Ilmu Administrasi Publik Kontemporer
Ilmu Administrasi Publik Kontemporer
BAB I
DISIPLIN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
Ilmu administrasi publik dikembangkan dengan berbagai gejolak yang mulai
dirasakan sejak akhir tahun 1960 dan awal tahun 1970-an dikala diadakan suatu
konferensi oleh masyarakat administrasi negara dengan disponsori oleh American
Academy of Political and social science tahun 1967. Konferensi dengan beberapa kritik
yang hadir oleh para kritikus muda seperti mengenai isu kemiskinan desa, kemelaratan,
perang Vietnam, pertanggungjawaban etis para pejabat pemerintah serta banyak isu
lainnya. Kehendak untuk memperbaiki dan menyempurnakan konsep lama administasi
publik diperkuat ketika kisruhnya konferensi ASPA (American Society of Public
Administration) tahun 1970. Konsep baru ilmu administrasi negara ingin menitikberatkan
pada kekayaan interpretasi akan ilmu sosial dan bagaimana mengatasi setiap persoalan
administrasi negara.
Pada saat yang bersamaan, di Indonesia diperkenalkan dengan konsep administrasi
negara yang cocok yaitu administrasi pembangunan yang dipelopori oleh Sondang P.
Siagian dengan mengenalkannya melalui ceramah dan tulisannya mengenai administrasi
pembangunan. Administrasi pembangunan berorientasi kepada usaha-usaha yang
mendorong perubahan kearah yang dianggap lebih baik untuk masyarakat kedepannya
sedangkan administrasi negara lebih menekankan pelaksanaan yang lebih efisiesn dari
unit kegiatan pemerintah. Pengertian ini bisa kita lihat bersama hal pembeda yang terlihat
secara jelas adalah administrasi pembangunan sebagai pengeksekusi setiap rancangan
yang dibuat di administrasi publik. Administrasi publik yang melihat setiap persoalan dan
kebutuhan dimasyarakat dan membuat kebijakan sebagai pemecahan masalah tersebut.
Pada saat inilah administrasi pembangunan turun sebagai pelaksana setiap kebijakan yang
ada.
Pentingnya Ilmu Administrasi Negara
Ilmu administrasi negara menjadi pemecahan masalah yang ada dimasyarakat.
Pernyataan ini menjadi tepat dengan keadaan birokrasi atau pemerintah yang turun saat
adanya keadaan dimasyarakat terdapat permasalahan manusia atau sekelompok manusia
yang diakomulasikan sebagai persoalan masyarakat yang kemudian nantinya bisa saja
akan menjadi persoalan negara. Pemerintah yang diharuskan berpikir, menganalisis,
mencari, dan mengajukan pemecahan untuk setiap masalah tersebut.
Latar Belakang Sejarah Perkembangan Ilmu Administrasi Negara
Dalam catatan sejarah peradaban manusia, Asia Selatan termasuk Indonesia, Cina,
dan mesir kuno sudah didapatkan suatu sistem penataan pemerintahan. Administrasi
negara modern yang dikenal sekarang ini adalah produk dari masyarakat feudal yang
berkembang di negara-negara Eropa. Semakin berkembangnya pertumbuhan ini maka
sentralisasi kekuasaan dan pertanggungjawaban dalam pemerintahan monarki suatu
kebutuhan untuk mendapatkan korps administor. Ada tiga struktur dasar yang
membedakan sistem administrasi inggris diantaranya sistem federal dan khususnya
sistem kekuasan yang terbatas pada pemerintahan nasional, pemisahan kekuasaan
eksekutif dari kekuasaan legislatif (ditingkat pemerintah nasional, negara bagian, dan
tingkat kota), besarnya rasa dan tidak percaya atas memusatkan kekuasaan eksekutif.
Perkembangan Paradigma Dalam Administrasi Negara
Administrasi negara telah berkembang sebagai suatu kajian akademis melalui lima
paradigm yang saling tumpang tindih dimana tiap fase dari paradigm tersebut mempunyai
ciri-ciri tertentu sesuai locus dan focus-nya. Locus menunjukkan dimana bidang itu secara
institusional berada ataupun tempat dari bidang studi tersebut. Sedangkan Focus
menunjukkan sasaran spesialisasi dari bidang studi.
Paradigma 1 dikotomi Politik Administrasi (1900-1926)
Paradigma ini dikenal dengan istilah paradigma dikotomi politik administrasi dari
tahun 1900 – 1926. Frank Goodnow berpendapat bahwa ada dua fungsi pokok
pemerintah yakni politik dan administrasi. Politik berarti membahas mengenai
pembuatan kebijaksanaan atau melahirkan keinginan negara sedangkan administrasi
diartikan sebagai hal yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijaksanaan tersebut.
Perbedaan paham ini tampak jelas dengan cara menghubungkan dengan suatu
koresponden antara dikotomi nilai (Value) dan practice.
Paradigma 2 Prinsip-Prinsip Administrasi Negara (1927-1937)
Paradigma ini mencapai puncak reputasinya sekitar tahun 1930-an dimana
administrasi mendapat sumbangan yang berharga dari bidang-bidang lainnya seperti
industri dan pemerintahan. Prinsip yang dimaksud adalah adanya suatu kenyataan
bahwa administrasi negara bisa terjadi pada semua tatanan administrasi tanpa
memedulikan kebudayaan, fungsi, lingkungan, misi, atau kerangka institusi. Melalui
suatu usaha penelitian ilmiah maka administrasi negara yang seharusnya
menghasilkan suatu paket akademis didalam menerapkan suatu prinsip dalam dunia
kenyataan organisasi, perusahaan atau apapun namanya.
Paradigma 3 Administrasi Negara sebagai Ilmu Politik (1950-1970)
Paradigma ini merupakan suatu usaha untuk menetapkan kembali hubungan
konseptual antara administrasi negara dengan ilmu politik. Pada masa ini tumbuh
penggunaan studi kasus yang bersifat epistimologis dan timbulnya studi
perbandingan dan pembangunan administrasi sebagai salah satu bagian dari
administrasi negara.
Paradigma 4 Administrasi Negara sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)
Pada fase ini ilmu administrasi publik hanya memberikan focus, tetapi tidak pada
locusnya. Tahun 1956 merupakan penerbitan jurnal administrative science Quarterly
sebagai sarana yang amat penting untuk menyuarakan pendapat dan konsepsi dari
paradigma ini.
Paradigma 5 Administrasi Negara sebagai Administrasi Negara (1970)
Pada fase ini locus administrasi negara tidak hanya pada ilmu murni administrasi
melainkan pada teori organisasi. Lebih dari itu, administrasi negara semakin bertambah
perhatiannya terhadap wilayah ilmu kebijaksanaan, politik ekonomi, proses pembuatan
kebijaksanaan pemerintah dan analisisnya (public policy making process) dan cara
pengukuran dari hasil-hasil kebijaksanaan yang telah dibuat.
Ciri-ciri ilmu Administrasi Negara
Nilai, ilmu, dan istilah administrasi publik masih saja menjadi perdebatan sehingga
ditemukan kesulitan dalam mengidentifikasi. Berikut beberapa uraian ciri-ciri yang dapat
dipergunakan untuk mengidentifikasi administrasi negara, diantaranya: 1) pelayanan
yang diberikan oleh administrasi negara bersifat lebih urgen dibanding dengan pelayanan
yang diberikan oleh organisasi-organisasi swasta. 2) pelayanan yang diberikan oleh
administrasi negara pada umumnya bersifat monopoli atau semi monopoli. 3) dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, ada administrasi negara dan
administratornya relatif berdasarkan undang-undang dan peraturan. 4) administrasi
negara dalam memberikan pelayanan tidak dikendalikan oleh harga pasar 5) usaha-usaha
dilakukan oleh administrasi negara terutama dalam negara demokrasi adalah dilakukan
sangat bergantung pada penilaian rakyat banyak.
BAB II
ADMINISTRASI NEGARA KE ADMINISTRASI PUBLIK
Konsep new public service lahir tidak bisa dipisahkan dari pendahulunya. Konsep
new public service menekankan berbagai elemen yang mempunyai normatif model yang
bisa dibedakan dengan konsep-konsep lainnya. Ide dasar dari konsep ini dibangun dari
konsep 1. teori democratic citizenship 2. model komunitas dan Civil Society 3. organisasi
humanism dan 4. postmodern Ilmu Administrasi Publik. Berbicara mengenai citizenship
democratic maka akan membahas dua kata yang pertama citizenship dan demokratik.
Pemahaman kewarganegaraan seperti warga negara yang mengetahui dan paham akan
hak dan kewajibannya diperlukan karena ingin meningkatkan kepentingan ekonomi
masyarakat dan individu dalam masyarakat tersebut. Peranan pemerintah adalah untuk
memastikan bahwa interplay kepentingan pribadi bagi setiap individu bisa dijalankan
secara bebas dan terbuka. Modal semacam ini tidak jauh berbeda dengan yang
dikemukakan oleh teori public choice.
BAB VI
BIROKRASI DAN ADMINISTRASI PUBLIK
Pengertian Organisasi
Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Menurut Weber bahwa suatu organisasi atau kelompok
kerjasama mempunyai unsur-unsur berikut yaitu, Organisasi mempunyai batasan-batasan
tertentu, organisasi merupakan tata hubungan social, organisasi merupakan suatu
kumpulan tata aturan yang bisa membedakan suatu organisasi dengan kumpulan-
kumpulan kemasyarakatan, organisasi merupakan suatu kerangka hubungan yang
berstruktur dan didalamnya berisi wewenang tanggung jawab dan pembagian kerja untuk
menjalankan suatu fungsi tertentu. Ada beberapa pola yang diketahui tentang unsur-unsur
organisasi diantaranya 1. Organisasi mempunyai identitas 2. Organisasi mempunyai
kelangsungan 3. Organisasi mempunyai jadwal kerja 4. Organisasi mempunyai otoritas.
Paradigma Dalam Organisasi
Konsep paradigma dikembangkan oleh Thomas Khan yang mengarahkan pada
penemuan ilmu pengetahuan di dalam ilmu-ilmu ilmiah. Khan mengatakan bahwa suatu
paradigma adalah suatu tatanan berharga yang telah disetujui, tidak dipertanyakan hampir
sepanjang waktu dan dapat dipercaya bahwa bisa dipergunakan bersama-sama antara ahli
riset dengan praktisi dalam suatu ilmu disiplin.
Paradigma organisasi dapat dikelompokkan atas dua kelompok yaitu, kelompok satu
yang menggambarkan organisasi seperti mesin yang bekerja dengan keteraturan, yang
menekankan adanya suatu tingkat produktivitas tertentu. Dan kedua paradigma organisasi
ia melihat organisasi sebagai suatu organisme yaitu sebagai suatu system yang hidup
dengan penekanannya pada unsur manusia sebagai pendukung utamanya. Pendekatan
system kedua ini menggunakan system terbuka.
Prediksi Organisasi di Masa Mendatang
Masalah-masalah pokok organisasi dimasa mendatang akan menghadapi beberapa
persoalan yang pertama lingkungan yang tidak menentu, pendidikan yang semakin maju,
yang ketiga perubahan nilai kerja, yang keempat sifat dan tugas dan tujuan organisasi
,yang kelima penataan organisasi, dan keenam peningkatan motivasi
Perilaku organisasi
Perilaku manusia berada dalam satu kelompok tertentu akan sangat berpengaruh
dikarenakan perbedaan setiap lingkungan. Perilaku organisasi secara mendasar pada ilmu
perilaku itu sendiri dikembangkan dengan perhatian pada tingkah laku manusia itu sendiri
dalam suatu organisasi. Udah nggak ada terakhir ini telah membuktikan adanya
perubahan-perubahan yang fundamental dalam teori organisasi di mana adanya aneka
ragam pendekatan dan peralihan orientasi dasar untuk studi teori organisasi. Perilaku
organisasi merupakan studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam
suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu di mana aspek tersebut ditimbulkan dari
pengaruh organisasi terhadap manusia demikian pula manusia terhadap organisasi
tersebut.
BAB X
PEMBINAAN ORGANISASI
Kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan yang demokratis oleh rakyat dapat
didelegasikan kekuasaan membuat keputusan atau kebijaksanaan kepada legislatif,
eksekutif yudikatif administrator, apa Kepada siapapun yang dikehendaki sebagai
wakilnya. Kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat maka pemerintahan itu disebut
demokrasi. Jika kekuasaan tertinggi berada ditangan satu orang maka pemerintahannya
bukan demokrasi melainkan diktator. Jika kekuasaan tertinggi berada ditangan beberapa
orang maka pemerintahannya disebut dengan oligarki atau aristokrasi.
Konsultasi rakyat memiliki prinsip bahwa ada syarat yang perlu dipenuhi di mana
negara harus mempunyai mekanisme yang melembaga yang kedua negara harus mampu
mengetahui secara jelas preferensi rakyat. Selain itu prinsip konsultasi rakyat
sebagaimana dengan kesetaraan politik mempunyai pilar yang sangat penting di mana
proses pembuatan kebijakan dalam suatu Pemerintahan demokratis akan lebih baik dan
bermakna jika mampu mempromosikan kepentingan rakyat itu sendiri. Selain itu ada pula
kekuasaan mayoritas di mana prinsip demokrasi keempat adalah kekuasaan mayoritas
yang ada di tangan rakyat bukan pemerintah. Ada sikap dan perilaku yang santun dalam
demokrasi bagi kelompok atau pihak minoritas yang kalah dengan kebesaran hati dan
terhormat ikhlas memberikan selamat kepada kesempatan kelompok mayoritas yang
menang prosedur yang biasanya digunakan untuk setiap negara mencapai satu mayoritas
itu diwujudkan dengan persetujuan dari 50% + 1 suara rakyat di mana suara mayoritas
rakyat jika tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan Adakalanya mengatasnamakan
demokrasi namun tetap memaksakan kehendak untuk rakyat mampu bersuara sama.