjang.
Keesokan harinya ku jalani seperti biasa. Namun sangat mengagetkan ketika guru
mata pelajaran Biologi tiba-tiba memberikan tugas yang harus dikerjakan secara
berkelompok, jantungku tiba-tiba berdeguk dengan kencang sambil pikiranku bertnya-tanya
siapa yang akan memanggilku di kelompoknya? Siapa yang akan menjadi teman
kelompokku? Sungguh aku sangat bingung. Kelompok yang dibentuk beranggotakan 5 orang
dan ditentukan sendiri dan merupakan bentuk pertanggung jawaban kita dan melatih
kedewasaan kita menurut Ibu Sri guru biologi tersebut. Pembentukan kelompok diberi waktu
2 hari. Hari itu aku melihat temanku sedang huru hara mencari teman kelompok dan
membentuk kelompoknya, tapi tidak ada satupun dari mereka yang menoleh kepadaku dan
mengajakku. Rasanya hari ini aku hanya ingin hilang dan lenyap di Bumi. Bel isterahat
berbunyi mendung pagi hari telah menjadi hujan, mungkin hujan yang turun hari ini
mengetahui kesedian yang ku rasakan. Kuambillah bekal yang telah disiapkan ibu sambil
menghadap ke jendela air mata menetes tanpa disadari. Bukannya aku tidak ingin berteman
dengan mereka, aku sudah mencoba berbagai cara untuk mendekati mereka namun, tidak ada
satu orangpun yang ingin mengajakku untuk berteman. Sebenarnya ada banyak rumor yang
ku dengar tentang diriku katanya aku adalah orang yang ambisius, ingin menang sendiri dan
sebagainya. Namun, aku merasa bahwa rumor itu tidak benar karena mereka hanya
mendengar perkataan orang-orang yang membeciku di SMP dahulu.
Setelah isterahat selesai ketua kelas memberikan pengumuman “Dikarenakan ada
rapat mendadak antar guru jam pelajaran saat ini silahkan melakukan aktivitas yang
bermanfaat dan tidak boleh ada yang ribut! “ Ujar ketua kelas. Akupun mengambil novelku
dan membacanya. Tiba-tiba terdengar suara kursi yang terdorong mendekat kepadaku dan
seseorangpun duduk dikursi tersebut dan berkata “ Hai Disa, kamu sibuk?” akupun menoleh
dan melihat wajahnya, rupanya itu Erin dan ku jawab “Tidak kok, kenapa Rin?”. Erin adalah
salah satu siswi berprestasi di kelas dan kerap mengikuti perlombaan jadi, sangat jarang
masuk kelas. “Kamu udah punya kelompok tidak?, kalau belum punya yuk masuk
dikelompokku, tidak perlu khawatir aku tidak menilaimu seperti orang lain menilaimu dan
aku yakin teman-teman yang ada dikelompok kita nanti pasti akan meniaimu seperti aku”
ucap Erin “Seperti apa kamu menilaiku?” jawabku diapun berkata “Menurutku kamu
memedulikan lingkunganmu dan tidak sama sekali hanya mementingkan diri sendiri karena
sebenarnya selama ini aku sering memperhatikanmu membantu orang lain, sejak saat itu aku
percaya bahwa segala rumor tentang dirimu itu salah”. Rasanya seperti mimpi akhirnya aku
punya teman di SMA. Aku menerima ajakan Erin dan bergabung di kelompoknya, yang
terdiri dari Rizki, Dean, Jaene, dan Erin. Ternyata Erin telah menceritakan segalanya kepada
mereka dan merekapun menerimaku untuk masuk dikelompoknya. Dan sampai detik ini
kamipun bersahabat.