Diftong
Konten dan perspektif penulisan artikel ini tidak menggambarkan wawasan global pada subjeknya. |
Diftong atau bunyi rangkap (bahasa Inggris: diphthong) adalah dua vokal yang diucapkan sekaligus dan berubah kualitasnya dari awal hingga akhir pada saat diucapkan.[1] Gabungan vokal disebut diftong apabila menghasilkan satu bunyi. Misalnya, au pada kata kerbau; ai pada kata santai. Namun, gabungan vokal au pada bau bukan diftong karena menghasilkan dua bunyi.[2] Gabungan vokal disebut diftong apabila masih berada dalam satu suku kata yang sama. Sebaliknya, jika sudah berada dalam suku kata yang berbeda maka gabungan vokal tersebut tidak dapat disebut sebagai diftong.[3]
Diftong dalam Bahasa Indonesia
[sunting | sunting sumber]Ejaan Yang Disempurnakan edisi V menyatakan bahwa bahasa Indonesia memiliki empat diftong.[4]. Hal ini merupakan perubahan dari EYD sebelumnya yang hanya mendaftarkan tiga diftong (tanpa 'ei').[5]. Kata-kata yang dianggap memiliki diftong baru 'ei' semuanya merupakan kata-kata serapan.
Diftong | IPA | Bunyi | Contoh (posisi awal, tengah, akhir) |
---|---|---|---|
ai | /aj/ | /aɪ/ | aikido, kailan, pandai |
au | /aw/ | /aʊ/ | audit, taufik, harimau |
oi | /oj/ | /oɪ/ | oikumene, boikot, koboi |
ei | /ej/ | /eɪ/ | eigendom, geiser, survei |
Diftong vs. Deret Vokal
[sunting | sunting sumber]Tidak semua vokal yang muncul secara beruntun disebut sebagai diftong, termasuk ai, au, oi, dan ei. Deret vokal merupakan dua huruf vokal yang masing-masingnya mempunyai satu embusan napas. Oleh karena itu, tiap-tiap vokal itu termasuk ke dalam suku kata yang berbeda.[6] Sebagai contoh, bunyi au dan ai pada kata daun dan main merupakan deret vokal—bukan diftong—karena, baik au pada daun maupun ai pada main masing-masing terdiri atas dua suku kata, yaitu da-un dan ma-in. Dalam deretan vokal itu tidak terjadi perubahan kualitas vokal dari [a] dan [u] menjadi [aw] seperti dalam kata [kərbaw]. Juga tidak terjadi perubahan kualitas vokal [a] dan [i] menjadi [ay] seperti dalam kata [satay].[7]
Kata-kata lain yang tidak termasuk diftong misalnya, seperti air [a.ir], jaiz [ja.iz], mau [ma.u], lauk [la.uk], dan aur [a.ur]. Selain itu, kata turunan yang berakhiran -i seolah membentuk diftong seperti ai dalam menyamai tidak termasuk ke dalam diftong, tetapi deret vokal saja.
Berikut adalah deret vokal yang ada dalam bahasa Indonesia:[8]
Deret Vokal | Bunyi | Contoh |
---|---|---|
ii | /fiil/ | fi.il |
iu | /tiup/ | ti.up |
io | /kios/ | ki.os |
ia | /tiap/ | ti.ap |
ie | /kariɛr/ | ka.ri.er |
ei | /mei/ | Mei |
ea | /reaktor/ | re.ak.tor |
eo | /feodal/ | fe.o.dal |
aa | /taat/ | ta.at |
ae | /daerah/ | da.e.rah |
ao | /aorta/ | a.or.ta |
ai | /kain/ | ka.in |
au | /kaum/ | ka.um |
oa | /swipoa/ | swi.poa |
oe | /koefisien/ | ko.e.fi.si.en |
ui | /kuil/ | ku.il |
ua | /puasa/ | pu.a.sa |
ue | /kue/ | ku.e |
uo | /kuota/ | ku.o.ta |
Diftong dalam bahasa-bahasa lain
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (PDF). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. hlm. 74.
- ^ 1942-, Chaer, Abdul, (1994). Linguistik umum (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: Rineka Cipta. ISBN 979518587X. OCLC 69141366.
- ^ 1938-, Dardjowidjojo, Soenjono,; Hasan., Alwi,; Hans., Lapoliwa,; M., Moeliono, Anton; Kebudayaan., Indonesia. Departemen Pendidikan dan (1998). Tata bahasa baku : bahasa Indonesia (edisi ke-Edisi ketiga). Jakarta: Department Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794599174. OCLC 223305343.
- ^ "Gabungan Huruf Vokal: Diftong". EYD V. 2022-08-16. Diakses tanggal 2024-02-20.
- ^ Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (1987)
- ^ Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (PDF). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. hlm. 86.
- ^ Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (PDF). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. hlm. 51.
- ^ Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (PDF). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2017. hlm. 63.