TugasCerpen Indra 9I
TugasCerpen Indra 9I
TugasCerpen Indra 9I
Di tengah malam yang gelap gulita, di bawah sinar bulan yang terang benderang, Aku Andi
bermimpi tentang masa kecilku di mana aku berkumpul, bermain, dan bersenang-senang
bersama tiga sahabatku atau bahkan sudah aku anggap sebagai keluargaku sendiri. Aku sangat
ingat ketika kami berjalan-jalan bersama saat matahari terbenam dan berjanji bahwa kita selalu
bersama dan tak akan terpisah.
Ketika aku teringat kembali janji kami pada hari itu aku selalu terisak sedih dan selalu bertanya-
tanya "Mengapa ia mengingkari janji itu, mengapa ia tidak menepatinya..." itulah yang selalu
batinku katakan. Ya, "Ia" yang aku maksud adalah sahabatku bernama Candra, ia meninggal
enam tahun yang lalu ketika kami kelas tiga atau lebih tepatnya ketika libur kenaikan kelas. Aku
selalu terbayangkan akan ingatan yang menyakitkan yaitu ucapan maaf sebelum ia meninggal.
Ketika itu aku ingin marah tidak bisa, ingin menangis tidak bisa, hanya rasa sakit, sedih, dan
menyesal tanpa sebab yang muncul di hatiku. Dan tiga tahun setelah meninggalnya Candra
sahabatku Erina pun juga meninggalkanku, ia pindah karena mengikuti pekerjaan ayahnya.
Semenjak itu aku selalu merasa sepi dan hampa.
Sekitar pukul empat pagi alarm HP ku berbunyi, Aku yang terbangun karena suara alarm itu
pun segera bangkit dari tidurku dan mematikan alarm itu. Aku segera melakukan rutinitasku
seperti biasanya yaitu wudhu, salat, dan baca buku, buku yang ku baca tak selalu menentu karena
aku selalu mengikuti suasana hati. Kala itu aku masih merenung akan lanjut ke SMA mana nanti,
batas waktu masih ada dua bulan. Ketika memikirkan ingin melanjutkan ke SMA mana nantinya
ingatan masa kecil itu pun selalu muncul. Aku selalu berusaha melupakannya tetapi sayangnya
itu tidak mungkin.
Aku diberi rekomendasi untuk masuk ke SMA terbaik di wilayah itu atau SMA yang
suasananya damai meski bukan yang terbaik. Dan akhirnya setelah aku pikirkan aku memilih
SMA yang damai meskipun bukan yang terbaik, mungkin karena aku yang tidak mempunyai
ambisi atau mungkin karena hal lain. Ketika itu masih ada waktu satu bulan lagi sebelum awal
masuk sekolah, aku mencoba mencari hal-hal yang menurutku menarik supaya aku bisa terus
maju ke depan dan tidak selalu terikat oleh masa lalu. Meskipun itu cuma menghabiskan waktu
pun bagiku tidak masalah selama aku bisa melangkah maju. Aku pun menemukan beberapa hal
yang menurutku menarik dan salah satunya menjadi puitis, karena menurutku hal-hal yang
melibatkan perasaan mungkin akan lebih menyenangkan daripada hal-hal yang melibatkan
kemauan semata. Waktu setengah bulan itu pun aku habiskan untuk belajar dasar-dasar puisi dan
praktik untuk membuatnya.
Tak terasa setengah bulan telah berlalu dan hari ini merupakan awal masuk sekolah. Aku
merasa biasa saja karena tak ada sesuatu yg membuatku tertarik selain menjadi puitis yg aku
temukan setengah bulan lalu. Aku pun siap-siap seperti halnya aku dulu ketika aku SMP, mandi,
siap-siap, makan, dan lain-lain, hanya saja yang berbeda hari ini yaitu seragamku. Aku pun
berangkat sekolah menggunakan sepeda karena suasana hatiku lagi ingin menaiki sepeda.
Ketika aku sampai di sekolahnya entah mengapa aku merasakan perasaan yang serupa seperti
dulu, damai dan tenang. Aku pun memarkirkan sepeda dan segera menuju ke dalam sekolah dan
mencari kelasku untuk menaruh barang. Ketika aku menemukan kelasku aku merasa lega karena
aku merasa kelasku cocok sm diriku. Aku pun duduk di pojok belakang kelas dan menunggu
informasi selanjutnya sambil membaca buku. Dan ketika aku sedang membaca buku tiba-tiba
ada yang mengagetkan ku dari belakang dan berkata "Halo Andi!" dengan nada yang tinggi. Aku
sangat terkejut akan hal itu dan ketika aku liat ke belakang ternyata dia temanku sewaktu SMP
yang bernama Cakra. Ketika SMP dia selalu saja mengikutiku dan mengajakku mengobrol,
meskipun aku menanggapinya tetapi aku tidak terlalu mempedulikannya, tapi berkat dia
kehidupan SMP ku tidak terlalu buruk.
"Hah..Kamu lagi ternyata, kamu juga masuk sekolah ini, kenapa kamu ngga masuk sekolah
favorit?" kataku dengan nada yg agak kesal. "Ehh jangan gitu dong, kan aku mau bareng sama
kamu terus" kata Cakra dengan nada yang polos. "Lagian kamu bukan kelas ini kan, sana ke
kelasmu sendiri" kataku dengan nada lumayan kesal agar dia bisa pergi. "Hmm, tapi kelasku di
sini, di depan tempatmu duduk lagi" kata dia dengan nada sedikit tertawa heran. "Hah?!" Aku
yang terkejut setelah dia bilang begitu. Aku pun memikirkan gimana jadinya kehidupan
sekolahku ke depannya. Aku hanya bisa pasrah dan menerima kenyataan, meskipun aku sedikit
senang karena aku punya teman lagi di kehidupan SMA ku.
Guru yang mendampingi kelas ini pun datang dan memperkenalkan diri ia menjelaskan
bagaimana struktur sekolah dan kelas. Itu pembicaraan yang kurang menarik, akan tetapi hal
yang tak terduga terjadi. Ada seorang siswi perempuan yang terlambat masuk, ia membuka pintu
dan segera menuju ke guru yang sedang berbicara, kemudian menghampirinya dan meminta
maaf karena terlambat. Guru itu pun memaafkannya dan mempersilahkannya duduk.
Saat itu aku merasakan perasaan yang familiar tetapi aku tidak tahu perasaan apa itu. Ia pun
menuju ke tempat duduk sebelahku yang kosong dan duduk di situ. Sambil membaca dan
mendengarkan aku mengingat-ingat kenapa perasaan ini sangat familiar. Aku menutup buku ku
karena aku tidak bisa fokus untuk mengingatnya. Karena penasaran aku pun melihat ke samping,
ketika aku melihat wajahnya dia dengan jelas aku mengingat kenangan yang samar-samar.
Dalam ingatan itu terlihat aku sedang bersama seorang anak perempuan di taman. Tapi karena
aku ragu-ragu kalau itu dia aku pun berusaha mengabaikannya.
Beberapa waktu pun berlalu guru telah menyelesaikan penjelasannya dan memberi kita waktu
untuk berkeliling sekolah hingga waktu pulang sekolah tiba. Aku yang tetap ingin berada di kelas
selalu dipaksa oleh Cakra untuk ikut dengannya. "Andi! Ayo kita keliling sekolah! Mungkin aja
ada sesuatu menarik yang menunggu kita!" ujar ia dengan semangat.
"Kalau mau keliling sana keliling aja sendiri, aku mau tetap di sini" ujarku dengan nada yang
menolak sambil membaca buku. "Hmm, bukannya kamu tertarik dengan perempuan yang
terlambat itu? Gimana kalau kita ikuti dia?" ujar dia dengan alasan itu supaya aku mengikuti dia"
"Hah? Siapa yang tertarik, aku cuma sedikit merasa familiar aja ngga ada yang lain" ujarku
dengan nada yang sedikit jengkel. "Hmm, pokoknya ayo ikut!" ujar dia sambil memaksaku
berdiri dengan menarik tangan"
"Huh...Ya udah aku ikut km, tapi cm sebentar aja" ujarku pasrah karena dia ngga bakalan
menyerah sampai keinginan dia tercapai. Karena dia selalu mengikutiku aku tau sikap dia
bagaimana.
Kami berdua pun coba berkeliling sekolah sembari mencari perempuan yang terlambat dan
duduk di sebelah ku itu. Namun sayangnya hingga jam pulang sekolah kita tidak menemukannya
meskipun telah berkeliling satu sekolah.
Keesokan harinya pun tiba, pagi hari aku bersiap-siap sekolah seperti biasa, hanya saja karena
ini masih awal masuk sekolah jadi hari ini belum masuk pelajaran. Selesainya aku bersiap-siap
aku berangkat sekolah menaiki sepeda lagi karena aku mau menikmati suasana pagi hari.
Sesampainya di sekolah aku menuju ke ruang kelas dan duduk di tempat seperti kemarin, sambil
menunggu bel berbunyi aku membaca buku dan menikmati pemandangan lewat jendela. Ketika
aku sedang menikmati waktuku seperti biasa ia selalu menyapaku dengan cara begini.
"Halo Andi! Gimana jalan-jalan kemarin asik bukan?" ujar dia dengan ceria seperti biasa.
"Karena hari ini belum masuk pelajaran jadi ayo kita senang-senang!" lanjut dia. "Ngga, seperti
biasa aku mau tetap di sini" ujarku dengan tenang berusaha menjaga suasana yang damai ini.
Seperti biasa dia terus mengajakku dan aku pun pasrah mengikuti keinginan dia. Bel pun sudah
berbunyi yang menunjukkan waktunya masuk. Kami semua pun duduk di kursi masing-masing
sambil mendengarkan informasi dari guru yang akan disampaikan. Namun ketika aku melihat ke
samping kursiku perempuan yang terlambat kemarin yang bernama Erina belum kelihatan
hingga kini. Mengapa aku bisa tahu namanya? Karena kemarin ketika kami mencari dia kami
bertanya kepada guru di koridor kelas.
Seminggu telah berlalu, waktunya hari pembelajaran aktif pun tiba. Hari ini aku bangun lebih
pagi karena ingin menyiapkan buku dan bersiap-siap sehingga memerlukan sedikit banyak
waktu. Selesainya aku bersiap-siap aku pun berangkat sekolah, hanya saja hari ini aku diantar
oleh kakak karena membawa beban berat sambil bersepeda itu melelahkan.
Sesampainya di sekolah aku langsung menuju ke kelas dan duduk di tempat dudukku yang saat
itu sedang ditunggu oleh Cakra. Ia menunggu di tempat duduknya sambil menghadap belakang,
aku pun duduk di tempat dudukku dan dia mengajakku mengobrol seperti biasanya. Beberapa
saat bel masuk pun berbunyi dan pelajaran pertama dimulai, aku menjalani pelajaran itu seperti
biasa.
Setelah pelajaran terakhir sebelum istirahat telah selesai aku lanjut membaca bukuku. Seperti
biasa sambil mendengarkan suara Cakra yang terus mengajakku mengobrol. Ketika aku sedang
membaca buku, Erina menghampiriku dan memintaku untuk ikut dengannya. Ketika itu pun aku
kaget dan entah mengapa aku langsung mengikutinya.
Ia membawa ku ke halaman belakang sekolah di bawah pohon yang besar."Apa kamu Andi?"
ujar dia bertanya. "Iya itu aku, ada apa ya?" jawabku dengan heran. "Ahh jadi beneran kamu ya,
aku Erina yang dulu sering main sama kamu, atau...lebih tepatnya bertiga" ujar dia dengan
bahagia tapi diakhiri dengan sedih.
Ketika itu perasaanku tidak jelas bagai ombak yang terus terombang-ambing. Aku tidak tahu
perasaanku ini bahagia, kesal, marah, atau sedih yang aku tahu dan aku pikirkan hanya ingatan
masa kecil yang kembali menggangguku. "Kenapa? Kenapa saat itu kamu pergi setelah ia
meninggalkan kita?!" tanpa sadar aku mengatakan itu. "Selama ini aku selalu kesepian dan
kesepian" ujarku sedih dan sedikit menangis.
"Maaf...Aku ngga tahu kalau kamu begitu kesepian" ujar dia dengan nada yang rendah. "Sudah,
aku ada urusan lain" ujarku dan langsung meninggalkannya. Sebenarnya aku mau tetap
mengobrol dan memaafkannya, akan tetapi aku terlalu terkejut dengan kemunculan dia yang
tiba-tiba.
Aku pun mencari tempat yang sepi dan merenungkan diri tentang apakah aku akan
memaafkannya dan persahabatan kita akan tetap sama seperti dulu atau aku mengabaikannya
saja. Akan tetapi ketika aku sedang merenungkan diri aku mengingatnya kembali kejadian saat
itu, aku berusaha untuk melupakannya tetapi tetap tidak bisa seolah ingatan itu terus-menerus
mengikatku.
Setelah aku merenung dan menenangkan diri aku pun mencuci muka terlebih dahulu sebelum ke
kelas, karena mustahil aku menunjukkan wajah yang seperti ini di kelas. Ketika kembali ke kelas
aku bertemu Erina, aku pun memalingkan wajah ku karena aku bingung ekspresi wajah apa yang
perlu aku buat. Aku kembali ke tempat dudukku dan berusaha bersikap biasa saja sambil
menunggu pelajaran selanjutnya tiba.
Hari telah menjadi senja yang menunjukkan waktu telah sore, bel pulang sekolah berbunyi yang
menandakan waktunya pulang sekolah. Aku langsung membereskan tempat dudukku dan keluar
kelas. "Ehh tunggu aku!" teriak Cakra. Sembari menunggu dijemput aku berkeliling sekolah
sebentar untuk mengembalikan suasana hatiku.
Setelah dijemput dan sampai di rumah aku langsung membuka bukuku dan menyetel lagu sambil
berpikir tentang masa kecilku dulu. Aku yang biasanya selalu menghindari ingatan itu kini
perlahan aku mau coba mengingatnya karena ketika aku sedang jalan-jalan sebelum dijemput
tadi, aku merasa perlu melangkah maju bukan menghindarinya.
Aku memejamkan mata sembari mendengarkan lagu, lagu yang aku dengarkan merupakan lagu
favorit ku aku jarang mendengarkannya karena aku mau menjaga makna dari lagu itu. Dan
setelah sekian lama aku tidak mendengarkannya hari ini aku mendengarkannya,
Sembari mendengarkan lagu yang telah lama tidak aku dengar, aku mencoba menuliskan sebuah
puisi yang aku tulis sesuai perasaanku saat itu. Aku tidak peduli puisi itu bagus atau tidak, yang
aku pedulikan adalah perasaan yang aku rasakan ketika menulisnya.
Puisi itu berisi "Dia berjalan bersama. Tertinggal jejak kaki mereka di pasir. Cahaya bintang
berkilauan di langit, bersinar atas jejak kehidupan mereka. Kesenangan dan kebahagiaan
bersinar dari dua pasang jejak kaki. Namun pada saat putus asa dan bermasalah. Selama masa
kesedihan yang luar biasa, selama waktu sakit yang tak tertahankan, hanya akan ada satu
pasang jejak kaki. Selama saat-saat kesenangan dan kebahagiaan, selama masa itu kau ada di
sini untukku. Namun ketika aku membutuhkanmu, mengapa kau tidak ada di sini untukku?"
Ketika aku selesai menulis puisi itu aku memejamkan mata, tanpa aku sadari aku tertidur dan aku
bermimpi suatu hal yang sangat penting. Dalam mimpi itu terlihat tiga anak yang sedang
menggali sebuah lubang dan mengubur sesuatu, tiga anak itu tersenyum sepenuh hati dan mereka
terlihat seperti sedang berjanji. Akan tetapi ketika aku terbangun aku tidak tahu mimpi apa itu.
Sejenak aku berpikir apa hubungannya mimpi itu denganku, ataukah itu hanya mimpi yang
terlintas begitu saja?
Ternyata hari telah menunjukkan bulan yang terang benderang di tengah gelapnya malam. Ketika
sejenak berpikir aku pun mencoba memandangi bulan dan tiba-tiba aku teringat akan janji yang
persis seperti yang terdapat dalam mimpi.
Janji itu berisi "Kita akan selalu tetap bersama meskipun badai menerjang kita, kita adalah 3
raga dalam 1 jiwa, dan meskipun di antara kita telah tiada, hati dan perasaan kita akan tetap
selalu terhubung"
Di tengah malam yang disinari bulan itu aku menangis dan terus menangis, aku bahagia tetapi
juga sedih, dan aku menyesal akan perbuatanku selama ini yang selalu mengutuk diriku sendiri
dan tidak mengingat akan janji hari itu. Aku yang selalu menyalahkan diri sendiri atas
kematiannya, seharusnya aku lebih bersabar dan mengikhlaskan kepergiannya.